Desa boleh gersang, tapi jiwa pemimpinnya menyejukkan. Ini terlihat di program bus sekolah gratis untuk anak SMP agar tidak ada yang putus sekolah dan terhindar dari kecelakaan di jalan raya lintas kabupaten. Namun, biaya perawatan besar dan bahan bakar solar kerap langka.
School Bus (Bus Sekolah) biasanya sering bisa kita lihat pada film-film luar negeri. Namun sangat jarang bahkan tidak pernah kita lihat pada tayangan film di Indonesia. Anak sekolah di film Indonesia biasanya diantar orang tuanya dengan mobil pribadi bagi keluarga yang mampu dan yang tidak mampu terlihat berjalan kaki yang dimana menunjukan kesenjangan ekonomi sangat jelas terlihat.
Tapi apakah itu cerminan kenyataan di dunia nyata ? Hmmm…boleh dibilang iya. Entah karena rendahnya minat masyarakat menggunakan transportasi umum atau karena kurang seriusnya perahtian pemerintah terhadap transportasi umum. Di desa-desa di Bali pada umumnya anak-anak sekolah pergi ke sekolah dengan sepeda motor yang difasilitasi orang tua masing-masing.
Baik yang duduk di bangku SMA, SMP, bahkan SD. Kurangnya kesadaran masyarakat dengan keselamatan berlalumlintas anak yang masih di bawah umur dan belum layak sudah mengendarai sepeda motor. Yang lebih aneh lagi tidak semua dari mereka memakai helm untuk keselamatan dirinya sendiri.
Lalu apakah ini sepenuhnya salah orang tua membiarkan anaknya mengendarai sepeda motor dibawah umur? Pastinya peranan pemerintah sangatlah diperlukan, dengan segala kewenangan dan kebijakannya, baik pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan bahkan Desa. Ada beberapa pemerintah desa dan kabupaten di Bali yang sudah menggunakan transportasi gratis untuk anak- anak sekolah, salah satunya di Desa Tembok.
Biaya perawatan tinggi dan kelangkaan solar
Tembok adalah desa di Kecamatan Tejakula tang terletak di ujung timur Kabupaten Buleleng atau berbatasan dengan Kabupaten Karangasem. Dengan jumlah penduduk Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 yaitu berjumlah 5.241 jiwa terdiri dari 2.675 laki-laki dan 2.566 perempuan. Yang sebagian besar adalah perantau di kapupaten lain di Bali, seperti Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan. Di tangan kepemimpinan Kepala Desa yang berjiwa muda, agresif, ideologis dan optimis seorang Dewa Komang Yudi Astara mampu mencapai prestasi yang membanggakan Desa Tembok.
Sebagai kepala desa yang terpilih 2 kali masa jabatan sudah begitu banyak hal baik yang dilakukan melalui kebijakan-kebijakan yang sering dianggap aneh tapi ya itu memang benar adanya dan pasti bermanfaat. Kenapa disebut aneh karena kebijakan-kebijakanya bisa dibilang hal baru yang pastinya belum terdapat di desa lain pada umumnya di Buleleng.
Salah satu dari kebijakanya adalah pengadaan bus sekolah untuk siswa SMP gratis. Bus sekolah gratis ini dimulai sejak pertengahan 2016 dan disusul dengan pengadaan mobil elf pada 2017. Dana pengadaan serta operasional bus sekolah ini bersumber dadi APBDes. Siswa yang diangkut adalah SMP yang jarak sekolanya 4 kilometer dari Desa Tembok sampai tetangganya Desa Sambirenteng.
Alasan dipilihnya SMP saja karena siswa SMP masih di bawah umur dan sangat berisiko jika naik motor sendiri di jalan raya lintas kabupaten dengan jalur cepat ini. Sampai saat ini terdapat 75 siswa terdaftar sebagai pengguna bussekolah gratis ini. Ada syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota pengguna bus sekolah yaitu cukup menjadi anggota bank sampah yang yang dikelola oleh Bumdesa.
Operasional bis sekolah ini berasal dari dana APBDes, mulai dari gaji supir sebanyak 2 orang, bahan bakar, dan pemeliharaannya. “Alasan utama digratiskanya layanan bis sekolah ini adalah untuk mengatasi resiko putus sekolah, jadi siswa yang tadinya tidak bisa melanjutkan terkendala biaya untuk pulang pergi akhirnya bisa sekolah lagi dengan adanya bus gratis ini,” pungkas Kepala Desa Dewa Komang Yudi Astara.
Ada beberapa kendala yang dialami dalam operasionalnya yaitu kurangnya pendingin AC, dan butuh biaya yang lumayan banyak untuk perbaikan armada itu sebdiri. Saat ini belum bisa dilakukan dan sering terjadi kelangkaan solar membuat kerja esktra bagi para supir.
Harapan ke depan adalah adanya dukungan dari pemerintah baik Kabupaten, provinsi, maupun pusat dari kementrian terkait. Sehingga dapat direalisasikan armada baru untuk menampung lebih banyak siswa, dan memperhatikan kelayakan serta kenyamanan siswa. Selain itu perlu bantuan biaya operasional dan perawatan rutin untuk bisa memberikan pelayanan berkelanjutan.