Dari Siaran Pers
Hari ini, Kamis (27 November) Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menggelar seminar menarik dengan tema NEW MEDIA: Akhir Sebuah Media Konvensional?. Bertempat di Sanur Beach Hotel, Jl Merta Sari Semawang Sanur, Denpasar, seminar setengah hari ini akan dibawakan oleh sejumlah pejabat media massa mainstream di Indonesia dan para tokoh dunia online.
Yakni Turochas Fuad, Head of Mobile Yahoo, Southeast Asia, Handhi S Kentjono, Direktur MNC (group media RCTI, TPI, Global TV, koran Sindo, dll), Budiono Darsono, CEO Detikcom. Pembicara lainnya Agung Adiprasetyo, CEO Kelompok Kompas Gramedia, Aditya Chandra Wardana, Phd, Direktur PT IndoPacific Edelman, dan Enda Nasution, blogger Indonesia yang baru saja menghelat Pesta Blogger 2008.
Dimoderatori Bambang Harymurti, Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, seminar akan mengulas masa depan new media dan apakah old media (cetak) masih punya harapan. Seminar yang mengawali Kongres AJI ini juga akan dihadiri Menteri Komunikasi dan Informasi Mohammad Nuh dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Meluasnya pemakaian teknologi digital sebagai pengantar informasi telah membuka jalan bagi Indonesia memasuki era New Media. Sejumlah grup industri media besar nasional secara strategis telah menyiapkan langkah konvergensi isi melalui dunia digital. Internet menjadi teknologi konvergensi yang menyatukan berbagai platform media dalam satu bentuk baru media.
Ada dua karakter ” baru” dari media yang bertumbuh lewat internet itu. Pertama, kecenderungannya menyajikan peristiwa secara cepat dan dihadirkan lewat beragam platform sekaligus, dari video, suara dan teks. Kedua, melalui teknologi digital, pesan atau informasi menyebar secara horisontal, dari satu pengguna ke satu komunitas, atau sebaliknya. Misalnya, kemunculan YouTube, aplikasi jejaring sosial berbasis video, membuat berbagai peristiwa penting dikirim oleh individu dan dengan sekejap informasi bergambar itu bisa diakses secara global. Itu sebabnya, mengingat aspek strategis dari multimedia, YouTube dibeli oleh Google seharga US$ 1,6 miliar, dua tahun silam.
Pendek kata, internet telah mengubah cara produksi dan distribusi informasi. Dari aspek indutri media, ini termasuk lompatan penting setelah Guttenberg menemukan mesin cetak lima abad silam. Di Indonesia, ada 33 juta pelanggan internet pada 2008, yang angkanya diperkirakan terus menanjak tajam tiap tahun. Seiring bertumbuhnya infrastruktur teknologi informasi ini, sejumlah industri penyedia jasa telekomunikasi selular bahkan telah melebarkan urusannya ke bidang isi. Mereka kini tak hanya menyiapkan layanan jaringan, tetapi juga penyedia isi atau “content provider”.
Artinya, kesiapan infrastruktur bagi jalan dan berkembangnya media informasi digital kini lebih matang dibandingkan lima tahun silam. Internet telah menghimpun jutaan situs informasi dalam satu jaringan global. Internet juga mempermudah setiap orang mencari dan mendapatkan informasi dalam beragam bentuk, dari gambar, teks dan juga suara.
Sejumlah media tradisional seperti cetak dan siaran berbasis elektronik pun terpaksa melakukan perubahan besar, dengan menghadirkan versi online di internet, dan mempertajam persaingan mereka di ranah media digital. Di Indonesia, kita menyaksikan munculnya news site sekaligus megaportal seperti Kompas.Com, yang menyatukan beragam platform media dari Grup Kompas Gramedia. Kehadiran Kompas.Com meramaikan bursa media digital yang sejak lama dikuasai oleh Detik.Com.
Dari dunia siaran elektronik, Grup MNC juga menghadirkan konvergensi media lewat Okezone.Com, yang menyatukan ragam media elektronik dan cetak di bawah Grup itu. Begitu juga dengan Visi Media Asia (VIVA) yang membawahi ANTV dan TVOne memutuskan membentuk lini konvergensi melalui VivaNews.Com. Sementara Jawa Pos Grup dikabarkan segera menyatukan aneka platform media cetak daerah dan televisi lokal mereka dalam satu media online. Konvergensi tampaknya telah menjadi strategi baru bagi industri media nasional.
Maka, menarik untuk melihat bagaimana para pelaku bisnis media membaca kecenderungan konvergensi ini. Bagaimana sebetulnya prospek New Media ini di Indonesia? Lalu, bagaimana internet membentuk jurnalisme baru dan mempengaruhi bentuk media di dalam kehidupan berbangsa? Untuk menjawab dua pertanyaan besar itu, seminar kali ini akan mengambil dua topik besar, 1) Peluang dan tantangan bisnis New Media, dan 2) Teknologi informasi sebagai alat demokratisasi.
Om swastyastu,
Booming web-based content di tahun 1995 (baca yahoo.com) dimulai. Tidak ada kata terlambat untuk Indonesia tercinta, gagasan ini sangat baik untuk mendorong “content provider” berlumba-lumba mencari pelanggan, peluang dllnya, sehinga akan menciptakan lapangan kerja. Web development, diperlukan, web design, jurnalist, photogrpaher, web hosting, e-zine, newsletter,writer,editor,trader,e-postcard etc akan diperlukan dan itu semua “job opportunity”
Harga akses ke Internet suduah semakin murah, semenjak “speedy” mebanting harga gila rendah nya. Ada bagus nya ada jeleknya, ISP lokal bisa gigit jari ( tidak bisa bersaing di segala bidang, network,teknologi dan harga). Tapi ini mebawa angin sorga untuk, “content provider” itu, baik pemain kecillllllllllll maupun pemain besarrrrrrrrrr duduk sama rendah berdiri sama tinggi…ini lah dunia Internet..peluang disana..silahkan anda berlumba melihat peluang…selamat dan suskses!!
Ingat: peluang adalah ditangan anda, peluang hilang karena teman anda mendahului ,menemukan. Stay hungry and foolish – give up until you give up!!!
Om shanti 3x Om
Sukmsa,
I Gede Sanat Kumara
Mendingan ngeblog wae yaa…