I Gusti Ngurah Gede Pemecutan sosok yang gigih berjuang dalam hidup.
Kegigihan cucu pejuang I Gusti Ngurah Rai tersebut mendorongnya mendirikan Museum Lukisan Sidik Jari, Denpasar. Museum ini mengantarkannya menerima Penghargaan Museum Record Dunia Indonesia (MURI) sebagai “Pelopor Teknik Melukis dengan Sidik Jari dan Kolektor Sidik Jari Terbanyak”. Penyerahan penghargaan yang dirangkaikan pula dengan pembukaan pameran tunggal Lukisan Sidik Jari berlangsung Rabu kemarin di Museum Lukisan Sidik Jari.
Museum Sidik Jari diresmikan pada 4 Juli 1993 dan dibuka untuk umum pada tahun 1995. Hingga kini museum tersebut telah memiliki 200 koleksi lukisan dan kerajinan lainn, 98 di antaranya merupakan Lukisan Sidik Jari karya I Gusti Ngurah Gede Pemecutan. Teknik melukis dengan Sidik Jari tersebut ditemukannya tanpa sengaja pada 9 April 1967.
Gede Pemecutan bercerita, waktu itu seorang pelukis mendatangi studio lukisnya di Kuta untuk melukis bersama. Tapi, dia merasa dibohongi karena lukisannya tidaklah sebaik sketsa-sketsa yang ia tunjukkan sebelumnya. “Dalam keadaan marah, saya pun merusak lukisan dengan jari-jari dan meninggalkannya,“ tutur Ngurah Gede Pemecutan.
Namun, berawal dari kegagalan lukisan tari baris yang dirusaknya tersebut Ngurah Gede Pemecutan berhasil menemukan teknik melukis baru, menggunakan sidik jari.
Gaya totolan sidik jari itulah yang kemudian membawa nama I Gusti Ngurah Gede Pemecutan berbeda dengan gaya pelukis-pelukis lain pada masanya. Hingga kini, teknik melukis dengan sidik jari ini belum ada duanya di Indonesia.
Teknik ini pun mendapat penghargaan dari MURI. Penyerahan penghargaan MURI dimaknai pula dengan pembukaan Pameran Tunggal Lukisan Sidik Jari karya I Gusti Ngurah Gede Pemecutan. Pameran yang berlangsung pada 4 Juni hingga 20 Agustus 2012 ini menampilkan secara retrospektif 16 karya terpilih sedari tahun 1967 hingga 2012. Tercatat dari 98 karya lukisan sidik jari I Gusti Ngurah Pemecutan, terdapat 1.507.725 sidik jari pribadi pelukisnya.
“Menyaksikkan karya-karya I Gusti Ngurah Gede Pemecutan merupakan rangkain proses kreatif panjang dan mampu menghasilkan karya-karya dengan ciri kepribadian yang kuat. Di samping kegetolannya melakukan inovasi dan mempertahankan gayanya, kepribadiannya yang kuat nampak dalam upaya mendirikan museum, membina seni, menulis, dan lain sebagainya, “ ungkap Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA, dalam buku biografi Sidik Jari I Gusti Ngurah Gede Pemecutan yang ditulis Aga Herman (Lintas Kata Publishing, 2011).
Pada kesempatan yang sama, diresmikan pula Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kerti Budaya, yang didirikan atas kerjasama Yayasan Kerti Budaya dengan Museum Lukisan Sidik Jari.
Menurut Pemecutan, konsep museum baginya adalah untuk tujuan pendidikan. Maka, dia pun mengarahkan Museum Lukisan Sidik Jari ini sebagai museum pendidikan. Selain menyelenggarakan aneka pelatihan melukis, tari Bali, gamelan, juga ada kursus Bahasa Bali dan Bahasa Jepang. “Melalui Sekolah PAUD Kerti Budaya ini, kami bermaksud merintis sebuah sekolah dengan biaya terjangkau, namun tetap mengedepankan mutu pendidikan yang setara dengan sekolah yang cenderung berbiaya tinggi, “ tegas Ngurah Gede Pemecutan.
Berdiri di tanah seluas 1.792 meter persegi, sedari masa awal kehadirannya, Museum Lukisan Sidik Jari telah berupaya memberikan kontribusi optimal untuk pengembangan edukasi bagi generasi muda. Terbukti melalui beragam kegiatan di museum ini yang senantiasa merangkul dan memberi ruang kreasi kepada kolompok-kelompok anak muda mengadakan diskusi, kesenian, workshop, pemutaran film dokumenter, serta berbagai aktivitas lainnya.
Museum ini juga menyediakan perpustakaan serta taman bacaan untuk anak-anak dan umum yang bekerjasama dengan Komunitas Nyuh Gading dan Komunitas Sahaja di Denpasar. [b]
Teks da foto dikirim Komunitas Sahaja.