Oleh Luh De Suriyani
Suatu hari, Aditya, siswa SMAN 4 Denpasar, bertanya pada 54 calon anggota legislatif (caleg) perempuan yang tengah berkumpul. “Bagaimana persiapan mental ibu kalau nanti tidak terpilih,” tanyanya dengan yakin.
Ruangan pertemuan debat caleg perempuan itu jadi gaduh oleh derai tawa. Caleg-caleg itu menganggap pertanyaan ini guyonan. Menurut Aditya pertanyaan ini juga sering dilontarkan teman-temannya yang tahun ini menjadi pemilih pemula di Pemilu 2009.
Sebanyak 5.065 orang caleg di Bali akan berkompetisi memperebutkan 399 kursi parlemen. Hanya 8 persen yang akan berhasil.
Salah seorang ahli jantung di Bali, Prof dr. I Wayan Wita mengatakan telah dikunjungi puluhan caleg di klinik pribadinya dan Intensive Care Unit (ICU) RS Sanglah. Ia tidak bersedia merinci caleg-caleg yang dimaksud dan detail diagnosis medisnya.
“Sejumlah pasien saya harus pensiun karena menjadi caleg. Ada yang sangat terbeban ada yang lebih santai,” katanya beberapa hari lalu, di ruang Program Studi Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler RS Sanglah Denpasar.
Wita yang juga pernah mencalonkan dalam pemilihan Gubernur Bali tahun lalu mengakui hal ini wajar, asalkan tidak membuat depresi akut.
Keluhan terbanyak adalah jantung berdebar-debar sampai mengganggu aktivitas tidur, makan, dan sangat sensitif. “Konsumsi rokok menjadi meningkat, dan ini berbahaya bagi jantung,” tambah Dewan Pengawas RS Sanglah Denpasar ini.
Dari pemeriksaannya, belum ada yang sampai komplikasi. “Pencegahannya sangat sederhana, makanan dan istirahat yang cukup. Daya tahan tubuh yang baik adalah penangkal stres,” katanya.
Berdasarkan keluhan pasiennya, Wita mengatakan beban biaya kampanye Pemilu adalah masalah utama yang menyebabkan jantung berdebar-debar dan stres. “Bahkan tidak hanya calegnya yang stres tapi juga keluarganya yang kut memeriksakan diri. Karena hutang ini ditanggung bersama,” ujarnya.
Namun, ia melihat berlebihan kalau RS Jiwa atau klinik kejiwaan harus siaga menyambut caleg-caleg yang gagal. “Gangguan jiwa tidak serta merta, namun bertahap mulai dari medis sampai psikologis,” jelasnya.
Beban psikologis yang sangat besar memang diakui Ni Ketut Supatmini, caleg DPRD Badung. “Saya berusaha menghindari bermain uang. Saya takut stres kalau sudah keluar banyak tapi tidak lolos. Ini berat sekali untuk saya tapi juga keluarga,” katanya.
Menurutnya Pemilu ini juga adalah kompetisi modal antar calegnya. “Semua caleg bebas kampanye di komunitas caleg lain, yang penting punya modal untuk memberi bantuan,” kata Supatmini yang pasrah karena suara dukungannya kini pecah di banjarnya setelah sejumlah caleg lain masuk dengan janji-janji memberi bantuan materiil.
Hal yang sama diakui Alit Kesuma Kelakan, calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Bali. Menurutnya biaya politik yang diperlukan dengan sisitem Pemilu saat ini sangat besar. “Warga saat ini malah mengundang caleg untuk misalnya peresmian pura untuk meminta sumbangan,” ujarnya.
Hal ini yang memaksa caleg harus mengeluarkan banyak biaya tidak hanya untuk atribut kampanye. “Saya beruntung pernah menjabat Wakil Gubernur jadi warga sudah tahu dan tidak terlalu terbeban secara psikologis,” ujarnya. [b]
Versi Bahasa Inggris tulisan bisa dibaca di http://www.thejakartapost.com/news/2009/04/07/candidates-may-face-health-risks-after-election-day.html
ngomong2…. Ni Ketut Supatmini itu kakak sepupu saya loh. :p
Tapi gak tau apakah ia bisa lolos atw gak…
Sebanyak 5.065 orang caleg di Bali akan berkompetisi memperebutkan 399 kursi parlemen. Hanya 8 persen yang akan berhasil. >> jadi inget jaman2 UMPTN dulu… xixixixiixix….
tiap abis pemilu bakal banyak orang yang stress yah ???? weh bisnis klinik psikiater musiman boleh juga ni 😀
Stress karena gagal jadi legislator adalah wajar. Namanya juga gagal, pasti jadi kepikiran. Semakin besar usahanya kemudian gagal, semakin besar juga kepikirannya. Ya ndak?
Saya malah pengen, yang menang pemilu harus memeriksa kesehatan jiwanya. Maksudnya, sudah siap blum nanti mereka jadi pemimpin. Jangan salah lho, yang menang pun bisa jadi gila. Yaitu gila harta dan kekuasaan. Buat yang menang, waspadalah..waspadalah!!
Bagaimana ya jika mereka akhirnya dirawat di RS Jiwa atau Panti Orang Gila?
Yuk kita melongok keadaan panti-panti orang gila. Seperti apa sih kondisinya. Baca ya di sini:
http://kalipaksi.wordpress.com/2009/04/19/yuk-melongok-panti-orang-gila/
Mengapa situs ini tidak mendukung bahasa lain