• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, October 4, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Budaya

Otonan, Ulang Tahun ala Bali

Didi Suprapta by Didi Suprapta
25 April 2008
in Budaya, Opini
0 0
1

Oleh Kadek Suprapta

Wow, berarti kamu ultah tiga kali dalam setahun dong? Kira-kira sejenis itu ungkapan yang biasa saya terima dari rekan-rekan kerja yang terutama berasal dari luar Bali. Ungkapan di atas muncul ketika biasanya saya permisi pulang lebih dahulu dari kantor karena harus pulang lebih awal untuk otonan. Otonan adalah ritual ulang tahun masyarakat Bali*) yang datang setiap enam bulan sekali.

Datangnya otononan mengkuti siklus Sapta Wara dan Panca Wara serta siklus pawukon. Sapta Wara berumur tujuh hari terdiri dari (Radite, Soma, Anggara, Buda, Wrespati, Sukra, Saniscara) dan sama dengan perhitungan Kalender Masehi namun mempunyai nama yang berbeda. Panca Wara berumur lima hari yang terdiri dari Umanis, Pahing, Pon, Wage, Kliwon. Sedangkan pawukon berjumlah 30 wuku dan masing-masing wuku itu berumur 7 hari. Jadi satu wuku datang setiap 210 hari sekali.

Perhitungan otonan, sama halnya dengan perhitungan Galungan, Kuningan, Saraswati Tumpek dan hari raya lainnya, yaitu setiap 210 hari sekali. Misalnya, Buda Pahing Landep. Sapta wara = Budha, Panca Wara = Pahing, Wuku = Landep. Budha Pahing Landep ini datangnya pasti setiap 210 hari sekali. Masih ingat pelajaran KPK jaman SD dulu kan? Nah begitulah perhitungannya. Hari-hari penting Hindu yang berdasarkan wewaran dan pawukon**) juga seperti itu perhitungannya.***)

Di samping perhitungan hari Raya berdasarkan wewaran dan pawukon, ada juga perhitungan hari raya berdasarkan Sasih. Perhitungan berdasarkan sasih ini biasanya memakai patokan bulan purnama dan bulan mati. (Tileming Sasih ke… atau Purnamaning sasih ke…) Satu sasih berumur 30 hari yang terdiri satu kali purnama dan satu kali tilem.

Masih ada beberapa lagi cara dan siklus perhitungan hari yang dipakai masyarakat Bali. Namun secara umum yang dipakai adalah perhitungan berdasarkan sasih dan pwukon di atas.

Nah, sekarang kebayang kan kenapa saya bisa ulang tahun 3 kali dalam setahun? Dua kali otonan dan 1 kali ulang tahun Masehi.

Catatan:

*) mungkin setiap desa mempunyai cara merayakan dan tradisi berbeda mengenai otonan ini, tetapi secara umum masyarakat Bali mengenal konsep otonan ini.

**)wewaran berasal dari kata wara dan pawukon berasal dari kata wuku

**) silakan berkunjung ke situs BabadBali.com untuk lebih banyak tentang wewaran dan pawukon ini

Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Didi Suprapta

Didi Suprapta

Didi Suprapta. Akrab dipanggil Didi atau Dek Didi. Lahir di Songan, sebuah desa di pedalaman Kintamani tepatnya pinggiran Danau Batur. Mempunyai minat besar pada blogging dan pemanfaatan internet sebagai media promosi untuk menggantikan model promosi konvesional. Dapat dijumpai di blognya: http://www.ikads.com

Related Posts

Jejak Pangan, Jejak Iklim. Apakah Benar Bali Surplus Beras?

Jejak Pangan, Jejak Iklim. Apakah Benar Bali Surplus Beras?

3 October 2025
Kata Warga Ubud tentang Kemacetan dan Fasilitas Publik

Kata Warga Ubud tentang Kemacetan dan Fasilitas Publik

3 October 2025
Belajar Kepemimpinan dari Megoak-Goakan

Belajar Kepemimpinan dari Megoak-Goakan

2 October 2025
Sanur Berbenah: Proses yang Tidak Semulus Itu

Sanur Berbenah: Proses yang Tidak Semulus Itu

1 October 2025
Aksi di Bali: Para Relawan yang Berkorban dan Politik Identitas

Aksi di Bali: Para Relawan yang Berkorban dan Politik Identitas

30 September 2025
Lima Pemimpin Agama Menyatukan Suara Perlindungan Alam

Lima Pemimpin Agama Menyatukan Suara Perlindungan Alam

29 September 2025
Next Post

GWK Peak A Boo XC Challenge 2008

Comments 1

  1. ansari says:
    17 years ago

    Om Swastiyastu,

    Saya menikah dengan suami orang Bali pada thn 2001, dan pindah agama sesuai dengan kepercayaan suami yaitu, Hindu. Banyak sekali upacara2 yang saya tidak mengerti, dan juga sulit dijelaskan oleh mertua saya. Seakan akan mereka hanya mengikuti kebudayaan yg sudah ada sejak dahulu kala, tanpa mengerti makna setulusnya. Saya jadi seperti orang bodoh, karena ingin tahu, tapi tdk mendapatkan jawaban yang memuaskan.

    Contohnya seperti acara otonan anak saya pd tahun 2004. Dilakukan setelah dia berumur satu 1.5 tahun, prosesi dilaksanakan di Banjar. Kami berdomisili di Jakarta. Otonan ini tdk seperti otonan 3 bulan atau 6 bulanan seperti dijelaskan di web site ini. Awalnya kami sembahyang sekeluarga, lalu anak kami mengelilingi pura keluarga, lalu saya seperti bertukaran antara perhiasan dengan buah kelapa(?)katanya buah itu menandakan anak saya yg nantinya akan ditukar dengan anak saya yg sebenarnya. Lalu anak saya mendapatkan perhiasan, kemudian sembahyang antara saya-suami-anak. Lalu setelah itu anak saya diberikan anak ayam untuk dipegang.Kmudian suami saya menggendong anak sembahyang di depan sajen sambil dipeluk oleh ayah mertua saya.
    Lalu saya lupa prosesi selanjutnya, sampai akhirnya kita menuju pntai, sembahyang beramai ramai lalu ke arah laut dimana anak saya seperti akan dihanyutkan namun malah buah kelapa saya(kalo tidak salah) yg dihanyutkan, kemudian saya mendapatkan anak saya sebagai gantinya (ditukar).

    Apakah ini termasuk Otonan biasa? Kalo tidak apakah nama prosesi ini? Untuk apa maksud dan tujuan? aga r dijelaskan secara rinci proses tersebut, karena saya harus menjelaskan ulang, di sekolah anak saya. Karena ini bagian dari jurikulum sekolah untuk pengenalan culture dan keagamaan. Sebenarnya saya harus mengumpulkan secepatnya laporan ini ke sekolah, dan saya baru saja menemukan website ini melalui google, karena sudah putus asa. Terima Kasih apabila bisa dijelaskan secara step-by-step prosesi tersebut.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Jejak Pangan, Jejak Iklim. Apakah Benar Bali Surplus Beras?

Jejak Pangan, Jejak Iklim. Apakah Benar Bali Surplus Beras?

3 October 2025
Kata Warga Ubud tentang Kemacetan dan Fasilitas Publik

Kata Warga Ubud tentang Kemacetan dan Fasilitas Publik

3 October 2025
Belajar Kepemimpinan dari Megoak-Goakan

Belajar Kepemimpinan dari Megoak-Goakan

2 October 2025
Sanur Berbenah: Proses yang Tidak Semulus Itu

Sanur Berbenah: Proses yang Tidak Semulus Itu

1 October 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia