Tiap tempat di Bali memiliki makanan khas berbeda-beda.
Kadang-kadang bisa saja makanan yang sama namun namanya berbeda. Begitu pula dengan makanan di Nusa Penida, Klungkung.Akhir bulan lalu, saya mampir ke sini untuk ikut Kelas Jurnalisme Warga dengan teman-teman di pulau ini. Pada hari kedua, ketika masih pagi, teman lama saya di Bali Blogger Community, Made Suardana alias Devari, mengajak jalan-jalan alias melali. Kami pun menerimanya dengan senang hati.
Soal jalan-jalannya, nanti deh saya tulis kapan-kapan. Sekarang soal makanan khasnya dulu. Salah satu di antaranya adalah tipat jukutaku.
Jika Anda mampir ke pulau ini, salah satu makanan yang bisa dicoba adalah tipat jukutaku yang di Bali daratan umumnya disebut tipat kuah. Tak hanya nama, menu khas Nusa Penida ini juga sedikit berbeda dibandingkan dengan tipat kuah pada umumnya.
Menu utama tipat jukutaku adalah ketupat yang dibuat dari beras yang dikukus dalam daun kelapa muda. Ukurannya kira-kira sebesar kepalan tangan orang dewasa. Tipat jukutaku disajikan, biasanya, berupa empat biji ketupat ini dalam satu piring.
Empat biji ketupat, dalam bahasa Bali disebut tipat, ini ditaburi kuah dengan sayur nangka muda plus sedikit biji kedelai hitam (undis). Kuah sayur nangka muda ini membuat tipat jukutaku terasa segar.
Namun, menu yang membuat benar-benar berbeda adalah sajian ikan laut dalam seporsi tipat jukutaku. Ikan laut ini ada dalam dua pilihan, sate dan pepes. Dua menu ini menambah nikmat tipat jukutaku karena disajikan hangat dan pedas.
Sebagai penggemar makanan pedas dan segala menu dari ikan laut, tentu saja saya menyantapnya penuh semangat 45. Begitu pula dengan jukut taku ini. Tak cukup sekali, saya menambah pepes dan satenya sampai dua kali.
Romantis
Salah satu tempat untuk menikmati tipat jukutaku adalah Pasar Mentigi, yang berjarak sekitar 500 meter dari Pelabuhan Toyapakeh, pelabuhan terbesar di Nusa Penida. Di pasar kecamatan ini terdapat suami istri penjual tipat jukutaku, Biang Arti dan Aji Puning. Tiap hari mereka berjualan dari pukul 8 hingga 12.
Selama sekitar sepuluh tahun, Biang Arti dan Aji Puning ini sudah jualan tipat jukutaku di pasar ini. Begitu pula pada akhir pekan lalu. Biang Arti melayani pembeli sedangkan Aji Puning memanggang sate dan pepes. Romantis sekali mereka.
Tempat sepasang suami istri berjualan tipat jukutaku ini hanya trotoar. Tidak ada tempat duduk khusus sehingga pembeli harus makan dengan cara duduk di trotoar atau di emperan toko. Meskipun demikian, pembeli selalu ramai di warung mereka.
Begitu pula dengan kami pada saat itu. Kami terpaksa makan sambil ngemper di salah satu toko di dekat tempat mereka jualan. Tapi ya kami cuek bebek. Nikmat tipat jukutaku membuat kami lupa segalanya, termasuk berapa harganya. Soale Bli Suardana yang traktir kami. Hehehe..
Enak Banget pak anton, jadi kangen pulang kampung.