• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, October 4, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Perawatan Jeruk Kintamani: Waspada Hama Sebelum Panen

Redaksi BaleBengong by Redaksi BaleBengong
10 March 2021
in Kabar Baru, Sosial
0 0
0
Komang Alit memerlihatkan hama pada pucuk daun jeruk kintamani.
Komang Alit memerlihatkan hama pada pucuk daun jeruk kintamani. Foto Ayu Bintang dan Puspa Aryanti.

Penulis: Ni Luh Putu Ayu Bintang dan Ni Luh Putu Puspa Aryanti

Musim hujan menjadi alarm bagi I Komang Alit merawat kebun jeruknya di Desa Mengani, Kecamatan Kintamani, Bangli. Komang Alit salah satu petani jeruk kintamani yang memilih membudidayakan dua jenis jeruk. Sudah 25 tahun sejak lulus SMA sampai sekarang berumur 46 tahun, Komang Alit membudidayakan jeruk siam dan remao gerga rebong (kiprok).

Kini ia memiliki kurang lebih 1 hektare tanah untuk ditanami jeruk. Jeruk siam terus dikembangkan karena memiliki keunggulan rasa manis sehingga mudah dipasarkan. Jeruk ini cocok ditanam di daerah sejuk seperti di Desa Mengani Kintamani.

Sedangkan jeruk kiprok memiliki keunggulan mampu bertahan lebih dari satu bulan pascapanen. “Jeruk kiprok baru-baru ini diperkenalkan di Bali, sehingga belum banyak diketahui petani. Jeruk ini merupakan jenis unggulan baru di Indonesia,” kata Komang yang aktif dalam komunitas Subak Abian Eka Swakarya Dharma.

Perbedaan kedua jeruk ini terletak pada jenis serat buahnya. Menurut Komang, jeruk siam dan remao gerga lebong (kKiprok RGL) bisa dipanen setelah tiga tahun penanaman. Pohon jeruk mampu hidup sampai 25 tahun. Namun, tergantung pada perawatannya juga.

Petani jeruk kintamani menebar pupuk di sekitar pohon agar tanamannya mendapatkan nutrisi
Petani jeruk kintamani menebar pupuk di sekitar pohon agar tanamannya mendapatkan nutrisi. Foto Ayu Bintang dan Puspa Aryanti.

Kulit Kuning

Adapun cara perawatan tanaman jeruk yang dilakukan Komang menggunakan perhitungan musim hujan. Dalam setahun, tanaman jeruk Komang diberi tiga kali pupuk kimia. Dengan pembagian waktu ketika awal hujan, pertengahan hujan dan di akhir hujan. Saat musim panas baru dilakukan penyiraman. Pemangkasan pun rutin dilakukan Komang setiap satu tahun sekali. Katanya agar lebih rimbun.

Sesekali ia melakukan penyemprotan jika kondisi tanaman mulai terlihat tumbuh tidak wajar seperti kena hama. Biasanya penyemprotan ia lakukan tiap 15 hari sekali. Sehingga tanaman jeruk tetap terjaga dari hama dan menghasilkan daun yang rimbun. “Kalau semisal daunnya bagus pemupukan daun bisa dilakukan 1 bulan sekali,” kata Komang.

Kriteria jeruk yang bagus menurut Komang biasanya terlihat dari buahnya yang besar, kulit luarnya mulus dan warna kulitnya kuning kemerahan. Biasanya akan tahan lama dan daya kandung airnya banyak. Ia menjamin, rasanya pasti manis dan enak.

Pohon jeruk yang rimbun sejak kecil menjadi indikasi pohon yang baik. Menurut Komang, penanaman pohon jeruk secara alami menghasilkan buah yang sedikit. Membudidayakan jeruk perlu perawatan dan pengecekan sesering mungkin. Karena ia rentan hama. Sehingga perlu pengawasan dari hama agar menghasilkan buah yang banyak dan bagus.
?
Sedikitnya, ada dua bahan senyawa kimia yang digunakan Komang untuk merawat tanaman jeruknya. Insektisida ia gunakan untuk memberantas hama. Fungisida digunakan agar tanaman jeruknya tak berjamur. Sedangkan untuk penyubur tanaman Komang menggunakan obat organik.

Menurut Komang, tantangan budidaya jeruk adalah mengendalikan hama. Meski sudah disemprot. Hama membuat jeruknya tak matang sempurna dan menyebabkan rasa yang asam. Fatalnya, pohon jeruk yang terserang hama akan menguning dan mati. Sehingga petani terkadang harus menambah dosis obat untuk merawat pohon jeruknya.

Sebagian pohon jeruk di Kintamani yang sudah mulai matang dengan kulitnya yang kuning langsat. Foto Ayu Bintang dan Puspa Aryanti.

Kesulitan Modal

Walaupun hujan bisa menjadi alarm untuk Komang merawat pohon jeruknya, tetapi musim hujan juga menjadi tantangan perawatan tanaman jeruk. “Musim hujan membuat kami tidak bisa menyemprot,” katanya. Budidaya jeruk memerlukan modal dan lahan yang lumayan banyak. Sehingga tak jarang petani kesulitan modal untuk budidaya jeruk.

Hasil panen jeruk Komang dijual ke pengepul. Selanjutnya pengepul yang meneruskan penjualan ke beberapa pasar besar. Seperti Pasar Anyar di Singaraja, Pasar Titih di Denpasar.

Pandemi berdampak besar terhadap pemasaran dan harga jeruk di Bali, Harga jeruk sebelum pandemi sekitar Rp. 12.000. Saat pandemi, harga jeruk merosot hingga dijual dengan harga sekitar Rp. 5.000 saja.

Meski harga jual jeruk merosot, tak menyurutkan Komang untuk membudidayakan jeruk. Menurutnya jeruk menjadi bahan pangan dan banyak diminati diberbagai kalangan. Selain bisa dikonsumsi sendiri, jeruk di Bali menjadi sarana upakara. “Melalui budidaya jeruk, saya bisa memenuhi kebutuhan hidup, harga jeruk Kintamani yang ekonomis mudah untuk dijual di pasaran,” tuturnya. [b]

Keterangan: Ni Luh Putu Ayu Bintang dan Ni Luh Putu Puspa Aryanti adalah peserta Kelas Menulis Jurnalisme Warga (KJW) di Desa Mengani.

kampungbet
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Redaksi BaleBengong

Redaksi BaleBengong

Menerima semua informasi tentang Bali. Teks, foto, video, atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke kabar@balebengong.id

Related Posts

Jejak Pangan, Jejak Iklim. Apakah Benar Bali Surplus Beras?

Jejak Pangan, Jejak Iklim. Apakah Benar Bali Surplus Beras?

3 October 2025
Kata Warga Ubud tentang Kemacetan dan Fasilitas Publik

Kata Warga Ubud tentang Kemacetan dan Fasilitas Publik

3 October 2025
Belajar Kepemimpinan dari Megoak-Goakan

Belajar Kepemimpinan dari Megoak-Goakan

2 October 2025
Sanur Berbenah: Proses yang Tidak Semulus Itu

Sanur Berbenah: Proses yang Tidak Semulus Itu

1 October 2025
Aksi di Bali: Para Relawan yang Berkorban dan Politik Identitas

Aksi di Bali: Para Relawan yang Berkorban dan Politik Identitas

30 September 2025
Lima Pemimpin Agama Menyatukan Suara Perlindungan Alam

Lima Pemimpin Agama Menyatukan Suara Perlindungan Alam

29 September 2025
Next Post
COVID-19 : Spiritualitas Orde Paling Baru

Benarkah Orang Gendut Lebih Mudah Terinfeksi COVID-19?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Jejak Pangan, Jejak Iklim. Apakah Benar Bali Surplus Beras?

Jejak Pangan, Jejak Iklim. Apakah Benar Bali Surplus Beras?

3 October 2025
Kata Warga Ubud tentang Kemacetan dan Fasilitas Publik

Kata Warga Ubud tentang Kemacetan dan Fasilitas Publik

3 October 2025
Belajar Kepemimpinan dari Megoak-Goakan

Belajar Kepemimpinan dari Megoak-Goakan

2 October 2025
Sanur Berbenah: Proses yang Tidak Semulus Itu

Sanur Berbenah: Proses yang Tidak Semulus Itu

1 October 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia