Belasan warga Tulamben berperan layaknya wartawan.
Mereka terlibat dalam pelatihan jurnalisme warga Nyegara Gunung pada akhir pekan ini di Kantor Desa Tulamben. Ada pemandu selam lokal, pelaku usaha, staf Badan Usaha Milik Desa, pelajar, dan lainnya.
Mereka merintis pusat informasi desa yang dikelola warga sendiri. Pengelolaan informasi dinilai sangat penting sebagai bagian upaya perbaikan pengelolaan kawasan wisata Tulamben yang lebih terintegrasi.
“Efek globalisasi informasi, akses sangat terbuka sehingga perlu dilatih cara produksi informasi,” kata Pasek Antara, Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi (Kabid Kominfo) Kabupaten Karangasem. Dia mewakili Kepala Dinas Kominfo membuka pelatihan yang dilaksanakan oleh Desa Tulamben, Conservation International Indonesia dan Sloka Institute ini.
Pasek berharap 78 Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang sudah ada di desa dan kelurahan di Karangasem bisa terlibat dalam pelatihan seperti ini. Agar bisa aktif dalam pengelolaan informasi desa. Menurutnya UU Desa sangat mendorong keterbukaan informasi dan transparansi pembangunan di desa.
Karena itu warga perlu punya kemampuan mengolah informasi.
Nyegara Gunung dipilih menjadi tema pelatihan dan kampanye pelestarian. Konsep ini mengingatkan bahwa antara hulu dan hilir adalah satu kesatuan dan harus dijaga. Filosofi Bali ini tak hanya dalam bentuk ritual tapi juga tindakan nyata menjaga sumber air dari gunung, sungai, sampai ke laut.
Dalam pelatihan ini, warga membuat sejumlah topik menjadi tulisan, foto dan video dari ponsel. Banyak tema yang mereka akan eksplorasi terkait upaya perbaikan dan pengembangan desa. Misalnya tentang upaya konservasi bangkai kapal selam yang jadi maskot bawah laut, pengelolaan sampah, sejarah kelompok-kelompok pendukung wisata di Tulamben seperti organisasi buruh angkut “Sekar Baruna” pada tahun 1981, dan lainnya.
I Nyoman Suastika, salah seorang pemandu selam mengatakan saat gelombang pasang jelang Galungan lalu, situs kapal karam (ship wreck) USS Liberty di perairan dangkal Tulamben terlihat ada yang rusak.
“Ada yang terkubur pasir dan patah. Ini mengkhawatirkan,” risaunya. Ia memotret dan ingin mengabarkan hal ini pada orang lain.
Kapal karam di Karangasem, Bali Timur menjadi magnet utama penyelam dari penjuru dunia. Kini, situs kapal ini dikhawatirkan rusak kalau tak segera dikonservasi.
Coral Reef Alliance dan Reef Check Indonesia, pada risetnya tahun 2013 menyebut perputaran ekonomi di kawasan ini senilai USD 10 juta per tahun. Dari akomodasi wisata, bisnis wisata air serta pendukungnya. Program Kajian Cepat Kelautan Bali (Marine Rapid Assessment Program/MRAP) CI Indonesia dan Dinas Kelautan Perikanan pada 2011 juga menyatakan Tulamben adalah aset penting bagi pembangunan daerah yang pemanfaatannya terutama untuk produksi kelautan, pariwisata, dan transportasi laut.
Hanggar Prasetio dari CI Indonesia memaparkan peta rencana konservasi di wilayah Karangasem dari Padangbai, Candidasa, Amed, dan Tulamben. “Ada karang Jepun di Indonesia yang hanya ada di Karangasem,” ujarnya.
Selain itu di Kawasan Konservasi Perairan (KKP) yang menjadi penentunya adalah warga sendiri, dari menentukan zona perlindungan sampai pemanfaatan setelah ada kajian ilmiah di lokasi mana terkonsentrasi terumbu karang, ikan, dan lainnya.
Data Disbudpar Karangasem tahun 2013-2014 menyebut sekitar 70 wisatawan ke kawasan wisata Tulamben setiap tahunnya. Tahun lalu CI Indonesia mengadakan diskusi kelompok terfokus “Isu dan Strategi Pengelolaan Pariwisata di Kawasan Pesisir dan Laut Tulamben” untuk memetakan solusi yang akan diambil untuk upaya konservasi ini.
Kepala Desa Tulamben I Nyoman Ardika mengatakan Liberty Shipwreck menjadi andalan utama perkembangan pariwisata di Tulamben. Dia berharap situs kapal tenggelam ini dapat dipertahankan dalam waktu yang lama, sehingga bisa memberi manfaat ekonomi yang lebih panjang bagi masyarakat.
Tantangan ke depan adalah bagaimana pariwisata ini dapat dikelola agar tekanan terhadap sumberdaya dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam kebijakan tata ruang, Tulamben juga termasuk kawasan strategis Provinsi maupun Kabupaten baik untuk peruntukan pariwisata maupun sektor kelautan dan perikanan.
“Karena itu kami berharap jika ada warga dan pusat informasi seperti ini, bisa cepat diketahui pihak terkait agar kawasan wisata Tulamben tetap bisa memberi kontribusi pada daerah,” harap Ardika. [b]