Kupit ialah Komang Guna Warma yang ingin menjadi sesuatu, yang kita tau itu dia.
Di dunia kapitalistik ini banyak hal sering berhenti pada ukuran angka-angka, misalnya dibentuk tendensi berpikir makanan yang paling mahal seakan sah menjadi makanan yang paling lezat.
Tapi di dunia manusia juga ada hal-hal magis tidak boleh mati. Misalnya, bagaimana kita sepakat kalau makanan juara ialah makanan yang dimasak oleh orang tercinta, apalagi bahannya dipetik tidak jauh dari meja makan kita.
Setidaknya bagi saya, dan mungkin juga bagi ribuan fans guna warma yang kandas di dunia kapitalisme ini, mengganggap ia (Kupit dan karya-karyanya) ialah kesatuan masakan yang dimasak oleh orang yang kita cinta dan bahan-bahannya dari kebun sendiri. Sesuatu yang sederhana jika kita tulis di kertas. Tapi ketika itu sudah melantun menjadi sebuah kesatuan, kemudian menyentuh indera kita, meresap pada darah kita dan relung- paling sunyi di tubuh kita. Saat itu Tuhan seperti sengaja belum menciptakan kata-kata untuk menggambarkan perjalanan itu. Mungkin agar kita bisa jeda untuk mengingat bisa merasa, atau agar kapitalisme tidak bisa mencatat dan menaruh perjalanan itu di list menu-nya.
Dunia banyak mulai mengenal Kupit Nosstress melalui lagunya yang berjudul Tanam Saja, lagu dengan kumpulan kalimat sederhana, gampang meresap dan tumbuh di mana-mana. Lagu itu tercipta karena buah kegundahan Kupit melihat kebun di depan rumahnya luluh lantak pasca upacara adat.
Tapi ketika kegundahan di kebunnya dipetik untuk kemudian diolah. Kupit berhasil memasaknya menjadi lagu. Lagu itu seakan bisa memposisikan manusia ialah Kupit dan kebun di depan rumah ialah seluruh dunia dengan kenyataan yang tak seindah dulu.
Selain jago meracik lagu dan memanen kegundahan, memiliki suara yang begitu magis ialah kunci. Bagaimana lulusan komputer ini bisa ada di atas pijakannya hari ini. Suara magis ini bukan sekedar karunia yang esa, bukan juga karena karma baiknya hingga memiliki pasangan mba Sandrayati Fey, tapi lebih dalam dari itu.
Salah satu komponen rahasia suara magis Kupit ialah adanya flu dalam hidungnya yang terus hinggap. Pernah ia ingin mengobati flu itu secara tuntas, tapi orang yang memahami kedalaman suara Kupit ketika itu sangat takut, dan melarang ia menyembuhkan flu itu. Karena takut itu akan mengubah suara magisnya.
Sekiranya Kupit pernah hadir di dalam doa kalian, tolong jangan sekali mendoakan agar Kupit benar-benar sehat, tapi doakan-lah kupit sehat dengan flu yang terus ada itu.
Sebuah hymne, lagu kebangsaan yang heroik bersahaja juga lahir dari Kupit dan Agung Alit. Dari anak-anak sampai orang tua fasih menyanyikan refrain lagu ini, “Sayang Bali… Tolak Reklamasi… Bangun Bali kita dibohongi. Rusak Bumi dan anak negeri..”
Aksi corat-coret di kertas lusuh siaran pers tolak reklamasi pada 2013, menjadi jejak duet biduan dan aktivis yang mendirikan Taman Baca Kesiman itu. Kini, anthem BTR dinyanyikan dalam aneka bahasa oleh aktivis Asia Tenggara.
Suara flu Kupit juga membuat lagu Dekon karya Ketut Putu di album Prison Songs besutan Taman 65 ini hidup kembali. “Dekon nike tuhu wejangane becik. Margi kesaratan mangda ical je sayahe. De je uyut mesogsag mengajak timpal. Bersatu pang teguh, rakyat buruh tani musuhe nu galak tikus tikus ekonomi…”
Kupit akan Melali Bareng Musisi pada Sabtu, 22 Juni ke Karangasem, tanah kelahiran bapaknya. Melihat tegalan aneka jenis kelapa madan (bernama), olahannya, dan konser di Bukit Pekarangan, Ngis.
Tata, adik Kupit membagi kedekatan dengan kakaknya.
Sejak umur 4 tahun, Kupit sudah senang bernyanyi. Awalnya hanya ikut-ikutan kakaknya dan kerap memegang peran backing vocal semasa kecil.
Seiring tumbuh, kesenangan bernyanyi sempat redup, terutuma selama SD. Mungkin karena dia sibuk belajar sampai selalu menjadi juara kelas dan pemimpin regu Pramuka se-kelurahan Tonja.
Namun saat beranjak ke bangku SMP, ketertarikannya akan musik kembali. Diawali kesukaannya pada majalah, di antaranya majalah Gadis, Aneka, dan Gaul, Kupit bertemu dengan seorang dagang majalah yang mempunyai sebuah gitar butut. Tapi gitar ialah gitar. Bagi anak seumur Kupit dengan bekal sekolah yang ngepas, gitar ini termasuk barang langka.
Singkat cerita, gitar ini dibeli seharga beberapa puluh ribu. Inilah gitar pertama Kupit, yang kini keberadaannya entah di mana. Bukan karena teledor, tetapi ada teman yang suka pinjam dan tidak dikembalikan.
Nah, seiring waktu berjalan, Kupit pun SMA. Sudah lebih ganteng karena pakai behel. Di SMA ia bertemu banyak teman lain yang suka main musik. Pada awalnya, ia punya band yang namanya Crocourt Acoustic. Dengan personil sekitar satu tim sepakbola. Semacam band Eagles dari negeri Paman Samuel. Di masa-masa inilah Kupit mulai punya idola-idola dalam bermusik, yang sampai kini masih dikagumi. Yang paling ia senangi adalah Jack Johnson.
Kupit menemukan sesuatu yang keren dari Jack Johnson, tak hanya musiknya. Tapi dari kisah-kisah hidup, keseharian Jack yang sederhana, dan kepeduliannya terhadap isu sosial dan lingkungan, tercermin dalam lagu-lagunya juga. Kupit memiliki pemikiran yang mirip seperti ini, dan bisa dibilang memiliki gaya hidup sangat sederhana. Sama seperti idolanya, namun dalam skala lebih kecil.
Oh iya, saat SMA, Kupit juga bagian dari tim basket SMA 7 yang dilatih oleh si Macan dari timur Chong Wei (terkenal sebagai pelatih galak). Ia lumayan lihai dalam freestyle basket, dan hingga kini masih sering bermain di lapangan basket di seberang Kertalangu.
Nah akhirnya, band Crocourt Acoustic yang dibentuk bersama teman-temannya ini kian berkurang personilnya. Dari satu tim sepakbola, mengecil jadi sebesar satu tim basket, dan akhirnya jadi tersisa 3 orang dan tidak bisa dibuat tim olahraga lain lagi. Maka jadilah Nosstress, hingga kini menjadi band kecintaan Kupit.