• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, May 23, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Budaya

Klarifikasi Konflik di Pura Jagatnatha

Luh De Suriyani by Luh De Suriyani
23 September 2010
in Budaya, Kabar Baru
0 0
6

Teks Luh De Suriyani, Foto Ilustrasi Anton Muhajir

Sejumlah tokoh agama dan desa adat di Bali bersepakat menjaga toleransi antar umat beragama dan kepercayaan.

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Desa Adat Pekraman Denpasar, Komponen Rakyat Bali (KRB), dan sejumlah elemen lain mengatakan toleransi di Bali tak akan goyah oleh upaya-upaya yang merongrong semangat saling menghormati keyakinan dan peribadatan masing-masing.

Hal ini ditegaskan oleh perwakilan masing-masing komponen dalam jumpa pers untuk mengklarifikasi upaya mengadu domba kelompok agama pasca insiden Pawai Ganesha Caturthi, Senin lalu. Kegiatan perayaan kelahiran Dewa Ganesha yang dilakukan sekelompok massa yang mengklaim diri World Hindu Youth Organization (WHYO) yang dikoordinir I Gusti Ngurah Arya Wedakarna itu berujung perusakan pintu Pura Jagatnatha, Denpasar saat itu.

Ikhwal insiden ini diceritakan kembali oleh Pemangku (pemimpin pura) Jagatnatha, IB Ketut Jaba yang terlibat dalam peristiwa ini. Pada 11 September itu, rombongan massa dengan koordinator Arya Weda hendak masuk ke pura membawa berbagai atribut perayaan Ganesha. Seperti patung Ganesha, keris, tombak, barongsai, dan lainnya.

“Arya Weda dan satu rekan lainnya yang bersembahyang saya layani. Tapi saya menolak ketika hendak melakukan pawai dan membawa atribut tertentu ke dalam pura,” ujar Jero Mangku Ketut Jaba. Perang mulut kemudian terjadi karena pihak pawai bersikeras, hingga akhirnya pengurus pura menutup paksa pintu pura dan menelpon petugas kepolisian.

Anehnya, di sejumlah media massa kemudian muncul berita tentang pengusiran dua orang pendeta Budha masuk Pura Jagatnatha seperti dituduhkan Arya Weda. “Tidak ada pengusiran pendeta Budha karena toh turis saja boleh masuk pura. Ini upaya mengadu domba kelompok agama,” ujar AA Ngurah Oka Suwetja, Ketua Parisadha Dharma Hindu Bali (PDHB) Kota Denpasar yang juga majelis Desa Pekraman Denpasar ini mewakili pengurus Pura Jagatnatha.

Suwetja mengatakan telah menolak permintaan pawai dalam pura dengan membawa atribut kepercayaan umat lain ini secara tertulis pada panitia. “Pura Jagatnatha hanya bisa dipakai persembahyangan dengan tata cara Hindu Bali untuk pemeluknya atau bukan. Silakan melakukan pawai atau festival di depan pura,” demikian Suwetja membaca surat yang diberikan pada WHYO beberapa hari sebelum insiden itu terjadi.

Bantahan juga disampaikan Ketua dan pengurus Perwalian Umat Budha Indonesia (Walubi) Bali. “Tidak ada pendeta Budha atau Bhiksu dari golongan agama kami yang diusir atau terlibat. Permasalahan ini harus diselesaikan dengan damai dan jangan sampai keharmonisan kita ternoda di Bali,” pinta Herman S Wijaya, tokoh Walubi Bali.

Sejumlah tokoh-tokoh pegiat pluralisme dan tokoh agama lain yang hadir juga menolak upaya disharmoni ini dengan meminta persoalan ini diselesaikan dengan cepat sesuai peraturan adat di Bali. “Banyak keyakinan atau penganut kepercayaan Hindu di Bali yang berbeda-beda ritualnya. Misalnya Hare Krisna, Sai Baba, Ashram Gandhi, dan lainnya. Tapi kita tak memperuncing perbedaan itu dengan mempertentangkannya,” ujar Cokorda Sawitri, perempuan sastrawan dan seniman penganut Hindu aliran Ciwa Budha.

Gusti Ngurah Harta, koordinator Komponen Rakyat Bali dan Perguruan Sandi Murti ini juga berharap ada tindakan tegas dari Majelis Desa Pekraman untuk memberikan sanksi adat pada kelompok yang secara sengaja ingin membuat kegelisahan atas nama agama di Bali. “Agama harusnya memberi pengayoman dan ketenangan. Bukan dijadikan alat untuk merusak,” imbuhnya. [b]

Tags: arya wedakerukunan agama di balipluralismepura jagatnatha di baliworld hindu youth organization
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Luh De Suriyani

Luh De Suriyani

Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Menulis lepas untuk Mongabay.

Related Posts

Daging Kurban untuk Semua

Daging Kurban untuk Semua

18 November 2010
Next Post

Membagi Rempah Berkah Bangkai Kapal

Comments 6

  1. Govi says:
    15 years ago

    Sangat disayangkan, ditengah kekawatiran masyarakat akan tindakan anarkis yg mengatasnamakan agama akhir-akhir ini, di Bali justru terjadi perselisihan sesama umat Hindu, siapapun yg benar maupun dipersalahkan dalam kasus ini, tolonglah masing2 pihak intospeksi diri.

    Reply
    • Boncel Art says:
      5 years ago

      Orang2 hare krisna mau sembahyang di pura trus ditolak. Kok dibilanh sesama umat Hindu? Sejak kapan hare krisna itu Hindu Dharma? Jelas2 sdh terlarang sebagai aliran sesat sejak 1984

      Reply
  2. Sandybali says:
    15 years ago

    Om Swastiastu.

    Kebetulan pada saat demo “ribut-ribut” bawa spanduk segala macam beserta megaphone TOA warna merah, saya pas melintas di areal patung Catur Muka.

    Mari bersama jaga Bali dari tindakan serupa ini.

    Terima kasih atas pelurusan beritanya.

    NB : Blog nya bagus. >>> bookmarked 🙂

    Reply
  3. mamodoglag says:
    15 years ago

    OM SWASTYASTU

    Sangat tidak nyaman dengan adanya kejadian seperti ini,apalagi sesama pengikut ajaran veda.Masing-masing sadar diri saja alias instropeksi…
    Semoga HINDU tetap ajeg di gumi bali.
    suksme…
    namaste…
    OM SHANTI…!
    OM NAMAH SHIVAYA…

    Reply
  4. wayan artama says:
    15 years ago

    SEMOGA VEDA TETAP AJEG DI BALI.
    namaste…
    OM SHANTI

    Reply
  5. Boncel Art says:
    5 years ago

    Jangan biarkan hare krisna menjadi benalu dan duri dalam daging di tubuh Hindu Dharma….

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Benarkah Gelombang PHK Tak Menyentuh Media Massa Bali?

23 May 2025
Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

23 May 2025
Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

22 May 2025
Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

21 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia