Solidaritas harus berumur panjang, di tengah impitan pandemi dan bencana alam gempa bumi pada 16 Oktober 2021 dini hari lalu. Ratusan warga Bangli dan Karangasem yang terdampak masih waswas karena rumah mereka belum aman ditempati.
Salah satunya Kolak dan istrinya terluka parah karena tertimpa material bangunan. Rumahnya ambrol hampir rata dengan tanah. Keduanya bahkan dikira sudah meninggal saat tertutup material. Mereka masih bertahan tinggal di sebuah ruang kecil yang masih berdiri.
Demikian juga keluarga lain. Mereka khawatir rumah mudah rubuh karena sudah retak-retak. Sementara itu di Desa Trunyan, Bangli, sedikitnya tiga rumah terkubur material longsoran. Ada 9 titik longsor, material bebatuan besar tercongkel dari bukit. Bahkan di Desa Kedisan, ada satu rumah yang baru dibangun tiga bulan kini runtuh.
Tanpa bencana gempa bumi, sebagian warga Desa Ban sudah mengalami tantangan akses air bersih, pendidikan, sarana publik, dan akses komunikasi. Kini dihantam gempa bumi.
Tak sedikit rumah yang ambrol hampir rata dengan tanah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangasem melalui siaran pers BNPB menyatakan 243 rumah rusak parah akibat guncangan gempa bumi M4,8 dengan kedalaman dangkal, 10 km. Selain itu sebanyak 300 rumah warga rusak ringan dan 3 lainnya rusak sedang. Selain kerusakan di sektor pemukiman, gempa mengakibatkan kerusakan berat pada 21 unit pelinggih atau bangunan suci, 6 paseh dan 2 candi. Satu candi lainnya rusak ringan. Dampak kerusakan juga terjadi pada fasilitas pendidikan 1 unit dan 3 titik akses jalan yang tertutup material longsor.
Kerusakan di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, ini tersebar di beberapa desa di 4 kecamatan, antara lain Desa Ban dan Dukuh (Kecamatan Kubu), Rendang dan Pempatan (Rendang), Jungutan (Bebandem) dan Amerta Buana (Selat). Dampak korban jiwa di Karangasem tercatat 1 warga meninggal dunia, 6 luka berat dan 69 luka ringan. Warga yang mengalami luka-luka telah mendapatkan perawatan medis di fasilitas kesehatan setempat.
Bupati Karangasem telah menetapkan surat keputusan tanggap darurat dengan nomor 328/HK/2021. Status tanggap darurat berlaku 7 hari, terhitung tanggal 16 hingga 22 Oktober 2021.
Selain di Karangasem, gempa yang terjadi pada pukul 03.18 WIB dengan kedalaman 10 km juga berdampak di Kabupaten Bangli. Rilis BNPB per 17 Oktober menyebutkan sebanyak 26 unit rumah warga rusak berat di kabupaten ini, sedangkan 9 rusak sedang dan 2 rusak ringan. BPBD Kabupaten Bangli mencatat fasilitas umum dan aset warga yang terdampak antara lain kantor desa 1 unit, puskesmas 1, bumdes 1, rumah ibadah 2, dapur 2 dan MCK 2.
Dampak korban jiwa di Bangli tercatat 2 warga meninggal dunia, 2 luka berat dan 5 luka ringan. BPBD menginformasikan sebanyak 5 KK atau 19 jiwa mengungsi akibat gempa. Kerusakan maupun dampak gempa di Kabupaten Bangli tersebar di tiga desa di Kecamatan Kintamani, yaitu Desa Trunyan, Abang Batu Dinding dan Abang Songan. BPBD Kabupaten Bangli telah mengaktifkan pos komando lapangan untuk mengkoordinasikan dan mengefektifkan penanganan darurat dari berbagai pihak di wilayahnya.
Warga, komunitas, dan lembaga bisa berdonasi langsung di posko penanganan. Misalnya di Bangli berpusat di dermaga Desa Kedisan. Nengah Widiada, salah satu petugas posko mengatakan warga di desa-desa yang terisolir tidak mau mukim di tenda pengungsian, dan memilih di rumah saudaranya. Bantuan pangan dipasok dari posko dermaga.
Sejumlah pihak membuat respon darurat. Salah satunya Yayasan IDEP yang merilis penggalian dana dan mobilisasi relawan di link https://kitabisa.com/campaign/bantubalibangkit
Gempa bumi dengan magnitudo 4.8 mengguncang Bali pada Sabtu (16/10) pukul 04.18 WITA. Guncangan sangat keras karena kedalaman 10 kilometer di darat. Sedikitnya 3 warga meninggal, puluhan luka berat dan ringan, serta ratusan rumah dan tempat sembahyang rusak.
Lokasi terdampak tak mudah diakses, selama 3 hari warga di kaki Gunung Abang, Kintamani terisolasi karena ada banyak titik longsoran di jalan desa. Sementara itu saluran internet buruk di Desa Ban, banyak kamar mandi dan dapur tak bisa dipakai. Akses pangan sehat, sanitasi, dan mitigasi kini sangat dibutuhkan.