Museum-museum ini bisa jadi tempat belajar tentang Bali.
Liburan telah tiba. Kini waktunya jalan-jalan. Biar asyik, jalan-jalannya tak cuma bersenang-senang tapi juga sambil belajar. Bali pun punya beberapa tempat liburan semacam ini. Jadi, meskipun jalan-jalan sambil belajar, yang jalan-jalan masih bisa sambil belajar.
Beberapa tempat liburan ini bisa jadi pilihan buat liburan anak-anak di Bali. Sebagian isinya saya tulis ulang dari tulisan lama.
Museum Bali
Lokasi museum ini di nol kilometer Denpasar, kawasan perempatan Catur Muka. Tepatnya di sisi timur lapangan Puputan Badung, tempat di mana perang besar (puputan) Kerajaan Badung melawan Belanda terjadi pada tahun 1906.
Museum Bali ini menyajikan koleksi-koleksi benda dalam kehidupan masyarakat Bali mulai dari kelahiran hingga kematian. Karena itu bagus untuk tempat mengenal adat dan tradisi Bali. Nama gedung-gedung di museum ini menggunakan nama-nama kabupaten di Provinsi Bali, seperti Buleleng, Karangasem, Tabanan, dan seterusnya.
Tiket masuk museum ini Rp 2.000 untuk dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. Kadang malah bebas masuk tanpa karcis sama sekali. Namun, pengunjung mesti menyiapkan uang antara Rp 5.000 – Rp 10.000 jika ingin ditemani pemandu lepas (guide freelance) selama berkeliling. Harap maklum, tidak ada pemandu resmi meski museum ini menyajikan wisata sejarah, hal yang tak cukup dijelaskan hanya lewat koleksi museum.
Museum Bali buka tiap hari kerja pada jam kerja pula. Dia tutup pada hari Minggu atau hari libur nasional lain.
Museum Bajra Sandhi
Jika Museum Bali berada di nol kilometer Denpasar, maka Museum Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi berada di pusat pemerintahan Bali di kawasan Renon, Denpasar. Karena itu museum perjuangan ini lebih dikenal dengan nama pendek Museum Bajra Sandhi Renon.
Seperti namanya, museum yang diresmikan pada 2003 ini menyajikan sejarah perjuangan rakyat Bali melawan penjajah. Namun, dia juga menceritakan sejarah Bali mulai dari zaman batu hingga tahun 1970an. Maka, museum ini wajib dikunjungi jika ingin mengenal sejarah Bali.
Bentuk museum yang seperti genta terbalik dan menjulang hingga 45 meter jadi salah satu bagian menarik dari museum ini. Dia bisa jadi landmark Denpasar atau bahkan Bali seperti Big Ben di London (Inggris), Menara Pisa di Paris (Perancis), dan semacamnya. Berfotolah dengan latar belakang Museum Bajra Sandhi, maka Anda sudah sah berkunjung ke Bali.
Tiket masuk museum ini Rp 3.000 untuk orang dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. Tidak ada pemandu yang terus menerus memberikan keterangan tiap kali ada tamu. Tapi, ada petugas yang bisa diminta informasi kalau butuh keterangan tentang diorama dan bagian-bagian lain museum ini.
Kalau toh tidak ada petugas, keterangan di diorama museum cukup memberikan keterangan tentang sejarah Bali dari zaman batu hingga tahun 1975 tersebut. Museum ini buka tiap hari dan jam kerja kecuali pada hari libur nasional dan hari raya Hindu, seperti Galungan dan Kuningan.
Museum Subak
Sistem irigasi dalam pertanian Bali yang biasa disebut subak. Dengan sistem tata sawah yang berundak-undak (terasering), subak merupakan salah satu daya tarik alam dan budaya Bali. Tapi, seiring makin hilangnya subak, maka tak banyak tempat untuk belajar sistem ini.
Untunglah ada Museum Subak di Tabanan, Bali. Museum ini berada di Kota Tabanan, sekitar 15 km barat daya dari Denpasar. Lokasi museum ini di depan Kantor DPRD Tabanan setelah Desa Kediri, berada satu tempat kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tabanan.
Untuk masuk museum, pengunjung perlu membayar Rp 4.000 per orang. Museum buka dari Senin sampai Sabtu dari pukul 8 pagi sampai 5 sore Wita. Pada Jumat, museum cuma buka sampai pukul 1 siang. Museum libur pada hari Minggu dan hari libur nasional.
Museum yang berdiri sejak 13 Oktober 1981 ini memamerkan sejarah subak di Bali dan alat-alat pertanian yang digunakan dari proses awal hingga penanganan pascapanen. Alat-alat pertanian itu terbagi dalam enam baris panel dengan tema tertentu di tiap bagiannya. Selain peralatan, misalnya timbangan air dan kalender musim tanam, juga ada keterangan tentang sistem pertanian ini. Jadi, pengunjung bisa belajar di sana.
Selain ruang pameran, di kawasan seluas 6 hektar museum ini juga terdapat contoh rumah tradisional bali. Bagian ini berada di sisi selatan kawasan museum, berjarak sekitar 500 meter dari ruang pamer museum. Berkunjung ke sini kita akan belajar bagaimana rumah tradisional Bali diatur termasuk filosofi di baliknya.
Museum Gunung Berapi
Museum yang disebut juga Museum Vulkanologi Kintamani ini satu kawasan dengan wisata Penelokan, Kintamani. Dari Denpasar perlu waktu sekitar 1,5 jam perjalanan dengan mobil atau sepeda motor. Jalan yang ditempuh bisa dari Denpasar – Gianyar – Bangli – Kintamani ataupun Denpasar – Ubud – Tampaksiring – Kintamani. Waktu tempuhnya tak jauh beda.
Panel yang menunjukkan Gunung Batur meletus merupakan salah satu bagian menarik di Museum Gunung Berapi Kintamani. Panel ini berada di lantai satu museum tiga lantai tersebut. Lantai satu memang khusus untuk panel-panel informasi terkait dengan gunung berapi di dunia maupun Indonesia selain juga untuk loket pembayaran bagi pengunjung. Tiap pengunjung membayar Rp 5.000 untuk menjelajah museum seluas 5000 meter persegi ini.
Tiga lantai di museum ini semuanya menjelaskan tentang gunung berapi di Indonesia. Misal tentang jenis-jenis gunung berapi, sejarah Gunung Batur, peralatan untuk mengintip gunung berapi, dan seterusnya.
Salah satu yang seru ada di bagian belakang museum ini. Pengunjung bisa meneropong ke arah Gunung Batur dan danaunya. Ada teropong besar di sana yang disediakan untuk setiap pengunjung. Gratis.. [b]