Dokter dan peneliti muda dari Malang membuat hatrick penghargaan.
The Australian Government Aid program, Yayasan Kopernik dan Hubud dengan bangga mengumumkan Gamal Albinsaid, peneliti berusia 23 tahun dan dokter dari Malang, Jawa Timur menjadi pemenang kompetisi AusAID Indonesian Social Innovator Award tahun 2013. Gamal meraih penghargaan denganide inovatifnya tentang klinik asuransi dengan membayar premi menggunakan sampah. Pengumuman dan penganugerahan pemenang telah dilakukan di Denpasar, Bali Jumat malam lalu.
Gamal Albinsai mendapatkan segala bentuk dukungan untuk merealisasikan ide klinik asuransi dengan premi sampah yang dapat memperbaiki lingkungan serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengakses dan membayar layanan kesehatan. Gamal dianugerahi hadiah berupa uang tunai sebesar Rp 30.000.000 (tiga puluh juta rupiah), program mentoring dan ruang kerja selama 1 (satu) tahun.
Kompetisi AusAID Indonesian Social Innovator Award ini merupakan kompetisi pencarian ide inovasi sosial yang berskala nasional untuk membantu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dimanapun mereka berada.
Panitia menerima 480 ide baik perseorangan maupun kelompok selama enam bulan masa pengumpulan, sejak bulan Februari sampai dengan Agustus 2013. Ide tersebut datang dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh sampai Papua, maupun dari 25 propinsi yang terbentang di antaranya.
Pada malam penganugerahan Jumat kemarin, kelima finalis mendapatkan masing-masing lima menit untuk mempresentasikan ide mereka kepada dewan juri, yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh dewan juri selama lima menit.
Ketika dewan juri menilai dan memutuskan pemenang, para pengunjung yang berkesempatan hadir pada malam hari itu, sebanyak 120 orang, mendapatkan kesempatan untuk memilih ide favorit mereka. Pemenang Penghargaan People’s Choice, yang mendapatkan uang tunai Rp 2.5 juta rupiah yang jatuh kepada Gamal Albinsaid. Dokter muda ini juga memenangkan the Promising Social Enterprise Award mendapatkan uang tunai senilai Rp 3 juta rupiah, mentoring dan akses kepada jaringan investor.
Dewan juri juga menganugerahkan Penghargaan Serving the Last Mile dan memberikan hadiah uang tunai sebesar Rp 5.000.000 (lima juta rupiah), kepada Mensetus Balawala atas ide ambulan sepeda motornya untuk melayani masyarakat di pedalaman.
“Kami sangat terkesan dengan berbagai inovasi yang kami terima, mulai dari anak muda sampai usia lanjut, yang mengajukan berbagai idenya mulai dari bidang pertanian, pendidikan, energy dan lingkungan, kesehatan, informasi dan teknologi, air dan sanitasi,“ kata Rezal Kusumaatmadja, pendiri Yayasan Kopernik.
“Malam penganugerahan ini merupakan suatu hal yang sangat luar biasa sebagai tonggak inovasi sosial di Indonesia,” Mia Salim perwakilan dari Australian Aid program.
“Kami sangat mengharapkan bahwa pemenang dapat dan segera merealisasikan ide mereka menjadi sebuah aksi nyata,” lanjutnya.
Tepat Guna
Yayasan Kopernik adalah sebuah yayasan sosial Indonesia yang bekerja untuk mendistribusikan teknologi sederhana tepat guna bagi masyarakat di tempat terpencil guna mengatasi kemiskinan. Bersama dengan Kopernik Global, yayasan ini sudah berhasil menjangkau lebih dari 115.000 orang dengan teknologi sederhana tepat guna.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang Kopernik, kunjungi kopernik.info
Hubud (Hub-in-Ubud) adalah sebuah komunitas ruang kerja bersama di Ubud, Bali. Misi utama Hubud adalah untuk mengeksplorasi Ubud dan keunikan Bali pada umumnya, untuk menciptakan ide-ide baru yang menginspirasi bagi masyarakat local dan memberikan dampak yang global. Untuk mengetahui lebih jauh tentang Hubud, kunjungi www.hubud.org
PARA FINALIS
Mashoedah, merupakan dosen berusia 42 tahun di Universitas Negeri Yogyakarta. Beliau telah membuat sebuah alat inovatif yang dilengkapi dengan tombol dan suara yang dapat membantu siswa tuna netra meningkatkan kemampuan membaca mereka. Hadiah penghargaan akan membantu beliau memproduksi alat ini, sehingga dapat berguna bagi setidaknya 1000 siswa lain di seluruh Indonesia.
Ma’ruf Kasim, berusia 42 tahun adalah seorang dosen di Universitas Haluoleo, Kendari. Ia memiliki ide Kurungan Apung Budidaya Rumput Laut, sebuah alat yang mudah dibuat dan tahan lama yang dapat melindungi rumput laut dari serangan hama.
Aulia Amanda Santoso, adalah lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang saat ini berusia 23 tahun. Ide inovasinya dinamakan Alun-Ulin, sebuah pergerakan yang mendorong anakuntuk menjadi agen perubahan untuk lingkungan sekitar melalui pendidikan kre atif dan membuat transformasi pada ruang publik. Ia akan menggunakan hadiah penghargaan untuk membawa Alun Ulin lebih jauh sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi anak-anak dan komunitas di Indonesia. [b]