Sampah kerap kali dihindari oleh banyak orang karena dianggap bau dan menjijikkan, namun tidak bagi empat anak muda asal Payangan, Gianyar, bernama Artadana, Saras, Jeje, dan Dodik.
Mereka justru tertarik untuk bergerak dalam isu lingkungan dan pengelolaan sampah. Bermula dari keinginan sederhana mereka untuk memberi kontribusi nyata bagi kampung halaman, Artadana dan kawan-kawan melakukan survery kecil-kecilan untuk mengetahui masalah apa yang sedang dihadapi oleh Payangan.
Posisi Payangan yang menjadi daerah penyangga pariwisata Ubud, membuat mereka menyadari bahwa Payangan sangat rentan akan isu sampah. Ditambah lagi pengamatan mereka akan kebiasaan masyarakat sekitar yang gemar membuang dan menimbun sampah pada lahan-lahan kosong yang ada di lingkungan rumah mereka. Hal tersebut mengantarkan mereka pada sebuah ide untuk memberikan pendidikan lingkungan hidup utamanya dalam hal pemilihan sampah bagi anak usia sekolah di Payangan, dengan harapan membentuk generasi penerus Payangan yang mampu menjaga kelestarian lingkungan.
Harmoni Parahyangan memulai aktivitas pertama kali pada tanggal 8 September 2018 melalui kegiatan edukasi pemilihan sampah di sekolah dasar. Aktivitas mereka terus berkembang hingga saat ini. Harmoni Parahyangan membagi kegiatan mereka menjadi edukasi dan aksi.
Dalam hal edukasi, mereka aktif melakukan workshop pengelolaan sampah, pertanian organik, dan sosialisasi pembentukan bank sampah. Sedangkan dalam hal aksi, Harmoni Parahyangan telah berhasil membentuk bank sampah induk Parahyangan Green Recycle yang melayani pengangkutan sampah anorganik terpilah ke beberapa unit banjar dan sekolah di wilayah Kecamatan Payangan dan Ubud.
Setelah hampir tiga tahun berdiri, Harmoni Parahyangan semakin serius mengelola gerakan mereka. Tak hanya menjadi sebuah inisiatif tanpa struktur, Harmoni Parahyangan kini telah berada di bawah naungan badan hukum berupa yayasan yang bernama Yayasan Harmoni Parahyangan Indonesia.
Bermula dari empat orang anak muda, kini Harmoni Parahyangan diperkuat oleh pengurus aktif yayasan yang berjumlah tujuh orang serta para relawan yang berjumlah 18 orang.Tidak hanya bergerak sendiri, Harmoni Parahyangan menyadari bahwa kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan dampak yang optimal.
Artadana mengatakan bahwa saat awal pembentukannya hingga saat ini, Harmoni Parahyangan berkolaborasi dan menerima banyak masukan terkait manajemen bank sampah dari Yayasan Bali Wastu Lestari. Melalui program CSR yang dijalankan oleh Unilever Indonesia, Harmoni Parahyangan juga memperoleh dukungan dalam hal logistic bank sampah, pembukuan bank sampah, dan administrasi.
Mereka juga melakukan pengelolaan minyak goreng jelantah bersama dengan Yayasan Lengis Hijau, serta mengelola sampah dan kegiatan masyarakat di Banjar Selasih bersama dengan PKP Community Centre Banjar Selasih. Harmoni Parahyangan juga tergabung dalam Aliansi Tanam Saja, sebuah gerakan yang berfokus pada isu pertanian berkelanjutan yang dimotori oleh para pegiat kegiatan menanam dan pertanian organik di Bali.
Upaya pengelolaan bank sampah yang dilaksanakan oleh Harmoni Parahyangan dengan penuh kesungguhan juga berhasil mengantarkan mereka menjadi salah satu dari 20 bank sampah yang masuk ke dalam tahap final pada Bank Sampah Innovation Competition 2021 yang diselenggarakan oleh Astra. Hal ini tentunya merupakan capaian yang baik yang dapat menjadi stimulus bagi Harmoni Parahyangan untuk semakin mengembangkan kreatifitasnya.
Ketika ditanya soal harapan Harmoni Parahyangan di masa mendatang, Artadana menyampaikan bahwa Harmoni Parahyangan adalah rumah sekaligus sekolah. Ia berharap agar Harmoni Parahyangan tetap dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat belajar untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Artadana juga menambahkan di tahun 2021 yang menjadi tahun pemulihan dari pandemi Covid-19, Harmoni Parahyangan memiliki target untuk dapat berkontribusi secara lebih luas dan mampu mengakomodir seluruh wilayah Kecamatan Payangan dengan persentase cakupan wilayah sebesar 100%.
Foto: Arsip Harmoni Parahyangan