Oleh Hotdi Gultom
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021 mencatat volume sampah di Indonesia yang terdiri dari 154 Kabupaten/kota se-Indonesia mencapai 18,2 juta ton/tahun. Hal tersebut membuat Indonesia menempati posisi sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Cina dan munculnya ungkapan darurat sampah plastik di Indonesia.
Lingkungan sekolah maupun kampus menjadi salah satu penyumbang dengan limbah Alat Tulis Kantor (ATK) seperti pulpen. Banyaknya limbah pulpen tersebut dikarenakan adanya budaya “sekali pakai buang” dan masih jarang terdapat pulpen yang dapat dipakai berkali kali. Selain adanya bahaya plastik, pulpen yang ada sekarang masih kurang baik terhadap kesehatan pemakainya. Banyaknya limbah pulpen di Indonesia juga disebabkan oleh banyaknya penduduk yang menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Total penduduk Indonesia sekitar 260 juta penduduk dan merupakan negara berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia. Berdasarkan data kependudukan Indonesia, diketahui bahwa populasi penduduk Indonesia dengan kisaran umur 0-14 tahun sebanyak 27.3%, umur 15-46 tahun sebanyak 66.5%, dan populasi penduduk Indonesia yang berumur diatas 65 tahun sebanyak 6.1%.
Pulpen pada umumnya digunakan oleh orang berumur kisaran 7-55 tahun, sehingga dapat diperkirakan bahwa pengguna pulpen di Indonesia mencapai lebih dari 70% dan menyumbang sebesar 12.5% sebagai limbah plastik. Persentase senilai 12.5% tersebut dikarenakan penggunaan pulpen yang cenderung masih satu kali pakai. Di kehidupan sehari-hari penggunaan pulpen tidak dapat dihindari karena masih menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, terutama bagi masyarakat pada usia produktif. Oleh karena itu, langkah yang dapat diambil adalah dengan inovasi pulpen yang ramah lingkungan.
Pencegahan sampah plastik di lingkungan kampus dapat dilakukan dengan pemanfaatan kearifan lokal sehingga dapat menyentuh segenap lapisan mahasiswa. Terkenal akan keberagaman suku, agama, dan budaya yang tinggi menjadikan jati diri Indonesia erat kaitannya dengan kearifan lokal. Kearifan lokal Indonesia tak perlu diragukan lagi banyaknya dengan ribuan budaya dari ribuan etnis dari Sabang sampai Merauke.
Tanpa memanfaatkan potensi tersebut, fondasi bangsa tak akan pernah cukup untuk bersaing di ranah dunia. Bersyukur bahwa keberagaman Indonesia tidak berhenti pada multikulturalisme, Indonesia juga dianugerahi megabiodiversitas dan menduduki posisi kedua terbesar di dunia setelah Brazil.
Salah satu kearifan lokal biodiversitas tesebut adalah bambu. Bambu adalah salah satu tanaman yang tumbuh di daerah dengan iklim tropis, sub tropis, maupun iklim sedang. Bambu sangat mudah tumbuh di Indonesia sehingga dapat ditemukan hampir di semua daerah. Bambu juga dimanfaatkan untuk beragam hal, mulai dari yang sederhana contohnya sebagai tusuk sate, tiang, bermacam anyaman untuk dinding rumah, tempat bersantai dan bahkan untuk komponen interior lainnya.
Masyarakat Maluku biasanya memanfaatkan bambu untuk membuat alat perangkap ikan yang biasa disebut bubu. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dalam pemanfaataan bambu. Bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan sebagai bahan kerajinan tangan sehingga memiliki potensi yang sangat besar untuk mendorong perekonomian masyarakat disana. Selain manfaat ekonomi, bambu juga memiliki banyak manfaat ekologis yang dimanfaatkan oleh masyarakat pedesaan seperti meminimalisir dampak angin kencang, akarnya untuk menahan erosi dan mencegah tanah longsor.
Ecly Pen merupakan inovasi pulpen yang memanfaatkan potensi lokal hayati yaitu dengan pemanfaatan bambu untuk barrel pulpen isi ulang, ekstrak gambir dan arang tempurung kelapa untuk tintanya rangka pencegahan limbah plastik di lingkungan kampus. Dengan bahan baku yang dapat ditemukan hampir di setiap daerah Indonesia maka pemanfaatan bambu akan menghabiskan biaya yang relatif murah dan mendukung upaya konservasi bambu. Dengan kolaborasi pemanfaatan bambu, ekstrak gambir dan arang dapat mewujudkan pulpen yang ramah lingkungan, sehat dan ramah untuk kantong mahasiswa.
Gambir mengandung senyawa tanin sebagai asam katechutannat (20-55%) dan katechin (7-33%), kedua senyawa tersebut merupakan senyawa komplek yang digolongkan ke dalam golongan fenol alam dengan struktur flavonoid. Pembuatan tinta dari gambir dengan menambah senyawa pengomplek besi (Fe) membentuk pigmen warna digunakan sebagai pigmen pewarna tinta cetak. Arang kulit cempedak dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan tinta ramah lingkungan.
Penggunaan bambu sebagai barrel Ecly Pen sehingga dapat diisi ulang dan juga tidak akan membutuhkan waktu yang lama untuk terurai. Pembelian pertama Ecly Pen yaitu berupa barrel dan tintanya, jika sudah pernah melakukan pembelian pertama maka isi ulang tinta akan sangat murah yaitu Rp. 500,00 saja. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa melakukan pengisian ulang tinta pulpennya alih alih melanjutkan kebiasaan “sekali pakai buang”. Mekanisme pengisian ulang tinta dilakukan dengan penempatan stasiun Ecly Pen minimal satu di setiap fakultas sehingga pihak akademisi di lingkungan kampus dapat melakukan pengisian secara mandiri.
Pembuatan barel pulpen
1. Persiapkan sepotong bambu yang berbentuk silinder berukuran 2 cm.
2. Haluskan menggunakan amplas bor hingga permukaan kayu halus.
3. Setelah permukaannya halus, kayu dibagi menjadi empat bagian dan dapat dilubangi tengahnya menggunakan mesin bobok kayu mengikuti ukuran tinta pulpen yang sudah tersedia.
4. Susun menjadi satu dan masukan tinta pulpen yang sudah tersedia kedalam susunan kayu.
5. Amplas menggunakan amplas bor hingga terbentuk barel pulpen yang diinginkan dan amplas manual untuk hasil yang lebih halus dan rapi.
6. Pengemasan produk menggunakan kertas kardus single wall.
7. Produk Ecly Pen dimasukkan kedalam kemasan dan siap untuk dipasarkan.
Artikel ini adalah salah satu artikel terpilih dalam sayembara Plastic Detox.
Terimah kasih min