Teks dan Foto Anton Muhajir
Lagu Kemesraan, karya Franky Sahilatua yang dipopulerkan Iwan Fals, menutup konser amal musisi Bali Minggu lalu di Renon, Denpasar. Sebagian penonton mengikuti lagu yang sering dinyanyikan sebagai penutup acara tersebut.
Superman is Dead (SID), band punk rock ternama di Bali, mengombinasikan lagu tersebut dengan lagu lain, Kuat Kita Bersinar. Sekitar 100 penonton memenuhi halaman Porkys, resto tempat konser amal diadakan. Dari dompet penonton, malam itu terkumpul dana Rp 4,8 juta. Dana malam itu menambah Rp 3,3 juta dari konser amal seminggu sebelumnya di Twice Bar, Kuta. Total terkumpul Rp 8,1 juta dari tiga kali konser amal tersebut.
“Seluruh dana akan kami kirim ke Franky Sahilatua melalui istrinya,” kata Wayan Suardana, akrab dipanggil Gendo, salah satu penggagas konser amal tersebut.
Konser di Renon, Denpasar pada Minggu malam merupakan konser amal ketiga oleh musisi Bali untuk Franky Sahilatua. Seminggu sebelumnya, pada Sabtu dan Minggu, musisi Bali dari aneka ragam aliran musik itu juga menggelar konser serupa di Twice Bar, Kuta.
Ide konser amal dimulai dari pertemuan antara aktivis dan musisi Bali, seperti Gendo dan penabuh drum SID Ari Astina yang akrab dipanggil Jerinx, sekitar sebulan sebelumnya. Bersama beberapa aktivis dan musisi lain di Bali, mereka ingin membantu pengobatan musisi Franky Sahilatua.
Franky penyanyi ternama di kalangan aktivis Indonesia. Selain musisi, dia juga sering terlibat dalam gerakan mendukung kebebasan berekspresi, termasuk ketika menolak pengesahan Rancangan Undang-undang Pornografi dan Pornoaksi.
Salah satu dukungan Franky pada kebebasan berekspresi musisi, menurut Gendo, adalah ketika Franky menjadi saksi ahli dalam sidang kasus lagu Anjing oleh band Ed Eddy & Residivis pada 2007 lalu. Franky hadir sebagai saksi meringankan untuk band rock Bali yang dituntut polisi karena dianggap lirik lagunya melecehkan kepolisian tersebut.
“Franky bersedia datang sebagai saksi ahli dengan biaya sendiri. Itu adalah salah satu bentuk kepeduliannya pada musisi dan kebebasan berekspresi,” kata Gendo.
Sejak awal Agustus lalu, Franky sakit akibat kanker tulang sumsum. Sekarang dia dirawat di Singapura. Ketika tahu Franky sedang sakit, Gendo dan beberapa musisi Bali berinisiatif menggelar konser amal untuk Franky.
Sejumlah musisi Bali, seperti Igo Blado dan Jerinx SID, pun menyambut ide ini. Mereka mengajak musisi lain mengadakan konser amal bertajuk Fight, Franky. Fight!
Pada konser Minggu malam di Renon, selain SID juga tampil band lain, seperti Dialog Dini Hari, The Day After Rain, dan Aray. Tidak ada panggung. Hanya halaman resto berlatar belakang poster besar berwarna kuning gading berisi gambar Franky seukuran sekitar 3×3 meter persegi. Penonton duduk di tanah dan kursi atau berdiri.
Di sela-sela konser juga ada lelang CD atau baju dari para band yang tampil. Hasil lelang dan tiket masuk Rp 10.000 per orang semuanya masuk sebagai sumbangan untuk Franky.
Tak ada satu pun band yang dibayar untuk tampil dalam konser amal tersebut. Menurut Jerinx, konser ini bukan soal berapa banyak jumlah uang yang kami kumpulkan tapi lebih sebagai gerakan moral untuk Franky. “Konser ini seperti doa dari kami untuk Franky,” katanya.
“Jangan lihat jumlahnya, tapi lihatlah maknanya. Kita punya energi luar biasa sebagai bentuk solidaritas pada Franky. Dan itu tak ternilai harganya,” ujar Jerinx. [b]