Pada perhelatan olahraga dunia Olimpiade 2020 Tokyo, ada juga pesta seni rupa juga hadir di negeri Sakura, Jepang. Pameran ini bertajuk Pameran Pertunjukan Seni Internasional ke-20. Perupa Indonesia yang ambil bagian event seni ini adalah perupa I Made Arya Dwita Dedok bersama istrinya Grace Tjondronimpuno.
Pameran diikuti seniman lintas negara yang diikuti 65 perupa internasional dari China, USA, Japan, Poland, Mexico, UK, Malaysia, Thailand, Italy, Bangladesh, Canada, Norwegian, dan Indonesia. Ada sekitar 200 karya lebih dipamerkan. Ketua pameran Shimmin Katsu mengatakan pameran ini diselenggarakan oleh Komite Persiapan dan Pameran Pertukaran Seni Internasional mulai 3 sampai 8 Agustus di Museum Seni Kota Chiba Jepang.
Karena pencegahan dan pengendalian infeksi pneumonia Coronavirus baru, seniman yang berpartisipasi dalam pameran dibatasi untuk mengunjungi Jepang, dan skala pameran juga terpengaruh. Pertukaran budaya berfungsi sebagai jembatan interaksi humaniora global dan komunikasi akademik. Pertukaran dan integrasi budaya, ide dan konsep telah menjadi tren dunia baru. Sekarang, semua jenis budaya, pemikiran, pendapat, dan informasi saling terkait erat, tanpa hambatan.
Pertukaran dan adaptasi menjadi pilihan dan keadaan terbaik untuk kelangsungan hidup dan peningkatan semua jenis budaya. Era yang menampilkan Internet sebagai kekuatan teknis dan tautan penghubung sedang terbentuk.
Seni mencerminkan perkembangan masyarakat dan merekam arah perubahan zaman dengan bentuk dan kinerja yang terlihat. Kelebihan seni adalah mengubah pemikiran, pendapat, dan emosi interior ke dalam bentuk visual eksterior yang tidak hanya mengungkapkan seni itu sendiri. Juga secara intensif mencerminkan perubahan budaya, sumber seni itu sendiri.
Seni merespon era ini dengan ekspresi dan karakteristiknya sendiri. Terobosan ekspresi seni dan batas seni tentu akan melahirkan platform baru untuk presentasi dan pertunjukan seni.
Pameran Pertukaran Seni Internasional (Jepang) ke-20 adalah kesempatan untuk pertukaran dan interaksi budaya global, kumpul-kumpul yang bahagia dengan saling menghormati, inklusivitas, dan saling belajar. Selain itu ada eksplorasi, pengalaman, dan juga awal dari “perjalanan budaya” untuk semua seniman yang berpartisipasi.
“Saya yakin sepenuhnya bahwa pameran ini akan menjadi “pesta seni internasional” yang berhubungan dengan budaya, dan juga menjadi saksi persahabatan yang berharga dari semua seniman dari dalam dan luar negeri,” ujar Shimmin Katsu bersama Zhang Lianming merancang pameran ini sampai terwujud.
Seni adalah cerminan kemanusiaan, dan secara kolektif kita membutuhkan koneksi pribadi dan wacana penting yang disediakan oleh pameran pertukaran seni. Pameran Pertukaran Seni Internasional Jepang ke-20 di Museum Seni Kota Chiba menjadi sangat penting.
Setelah lebih dari setahun dari penguncian di seluruh dunia, karantina dan isolasi dari dunia seperti yang kita tahu, potensi pameran ini disambut dengan antusias di seluruh dunia. Sejak awal, pertunjukan tersebut mewakili janji metaforis bahwa dunia kita mungkin tidak akan runtuh sama sekali, dan telah memberikan kelegaan yang menyegarkan dari status quo pelukis pasca-impresionis Belanda yang hebat Vincent van Gogh. Vincent van Gogh mengatakan seni adalah untuk menghibur mereka yang hancur oleh kehidupan.
Pasangan perupa Grace Tjondronimpuno dan I Made Arya Dwita Dedok yang tinggal di Magelang Jawa Tengah, mereka berdua sebagai wakil dari Indonesia ikut memamerkan karya lukisannya masing-masing satu karya. Karya Grace berjudul ”Peace” media Akrilik di kanvas berukuran 100cm X 80cm terdapat potret Mother Theresa dengan bola kata.
Dedok mengatakan jika kita tidak memiliki kedamaian, itu karena kita telah lupa bahwa kita saling memiliki. Pentingnya sebuah kedamaian baik pada diri maupun lingkungan sekitar kita. Karya Dedok berjudul “Shimmin Katsu” media akrilik di kanvas berukuran 100cm X 100cm adalah seri seni potret project tentang persahabatan. Kebetulan modelnya perupa Jepang Shimmin Katsu yang juga ketua pameran ini.
“Kami berdua sangat senang bisa ikut serta dalam pameran ini , meskipun kami tidak bisa hadir karena kondisi pandemi covid tidak bisa bepergian, kami hanya mengirim karya ke Jepang lewat Kantor Pos Magelang, “ ujar Made Arya Dedok yang baru-baru ini merayakan HUT 50 tahunnya dengan Happening Art Tunggal di Titik Nol Magelang.
Nama-nama perupa lainnya yang berpameran adalah Tang Yongli (China), Julienne Johnson (USA), Wang Cheng (China), Katsu Shimmin (Japan), Agniezka Kozuchowska (Poland), Alejandra Phelts (Mexico), Ariel Vargassai (Mexico), Barbara Nathanson (USA), Bart Goldman (USA), Beatatomczyk-Sokolowska (Poland), Clara Berta (USA), Brooke Harker (USA), Carl Shubs (USA), Cathy Read (UK), Christopher L. Mercier (USA), D Thanaselvam (Malaysia), Daniel Callis (USA), Dashe Ilana (USA), DianeHolland (USA), Elaina Burdo (USA), Gendiyo Okano (Japan), Grace Tjondronimpuno (Indonesia), I Made Arya Dwita Dedok (Indonesia), Janai Ami (USA), JJ Martin (USA), Joel Anderson (USA), John Paul Thornton (USA), Silsat Kanaid (Thailand), Kristine Amerson (USA), Larisa Pilinsky (USA), Laura Cullen (USA)Laurie Yehia (USA), Li Dong (China), Li Jingwen (China), Linda Kunik (USA), Linde Caughey (USA), Lisa Bahouth (USA), Liu Libo (China), Maidy Morhous (USA), Mario Fois (Italy), Mariona Barkus (USA), Mela Marsh (USA), Michael Hayden (USA), Michael Korney (USA)< Nichole Mcdaniel (USA), Kodjovi Olympio (USA), Pat Gainor (USA), Petra Eiko (USA), Pranab Mitra Chowdhury (Bangladesh), Robert Denton (USA), Seraphine (USA)Sha Linsen (China), Silvana Tei Kenney (USA), Susan Karhroody (USA), Susan Rosman (USA), Suzanne Dittenber (USA), Suzanne Edmondson (USA), Sylvain Tremblay (Canada), Tang Ning (China), Terry La Rue (USA), Tonino Maurizi (Italy), Torhild Aukan (Norwegian), Zhai Bihual (China), Zhou Xiaobing (China), Zhang Lianming (China).(*)