Rizqi adalah salah satu penumpang setia trayek K2B layanan Teman Bus Trans Metro Dewata. Dia beralih menggunakan angkutan umum dari sebelumnya menggunakan kendaraan pribadi untuk pergi pulang kerjanya sejak Januari 2021 dengan pertimbangan biaya dan tingkat kenyamanan yang ditawarkan. Namun apabila dia lembur, maka dia terpaksa menggunakan moda angkutan lain untuk pulang karena layanan bus sudah tidak ada.
Beroperasi sejak September 2020, Teman Bus Trans Metro Dewata telah mengangkut lebih dari satu juta penumpang. Pada semester pertama tahun 2021, Teman Bus Trans Metro Dewata mengangkut 990.059 penumpang. Jumlah penumpang pada bulan Juni yakni 197.106 dan merupakan peningkatan hampir 70 persen jika dibandingkan dengan jumlah penumpang pada bulan Januari yakni 116.607.
Menurut Eka Budi, manajer PT. Satria Trans Jaya selaku operator bus Teman Bus Trans Metro Dewata, jumlah total penumpang Teman Bus di aglomerasi Sarbagita adalah yang tertinggi di antara lima kota di mana Teman Bus telah beroperasi. Empat kota lainnya adalah Medan, Palembang, Solo, dan Yogyakarta, sementara Teman Bus Trans Mamminasata Makassar baru saja diluncurkan pertengahan bulan November 2021 ini.
Angka tersebut anjlok menjadi 126.241 penumpang pada bulan Juli atau penurunan sebesar hampir 36 persen dari bulan sebelumnya akibat pemberlakuan PPKM di Bali. Meski demikian, angka tersebut cukup fantastis mengingat kondisi pandemi dan layanan angkutan umum yang terlebih dulu sudah ada di aglomerasi Sarbagita, Trans Sarbagita, hanya mengangkut 916.965 penumpang selama kurun 2013-2015 dan lantas turun menjadi 752.546 penumpang pada kurun tiga tahun berikutnya (2016-2018).
Tulisan ini tidak bermaksud meremehkan kinerja Trans Sarbagita karena baik Teman Bus maupun Trans Sarbagita seharusnya saling bersinergi dalam meningkatkan mobilitas warga aglomerasi Sarbagita dan mengurangi ketergantungan warga pada kendaraan pribadi, meski sayangnya Trans Sarbagita terpaksa berhenti beroperasi sejak September 2021 hingga setidaknya Desember 2021, kuat diduga karena masalah keuangan.
Saat ini Teman Bus Trans Metro Dewata terdiri atas empat trayek dan rata-rata beroperasi 14 jam sehari. Dengan asumsi satu bus konsisten berangkat setiap 10 menit, maka ada setidaknya 330 perjalanan pergi pulang (misalnya Sentral Parkir Kuta-Terminal Pesiapan-Sentral Parkir Kuta dihitung satu kali jalan) setiap harinya dan sekitar 10.000 perjalanan pergi pulang setiap bulannya.
Jika dihitung kasar, setiap perjalanan pergi pulang hanya mengangkut antara 11 hingga 20 penumpang. Sementara dalam sehari Teman Bus Trans Metro Dewata mengangkut antara 3.700 hingga 6.300 penumpang sepanjang semester pertama tahun 2021. Dengan asumsi jumlah penumpang pada bulan Agustus hingga Oktober 2021 konsisten pada kisaran lebih dari 100.000 penumpang per bulan, maka Teman Bus Trans Metro Dewata seharusnya sudah mengangkut lebih dari 1,5 juta penumpang.
Dari data tersebut, kita tidak tahu apakah angka tersebut ada yang ganda karena ada penumpang yang melakukan transfer. Misalnya, ada penumpang yang mau pergi ke Tabanan dari Sanur menggunakan Teman Bus maka dia naik K3B lalu ganti K1B di halte Cineplex. Lalu penumpang ini dihitung sebagai dua penumpang berbeda oleh sistem karena dia ganti bus. Kita juga tidak tahu bagaimana persebaran penumpangnya, seperti trayek mana yang mengangkut lebih banyak penumpang dan jam berapa atau hari apa lebih banyak penumpang yang menggunakan layanan tersebut.
Kontrak pengoperasian Teman Bus Trans Metro Dewata saat ini akan berakhir pada tahun 2023. Belum diketahui apakah pasca-2023 Teman Bus Trans Metro Dewata akan tetap hadir melayani warga aglomerasi Sarbagita maupun apa saja kriteria yang harus dipenuhi agar layanan tersebut dapat dipertahankan. Perlu diingat bahwa layanan Teman Bus saat ini masih gratis. Kita tidak tahu apakah jika layanan ini mulai ditarik bayaran jumlah penumpangnya akan menurun atau tidak.
Sebagai pembanding, TransJakarta diluncurkan pada tahun 2004 dan butuh waktu 15 tahun untuk mencapai rekor 1 juta penumpang sehari (atau sekitar 10 persen penduduk DKI Jakarta) yang sayangnya tidak bertahan lama karena pandemi Covid-19.
Pengambil kebijakan harus menyadari bahwa agar Teman Bus dapat menjadi pilihan mobilitas yang dapat diandalkan masyarakat atau mencapai kesuksesan finansial (misalnya farebox recovery ratio mencapai 100 persen atau layanan balik modal hanya dari tarif yang dibayarkan penumpang) tidak dapat dilakukan dengan sekejap.
Catatan lainnya di postingan sebelumnya https://balebengong.id/mesin-tap-trans-metro-dewata-sering-galat/