MEN COBLONG tersenyum sambil meneguk secangkir kopi hangat dan sepotong roti sabit croissant.
Kue kering (pastry) dari Perancis itu dinamakan demikian karena bentuknya menyerupai bulan sabit. Menurut legenda, roti ini berasal dari Eropa untuk merayakan kemenangan pasukan Franks atas pasukan Umayyad dalam peperangan di Tours pada tahun 732. Bentuknya memang seperti bulan sabit.
Dalam legenda lain atau menurut sumber-sumber lain roti ini diciptakan pertama kali di Buda atau Vienna pada tahun 1683 untuk merayakan kemenangan pasukan Kristen atas Ottoman pada peperangan memperebutkan kota ini, sebagai gambaran atas bendera Ottoman. Jangka waktu pembuatannya menurut tata cara mula-mulanya dapat memakan waktu beberapa hari. Karena itu perlu tingkat kesabaran tinggi.
Dewasa ini, roti sabit dalam jumlah besar biasanya dibuat dengan mesin.
Di Perancis, roti sabit umumnya dijual tanpa isi dan dimakan tanpa tambahan mentega. Namun di luar negara asalnya, terdapat pula roti sabit yang berisikan cokelat, daging, dan sebagainya. Nah, sore ini Men Coblong memilh croissant tanpa isi dan secangkir kopi pahit. Nikmatnya.
Bagi Men Coblong, Maret adalah bulan perenungan, dibulan inilah Men Coblong menentukan mata angin hidupnya melalui pernikahan.
Pilihan hidup yang jika diingat benar-benar keputusan terpenting dan jika dipikir lebih dalam lagi, ini adalah keputusan paling benar di dalam hidupnya. Bagi Men Coblong menikah adalah cara perempuan untuk memahami “hidup yang sesungguhnya”. Semua orang memiliki peristiwa-peristiwa besar dalam hidupnya yang berbeda antara satu perempuan dengan perempuan lain. Mirip sepotong roti di depan Men Coblong, croissant. Roti yang memiliki sejarah, mitologi, dan cerita yang bagi Men Coblong memikat. Makanya jika berada di Eropa Men Coblong sengaja memilih roti croissant untuk sarapan setiap gigitannya memiliki sensasi seperti cerita asal-usul croissant.
“Aku suka melihatmu rileks dan tidak banyak berpikir,” sahabatnya berkata sumringah sambil menatap mata Men Coblong penuh tanda tanya.
Men Coblong paham, perempuan di depannya yang sedang sibuk berperang melawan “hot flashes” — serangan pada usia menjelang menopause, badan terasa panas dan tidak nyaman. Berkali-kali sahabatnya itu menggerutu dan berkata bahwa, menjadi “menjelang” tua itu tidak enak. Banyak lagi keluhan-keluhan seperti banjir bandang meluncur dari bibirnya yang mungil.
Perempuan-perempuan memang selalu memiliki cara pandang berbeda. Biasanya sulit dimengerti dan dipahami para lelaki. Men Coblong juga merasakan beragam ide-idenya sering dianggap tidak masuk akal oleh dua lelaki di rumahnya, yang satu anak, satunya lagi suami.
Namun, mungkin begitulah hidup. Setiap manusia memiliki kebenaran-kebenaran sendiri yang kadang tidak bisa dianggap kebenaran ideal bagi yang lain.
“Ah, kamu itu menghibur diri,” teman Men coblong menyahut santai dengan hasil renungan Men Coblong. “Dari kemarin cara berpikirmu ibarat filsuf, tidak marah-marah, tidak juga penuh retorika. Kelihatannya datar-datar saja. Kau sedang bahagia? Kau juga tidak sedang mengalami hot flashes kan?” tanya sahabatnya sambil mengunyah pisang goreng bertabur keju di sebuah kafe kecil dan nyaman.
Men Coblong terdiam. Ya, pikirannya sedang bahagia. Setelah beragam hiruk-pikuk di tahun 2018 ini membuat jantung dan paru-parunya bekerja lebih cepat dari biasanya.
Men Coblong bahagia menonton TV dan membaca berita. Setelah pengundian nomor urut peserta Pemilu 2019, sejumlah parpol tancap gas untuk menyosialisasikan nomor urutnya. Sosialisasi ini diharapkan bukan berupa kampanye di luar jadwal yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum. Konsolidasi serta persiapan calon anggota legislatif juga mulai dilakukan oleh partai peserta Pemilu 2019.
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan penetapan 14 parpol peserta Pemilu 2019 pada Sabtu (17/2) dan diikuti dengan pengundian nomor urut parpol pada Minggu (18/2).Sesuai dengan Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Pemilu 2019, parpol baru bisa berkampanye pada 23 September 2018 hingga 13 April 2019.
Suasana pengundian nomor urut itu yang membuat Men Coblong berharap, beragam perjalanan politik di negeri ini akan baik-baik saja. Wajah-wajah para pemimpin partai terlihat terang dan galang. Matanya berbinar-binar. Bahkan, mereka saling melucu dengan nomor undian partainya.
Terasa adem jika melihat partai-partai yang berselisih duduk manis dan saling pandang dengan dan tertawa. Mereka duduk bersama dengan senyum dan tawa yang terlihat tulus. Semoga ketulusan menyirami hati, pikiran, dan jalan mereka. Semoga para petinggi partai itu tidak saling menghujat, dan saling memaki. Seperti seorang kanak-kanak yang sedang “berebut mainan”, saling ingin menguasai.
Semoga juga rakyat tidak sekadar menjadi benda-benda mati yang diperebutkan, yang dibutuhkan dan diiming-imingi “mainan” baru berisi menu mimpi-mimpi tentang kesejahteraan. Mimpi-mimpi yang meluncur tanpa hati dari orang-orang yang hanya memikirkan “kekuasaan”.
Adem. Adem sekali mata Men Coblong melihat satu demi satu partai mengambil nomor undian, tanpa saling menyindir satu dengan lain. Pikiran Men Coblong terus berkelana, membayangkan Indonesia menjalanani, tahun-tahun politik, kelicikan, kepicikan, trik dan intrik dengan mulus. Hal paling penting yang harus dirawat dan dijaga adalah, akal sehat.
Men Coblong menarik napas sambil menatap mata sahabat di depannya.
“Kau baik-baik saja kan?” tanya sahabatnya. Men Coblong mengangguk.
“Kau tidak sedang depresi kan?” Men Coblong menggeleng.
“Serius kau baik-baik saja?”
“Ya, aku baik-baik saja. Hatiku adem dan tentram. Kau juga akan merasa adem dan tentram ketika mampu berdialog dengan akal sehatmu.” Men Coblong menggigit croissant dengan hati-hati. Sambil menimbang, Maret adalah bulan perempuan. Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada 8 Maret.
Semoga perempuan-perempuan perkasa tetap menjaga Indonesia dengan akal sehat. Hanya itu yang harus ditanam untuk membuat Indonesia sedikit berdetak. Mimpi itu perlu untuk membuat hidup lebih “bergairah”. [b]