Teks dan Foto I Gede Suarja
Krisis ekonomi dan krisis energi nasional memicu pemerintah untuk mencanangkan program kemandirian energi. Fokusnya pada pemanfaatan energi terbarukan.
Program Desa Mandiri Energi merupakan salah satu program pengembangan desa oleh pemerintah melalui pemenuhan kebutuhan energi. Ada intervensi dan investasi teknologi untuk memproduksi energi dari sumber daya lokal yang dapat diperbaharui.
Diharapkan, energi tersebut dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga dalam memenuhi kebutuhannya, baik untuk penerangan, memasak maupun untuk kegiatan ekonomi produktif lainnya. Dengan demikian, secara bertahap desa–desa yang ada bisa lebih terbuka dan dapat mengembangkan kegiatan usaha produktif guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
BIRU atau Biogas Rumah, merupkan salah satu program untuk menyebarluaskan biogas sebagai sumber energi baru yang ramah lingkungan, terbarukan dan berkelanjutan. Program ini merupakan kerjasama antara Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) sebagai perwakilan dari pihak Indonesia dan HIVOS Regional Office Southeast Asia (ROSEA) sebagai perwakilan dari pihak Belanda dengan dukungan teknis dari SNV (Belanda) sebagai penasehat teknis.
Sebagai program untuk mendukung pengembangan energy terbarukan, BIRU mulai kegiatannya di beberapa propinsi di Jawa, terutama pada wilayah-wilayah dengan tingkat kepadatan ternak sapi perah cukup tinggi. Di wilayah tersebut, tentunya potensi limbah ternak sapi perah yang merupakan bahan baku Biogas cukup potensial.
Awalnya ada 4 lembaga mitra yang dilatih untuk pembangunan Biogas pada Oktober 2009. Mereka memulai pembangunan biogas rumah pada November 2009.
Sejak 2010, BIRU memperluas jangkauan kegiatan di luar pulau Jawa, khususnya Bali dan Lombok. Di dua lembaga ini kegiatan difokuskan pada ternak lain, seperti sapi potong , babi atau ternak ayam petelur sesuai dengan potensi yang ada.
Ketersediaan kotoran ternak baik sapi, babi maupun ayam yang cukup memadai, tentunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk memproduksi energi alternatif terbarukan (biogas). Dari data populasi ternak di Bali, diperoleh gambaran bahwa pengembangan biogas di wilayah ini cukup potensial.
Program BIRU dikembangkan melalui pendekatan sektor dan multistakeholder. Hal ini memungkinkan bagi sektor swasta untuk membangun digester berkualitas tinggi dengan biaya relatif murah sekaligus mengenalkan teknologi biogas yang benar kepada pengguna.
Pada akhirnya, akan muncul pasar biogas domestik. Lalu, muncul pula pelaku-pelaku pengembang biogas di tingkat lokal sehingga terjadi pasar yang sehat untuk energi terbarukan ke depan.
Selain itu, program BIRU memberikan subsidi investasi Rp 2 juta untuk setiap rumah tangga yang berminat mengikuti program tersebut. Sisa biaya pembangunan digester biogas diharapkan dari kontribusi masyarakat, baik dari swadaya maupun melalui kredit.
Dengan mekanisme tersebut, masyarakat diharapkan akan mempunyai rasa kepemilikan tinggi. Selanjutnya, secara tidak langsung dapat mendorong sektor pasar di Indonesia.
Salah satu aspek penting dalam pengembangan BIRU, adalah perlunya menyediakan tenaga tukang berkualitas untuk mendukung pembangunan biogas rumah. Peningkatan kapasitas tukang dan pengawas (supervisor) melalui training tukang dan supervisor menjadi komponen kunci dari proses pembangunan biogas untuk menjamin pembangunan berkualitas tinggi, dan pembiayaan reaktor biogas yang efisien.
Saat ini, BIRU Bali telah menyelenggarakan dua kali pelatihan tukang dan pengawas (supervisor) guna menyiapkan tukang yang berkualitas dalam membangun Biogas Rumah bagi masyarakat yang tertarik untuk membangun biogas dari kotoran ternak babi maupun lainnya.
Sebanyak 32 orang tukang dan 7 orang pengawas telah dilatih dan mendapatkan ID card dari Biru Hivos. Pelatihan yang difasilitasi oleh tim BIRU Hivos dan TEDC Bandung, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang teknologi biogas dan juga meningkatkan ketrampilan tukang dalam pembangunan Biogas Rumah, dari kotoran ternak babi.
Dalam proses training, sekaligus juga dibuat 1 unit demplot reaktor biogas dengan ukuran 6 meter kubik sebagai media promosi model BIRU kepada masyarakat.
Saat ini, sebanyak 23 rumah tangga di Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar dan Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng sudah memanfaatkan api biogas untuk memasak.
Antusiasme masyarakat di lokasi demplot cukup tinggi untuk mengembangkan biogas dari kotoran ternak babi maupun ternak sapi. Prinsip yang dibangun adalah dengan BIRU Limbah ternak dapat diolah menjadi berkah.
Selain sebagai bahan bakar gas yang aman dan ramah lingkungan untuk memasak, hasil proses biogas berupa ampas/slurry dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang berkualitas tinggi untuk meningkatkan kesuburan lahan dan produksi tanaman.
Menurut Dr. Kartini dari Yayasan Bali Organic Association (BOA) pengolahan limbah melalui program BIRU memberikan beberapa manfaat bagi masyarakat dan khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga dan lingkungannya. Ibu-ibu rumah tangga akan dapat menghemat biaya untuk pembelian kayu bakar maupun minyak tanah untuk memasak. Waktu untuk mencari kayu bakar dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif lainnya. Lingkungan dapur dan peralatannya menjadi lebih bersih.
“BIRU bisa menjadi salah satu alternatif energi terbarukan untuk menanggulangi kelangkaan energi,” kata Kartini. BIRU juga sangat mendukung upaya Pemerintah untuk mewujudkan Desa Mandiri Energi serta menuju Bali Green and Clean .
Hingga November ini, sebanyak 24 unit reaktor biogas rumah (BIRU) telah dibangun secara swadaya dan dukungan subsidi dari Hivos di tiga lokasi, yaitu Desa Penyabangan dan Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar serta di Desa Patas, Kecamatan Gerogak, Buleleng. Dari 24 unit reaktor tersebut, 21 unit semuanya sudah menyala gasnya dan sudah dimanfaatkan untuk memasak.
Selain itu, sebanyak 32 rumah tangga sudah mengajukan aplikasi (pra-konstruksi) baru untuk membangun biogas rumah dan sudah mendapatkan nomor reaktor untuk siap dibangun secara swadaya. Para peminat harus menyiapkan dana antara Rp 5 juta – Rp 7 juta untuk tiap unit biogas yang akan dibangun.
Namun, tiap rumah tangga yang membangun biogas, BIRU akan memberikan subsidi sebesar Rp 2 juta per unit. Pemilik BIRU juga tidak perlu khawatir bila mengalami kesulitan, karena setiap unit yang dibangun berhak mendapat jaminan pasca-pembangunan selama 3 tahun.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan kunjungi situs www.biru.or.id atau hubungi kantor BIRU Bali di Jl. Noja No. 106, Banjar Dukuh, Kesiman, Denpasar, Bali. Telp. 0361-223557 atau 0812 3679644. [b]
Penulis adalah Koordinator Program Biru untuk wilayah Bali dan NTB.
Aman nggak nih om? nggak meledak kayak lpg 3 kg..?