Teks Ari Budiadnyana, Foto Ilustrasi Anton Muhajir
Sekitar dua tahun lalu saya mendengar slogan Bali Mandara, singkatan dari Bali Aman Damai Sejahtera. Slogan ini sempat membuat saya tergetar dan merinding.
Apalagi, slogan ini didukung oleh theme song Bali Mandara yang dinyanyikan artis Bali teman saya Ray Peni. Slogan ini semakin memiliki taksu dan menyuntik semangat untuk memajukan Bali. Karena Slogan inilah juga saya memilih pemimpin Bali yang mengusungnya karena pas dengan karakter beliau dan keadaan Bali (saat itu).
Maju berarti Bali akan maju (segi positif) perekonomian dan sejenisnya. Aman dan Damai kesatuan makna yang saling berhubungan kalau aman pasti damai. Aman dan Damai adalah mimpi dan keinginan setiap orang. Sejahtera bermakna masyarakat Bali jauh dari jurang kemiskinan dan tingkat taraf hidup masyarakat Bali sudah sangat baik.
Saking sukanya saya sampai menaruh tautan untuk mengunduh lagu ini baik berupa mp3 maupun untuk nada dering di blog. Saya juga memasang banner untuk memilih calon pemimpin yang menggunakan slogan ini.
Bagaimana dengan perjalanannya? Ini hanya menurut pengamatan saya. Jangan marah kalau Anda bertentangan dengan pemaknaan dan pengamatan saya ini.
Dalam perjalanannya ternyata “Bali Mandara” masih sebatas slogan hebat yang saya sukai. Secara action masih sangat kecil dari kebesaran slogan Bali Mandara itu sendiri.
Saya membahas dari sejahtera dulu. Sudah sejahterakah masyarakat Bali? Yang pasti belum secara keseluruhan. Parameternya? Dilihat dari masih adanya kantong-kantong kemiskinan yang menyebar secara merata di Bali, bahkan daerah Badung dan Denpasar pun masih ada. Apalagi daerah timur, Karangasem.
Memang di media dituliskan angka-angka kemiskinan sudah menurun tajam. Mudah-mudahan data bukan data laporan Asal Bapak Baca atau Asal Bapak Senang. Tapi, apakah turunnya angka kemiskinan ini merupakan makna Slogan Sejahtera? Kalau sejahtera, sih, secara umum masih jauh.
Bagaimana dengan petani? Saya rasa mereka belum sejahtera. Untung yang didapat untuk biaya hidup mereka masih belum seberapa. Ini berdasarkan pengalaman paman saya yang hidup bertani di kampung. Pupuk masih susah, mahal dan bibit pun masih mahal. Belum lagi pajak tanah, ongkos traktor, dan harga jual yang masih pakpok (tanpa untung) dengan modal. Itu baru kaum petani, belum lagi kaum lainnya.
Apakah ini sejahtera? Menurut beliau-beliau yang di atas ya inilah sinyalemen sejahtera slogan saya. Untuk sejahtera secara total ya sulit. Lha, kalau sulit kenapa bikin slogan sejahtera? Hanya beliau yang bisa menjawab. Program pendukung sudah dibuat seperti Jaringan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan program bedah rumah pun belum berjalan sesuai keinginan. Bahkan, untuk program bedah rumah masih ada polemik mengenai pengerjaan dan pemilihan bedah rumah.
Berikutnya adalah slogan Maju. Bali sudah maju?? Hmmm, maju secara perekonomian? Saya sendiri belum merasakannya. Maju perekonomian? Biasa-biasa saja. Maju secara penerapan teknnologi? Biasa-biasa saja. Paling-paling adanya kemajuan penggunaaan internet oleh masyarakat Bali yang 90 persen untuk Facebook.
Dari segi fasilitas penunjang yang diberikan pemerintah masih belum ada kemajuan. Memang ada wacana pembangunan jaringan fiber optic yang akan menghubungkan kota-kota di Bali sehingga Bali menjadi ICT Island atau information and communication technology. Keto kone beliau-beliau ini berucap dengan gagah berani. Tapi belum ada perkembangan berarti.
Kalau ini tercipta, mungkin benar menjadi Bali ICT Island. Kita bisa menggunakannya walaupun harus bayar tapi dengan harga murah, hanya untuk pemeliharaan bukan untuk keuntungan. Dan, sebagai pekerja media TV, saya sangat bergembira karena bisa memanfaatkannya untuk siaran langsung streaming video dari kabupaten tanpa harus menggunakan satelit lagi.
Maju yang lain? Maju negatif, ya, banyak. Tapi, nanti itu masuk sesi pembahasan berikutnya. Penilaian saya belum ada kemajuan berarti yang dibandingkan dengan kebesaran slogan Bali Mandara.
Yang terakhir adalah Slogan Aman dan Damai (saya jadikan satu karena saling terkait). Ini adalah slogan unggulah yang saya sukai. Bermimpi bagaimana Bali ini aman damai seperti masa kecil saya. Relatif sangat aman dan damai.
Tapi, dalam perjalanannya apa yang terjadi dengan slogan aman dan damai? Mungkin ini yang saya kasih raport merah. Slogan Maju menjadi Maju yang negatif, Maju malingnya, maju kriminalitasnya, maju ketakutannya. Angka kriminalitas sangat meningkat tajam dan beragam jenisnya.
Pencurian dan perampokan sangat parah untuk Pulau Bali ini. Tidak hanya malam hari, pelaku bahkan sudah sangat berani terang-terangan di siang hari dan sedang banyak orang di sekitarnya. Belum lagi kriminalitas kelompok-kelompok preman yang bertambah banyak jumlah maupun kericuhan antarkelompok tersebut. Kasus-kasus adat yang menimbulkan perpecahan antar sesama krama Bali yang saya rasa jauh lebih buruk dari sebelumnya.
Setiap ada kejadian kriminalitas, saya selalu berteriak di FB maupun di twitter, karena belum berani teriak-teriak di jalan. Ada apa dengan slogan Aman dan Damai? Beliau pun menjawab, kita sudah berusaha semaksimal mungkin, CCTV sudah dipasang (terpasang memang sudah, apakah sudah terpantau, dan beroperasi dengan baik?), kita sudah meningkatkan kerjasama dengan kepolisian dan bla bla lainnya yang hanya mampu membuat saya tersenyum simpul mati yang kecut.
Kata beliau lagi “Untuk menjadi damai dan aman itu sebenarnya juga tugas instansi lainnya dan seharusnya instansi tersebut yang punya tugas pokoknya. Jadi kalau saya saja yang jalan dan bersemangat sendiri, ya jelas tidak bisa terlaksana slogan ini”. Yah, sekali lagi boleh berkilah apa saja, tapi saya sih maunya ada tindakan nyata dan jelas dari yang punya slogan. Saya rasa belum ada tindakan nyata dan bermanfaat untuk mewujudkan slogan Aman dan Damai ini.
Slogan yang sangat bagus namun penerapannya masih sangat jauh dari harapan.
Ini hanya pendapat dan pandangan pribadi saya sendiri sebagai salah satu pengagum slogan Bali Mandara. Mudah-mudahan dapat menjadi masukan untuk pelaksanaan Bali Mandara. Mudah-mudahan juga beliau yang di atas tidak tersinggung dengan tulisan saya ini dengan mengcounter tulisan saya ini. Saya hanya krama Bali biasa yang menulis apa yang saya temui dan rasakan, dan juga tentunya untuk kemajuan pulau Bali yang sangat saya cintai. [b]
Saya juga berharap slogan ini bisa terealisasi sepenuhnya… tidak nanggung-nanggung…
tampaknya memang dibutuhkan komitment yang kuat dari semua pihak terkait..semoga saja kedepannya kita bisa mewujudkannya…
seken to bli… semuanya hanya jargon. kok mangku pastika yg terkenal berani itu blm bisa memberikan kemajuan berarti yah??? misalnya clean and green. tidak diikuti pengelolaan sisitem sampah yg mutakhir. tetep aja petugas smpah babak belur ngais sampah mebrarakan di jalan2 petengne. jeg cara nak primitif gen.
bali pulau organik??? tak ada subsidi unt produk organik dan pemasarannya
bali the island of love?? pemerkosaan dan bunuh diri dimana-mana..
skarang, jalan layang akan hadir pula di bali.. oahem..