Dikirim oleh Arief Budiman
SELAIN sebagai pelukis, Frans Nadjira adalah seorang pesastra, istimewa dalam penulisan puisi dan cerpen. Dua bidang kesastraan itu mulai dikenalnya sejak 1960. Tahun itu adalah permulaan baginya menulis puisi dan cerpen. Namun jauh sebelumnya, dasar-dasar kecintaannya pada sastra telah terbit pada masa kanak-kanaknya. Ia begitu mudah terpukau pada percakapan-percakapan tentang sastra ketika itu; membayangkan indahnya menggumuli sastra dan mempercakapkannya di kemudian hari. Anganan itu terpelihara terus dan berkembang menjadi spirit sastranya hingga kini.
“Curriculum Vitae” adalah antologi puisi karya Frans Nadjira paling mutakhir yang diterbitkan oleh MatameraBook-Bali. Antologi puisi ini memuat 55 puisi yang dibuat sepanjang kurun 2005-2006. Pada karya-karya puisi yang terangkum dalam antologinya ini, Frans Nadjira masih tetap memperlihatkan ketangguhan seorang penyair yang vitalistik. Ia seperti tak pernah kelihatan letih. Diksi yang terjaga dan terekspresi dari realitas yang telah mengalami pergulatan eksistensial dari sosok kepenyairan Frans Nadjira. Meski pada dasarnya karakteristik puisi-puisi Frans Nadjira tidak terlalu banyak berubah dibandingkan misalnya pada puisi-puisinya yang terkumpul dalam antologinya yang lain seperti “Springs Of Fire Springs Of Tears”, misalnya, namun pada “Curriculum Vitae” kita melihat betapa Frans Nadjira lebih kuat menonjolkan beberapa persoalan-persoalan kotemporer umat manusia. Selain itu, pilihan-pilihan ungkapan puitiknya juga terbilang sederhana, matang, imajis dan segar. Pada Frans Nadjira, kata-kata bukan lagi sekadar alat, melainkan jiwa yang menerjemah dalam kata-kata.
Pada puisi-puisi di mana “jiwa yang menerjemah dalam kata-kata” seringkali sang penyair tak bisa memisahkan diri dengan subyek lirik. Dalam sastra—terutama puisi—hal itu memungkinkan karena puisi adalah wilayah sastra yang paling khas. Ia bersifat personal, penuh emosi, bersifat monolog. Justru karena itu kita menjadi tahu bagaimana sesungguhnya beban kegelisahan seorang penyair saat berungkap lewat puisi-puisinya. Dalam pertalian itu, “Curriculum Vitae” juga memperlihatkan cahaya rohani seorang Frans Nadjira dalam memandang dan merenungi hidup. Membaca puisi-puisi yang terangkum dalam antologi ini, pembaca ditawarkan sebuah panorama kehidupan dan persoalan umat manusia yang telah digubah ke dalam puisi yang lebih dulu merogoh jiwa daripada dimengerti. Karena puisi Frans Nadjira dibangun bukan untuk dimengerti; puisi Frans Nadjira dibangun untuk pemicu kontemplasi. Antologi Curriculum Vitae dihadirkan dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia . Terjemahannya dilakukan secara seksama oleh perupa yang juga seorang penerjemah Bundhowi sedang pengantarnya ditulis oleh Arif Bagus Prasetyo, seorang penulis muda yang karya-karyanya cemerlang, sedangkan Zawawi Imron turut memberikan pengantar.
Jika puisi-puisi yang terangkum dalam “Curriculum Vitae” begitu sarat dengan pengayaan saripati kehidupan, itu karena masa lalu Frans Nadjira adalah seorang perantau. Ia pernah menjadi pelaut dan berkali-kali diterjang ombak tinggi, bekerja di tengah hutan rimba dengan berbagai ancaman penyakit, beternak, pernah tinggal di berbagai tempat di tanah air. Sepanjang masa lalunya, Frans Nadjira juga bergiat di kehidupan sastra di Taman Ismail Marzuki, Dewan Kesenian Jakarta dan menghidupkan denyut bersastra di Bali . Pada tahun 1979 ia mendapat grant dari Pemerintah Amerika Serikat untuk mengikuti program penulisan kreatif International Writing Program di University of Iowa , Iowa City, Amerika Serikat. Tulisan-tulisan Frans Nadjira pernah dimuat di berbagai media di negeri maupun luar negeri ini seperti Horizon, Warta Dunia, Sinar Harapan, Berita Buana, Kesenian, Bali Post, Zaman, IAI News (Australia), Mutiara, CAK, Kalam, Kompas, Media Indonesia, majalah seni SUARDI, Pedoman Rakyat dan lain-lain.
Selain itu, sejumlah karya puisi dan cerpen Frans Nadjira juga telah dimuat dalam buku antologi bersama seperti: Terminal, Laut Biru Langit Biru, Puisi Asean, The Spirit That Moves US (USA), Tonggak, On Foreign Shores, Ketika Kata Ketika Warna, Teh Ginseng, A Bonsai’s Morning, Horizon Sastra Indonesia dan beberapa buku apresiasi Sastra Indonesia. Bukunya sendiri yang telah terbit: Springs Of Fire Springs Of Tears, Jendela Jadikan Sajak dan Bercakap-Cakap Di Bawah Guguran Daun-Daun. MatameraBook menjadi langganan penerbitan karya sastra Frans Nadjira. Setelah Springs Of Fire, Springs Of Tears (1998) dan Bercakap-Cakap Di Bawah Guguran Daun-Daun (2004) kini Curriculum Vitae (2007).
Antologi puisi Frans Nadjira “Curriculum Vitae” akan diluncurkan di Taman Budaya Provinsi Yogyakarta pada tanggal 9 September 2007. Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Taman Budaya Provinsi Yogyakarta, Komunitas Tanda Baca dan Matamerabook. [b]