Oleh Luh De Suriyani
Putra Nugraha, bayi laki-laki 7 bulan itu kini sudah bisa duduk dalam gendongan ibu-ibu asuhnya di Ruang Cempaka, sal perawatan khusus bayi di RS Sanglah Denpasar. Namun Putra termasuk kecil dan lemah dibanding bayi seumurannya. Beratnya kurang dari 5 kilogram.
Putra punya panggilan baru, Entong. “Karena sangat kecil dan mungil,” ujar Nyoman Sukarti, Kepala Ruangan Cempaka pada Sabtu lalu. Entong adalah nama tokoh bertubuh kerdil di sebuah sinetron televisi.
Putra adalah bayi prematur. Ketika lahir berat badannya hanya satu kilo, lahir sectio caesaria karena baru berusia 28 minggu. Ibunya, Nafsari, meninggalkan Putra begitu saja sesaat setelah lahir di ruang perawatan intensif Sal Cempaka.
Kehangatan inkubator menggantikan pelukan ibu selama diasuh oleh perawat di RS Sanglah. Putra Nugraha adalah nama yang diberikan para perawat. Seiring membaiknya kondisi Putra, makin banyak yang tertarik untuk mengadopsi. Dinas Sosial masih menyeleksi calon orang tua baru Putra..
Ketika dalam inkubator atau dalam dekapan perawat, Putra sulit menggerakkan badan. “Tubuhnya sangat kecil, sangat sulit untuk bergerak atau merubah posisi tidurnya sendiri,” ujar Sukarti.
Untuk membantu sirkulasi darahnya dan menghindari luka tekan, Putra ditidurkan di kasur air. Luka tekan atau decubitus adalah luka pada bagian tubuh tertentu akibat proses penekanan yang lama. Ini biasa terjadi pada bayi prematur atau mengalami kelainan khusus hingga sulit bergerak. Selain itu, banyak terjadi pada orang usia lanjut.
Perawat di ruang Cempaka tak mengeluarkan biaya tambahan untuk membuat kasur air. Hand schoen panjang bekas pakai diisi air, tapi tidak terlalu penuh. Lalu sepasang hand schoen itu diletakkan di bawah sprei tempat tidur bayi atau inkubator. Bayi dengan berat badan lahir rendah seperti Putra akan lebih mudah bergerak karena gerakan air membantunya merubah posisi tidur.
“Mereka seperti diayun-ayunkan. Kalau bayi masih di inkubator, kasur air juga mampu menghantarkan hangat pada bayi dengan baik,” ujar Sukarti sambil menidurkan Putra di atas kasur airnya.
Inovasi sederhana ini telah dipraktekkan juga pada sekitar puluhan bayi lain yang dirawat intensif akibat berbagai penyakit atau berat badan lahir rendah.
Hasilnya, bayi-bayi ini terhindar dari luka tekan atau bengkak pada satu sisi muka (edema) akibat kesulitan bergerak. Kasur air ini mulai dipraktekkan sejak Juli 2007. Dari Juli hingga Desember 2007, tercatat 289 bayi lahir di RS Sanglah. Sebanyak 82 di antaranya harus dirawat intensif karena berbagai penyakit dan kelainan sejak lahir.
Dari tahun ke tahun, masalah terbanyak pada bayi lahir di RS Sanglah adalah berat badan lahir rendah. Sepanjang tahun 2008 ini saja sudah ada 330 kasus bayi prematur.
Inovasi sederhana, pencegahan luka tekan dengan kasur air ini pun diganjar penghargaan Persi Award 2008 dari Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) dalam kategori Technical Service Improvement.
“Penghargaan ini kami anggap apresiasi saja. Karena inovasi seperti ini adalah nursing art. Setiap saat perawat diharuskan selalu membuat inovasi praktis dalam keperawatan,” tutur Sukarti merendah.
Award ini layak diberikan pada tim Ruang Cempaka RS Sanglah karena menurut dewan juri di Jakarta penggunaan kasur air dan penyangga kepala ini sangat efektif dan praktis untuk mencegah decubitus pada bayi.
Selain luka tekan, kasur air yang masih sangat sederhana ini ternyata membantu bayi dengan tumor di punggung, pantat, atau bagian tubuh belakang lainnya. “Tekanan di air yang tak terlalu kuat, membantu sirkulasi darah.
Putra terlihat nyaman ketika berbaring di atas sepasang hand schoen berisi air itu. Kepala mungilnya mulai lincah bergerak. Matanya menyapu seluruh isi ruangan, seolah menyapa setiap pengunjung yang bersimpati dengan bayi terlantar ini. [b]
Comments 1