Oleh Wayan Sunarta
Sejak lama Bali telah menjadi Surga bagi para pelukis asing. Mereka telah berdatangan sejak tahun 1920-an dan berlomba mereguk inspirasi dari alam dan budaya Bali yang unik. Untuk merunut beberapa nama, sebutlah misalnya Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smith, Donald Friend hingga generasi Ronald Wigman, Wolfgang Widmoser, Peter Dittmar, Filippo Sciascia, Walter van Oel dan Yaari Rom.
Yaari Rom adalah pelukis kelahiran Los Angeles, USA, 1956. Yaari yang baru beberapa tahun menetap di Bali mengakui bahwa pesona alam dan budaya Bali merupakan salah satu sumber inspirasi bagi karya-karya seninya. Yaari dikenal sebagai seniman serba bisa. Selain melukis, ia juga menggarap fotografi, film, seni teater dan wearable art (seni busana).
Kini, bertempat di ARMA Museum, Ubud, Yaari memamerkan 75 karya terpilihnya. Pameran yang bertajuk “360 Degrees of Yaari” berlangsung 10 – 24 Juni 2008. “Karya yang saya pamerkan adalah lukisan-lukisan terpilih dari periode penciptaan saya selama lima tahun belakangan ini,” ujar Yaari.
Karya-karya lukis Yaari cenderung bercorak figuratif, dekoratif, dan abstrak. Kadangkala juga dia menggarap vignet dan drawing. Komposisi warna pada karya-karyanya terlihat meriah menyerupai karnaval. Hal ini misalnya bisa dilihat pada lukisan abstrak berjudul “Sunrice in August” atau pada lukisan dekoratif berjudul “Hugs” dan “Culture of Bali”.
Yaari juga gemar membubuhi grafiti pada sejumlah lukisannya. Selain berupa huruf latin dan angka, dia juga membubuhi huruf-huruf Bali sebagai grafiti yang mempermanis lukisannya. Bisa jadi ini sebagai penanda bahwa dia telah bersentuhan dengan budaya Bali. Hal itu terlihat pada lukisan berjudul “The Priest 2” yang menampilkan figur manusia setengah badan. Punggung tangannya yang dihiasi bunga (kembang sepatu) berada di depan dada. Lukisan yang berlatar kombinasi warna hijau dan hitam itu penuh ditaburi huruf-huruf Bali yang mencuatkan kesan mistis.
Di antara lukisan-lukisan yang dipamerkan, yang cukup menarik perhatian adalah lukisan berjudul “I am Bali Gold” (akrilik, 375 x 275 cm). Lukisan dengan kombinasi warna meriah ini merangkum beragam teknik, antara lain teknik abstrak, dekoratif, figuratif, drawing, sketsa, dan grafiti. Pada lukisan ini, bisa dilihat di bawah sketsa perempuan mengangkang, mencuatlah kepala seekor gajah dengan belelai yang melengkung ke atas. Selain itu beberapa sketsa wajah perempuan juga nampak memenuhi bidang kanvas bercampur baur dengan garis, huruf, ikon-ikon yang dibuat tak beraturan. Lukisan ini menarik karena menikmatinya seperti memasuki rimba belantara dengan berbagai kemungkinan tiada terduga.
Kalau diperhatikan dengan cermat pada beberapa lukisan Yaari selalu berisi gambar atau sketsa gajah. Gajah memiliki kesan tersendiri bagi Yaari. Dalam mitologi Hindu, gajah dikaitkan dengan Ganesha, Dewa Kebijaksanaan, yang merupakan putra Dewa Siwa. Bisa jadi Yaari terpesona dengan tokoh Ganesha setelah dia mendalami budaya dan mitologi Hindu selama menetap di Bali. Selain pada lukisan “I am Bali Gold”, beberapa karya Yaari yang mengandung unsur gajah, antara lain karya berjudul “Secret of Bali Gold”, “We”, “Beginning/ The Elephant Face”, “The Blue”, “The Priest 3”, “From Keas to Cosmos”, dan “Magic Women”. Selain gajah, hewan favorit yang kerap muncul dalam sejumlah lukisan Yaari adalah lumba-lumba yang dipercaya sebagai sahabat manusia di lautan.
Perjalanan Seni Yaari
Awal karir Yaari sebagai pelukis dimulai tahun 1966 dengan mengikuti berbagai magang di bidang seni lukis, print-making, film dan teater. Pada tahun 1970, Yaari melanjutkan perjalanannya, menjelajahi Eropa, mengunjungi museum seni dan lukisan, menjadi seniman magang di Brahmberg Jafta Israel Studio dan kemudian menjadi asisten Hugo Cleef Van, seorang seniman potret yang bekerja untuk Canes Perancis.
Di tahun 1971 Yaari mengikuti kursus The Royal Academy Extension Course di London, UK, sambil bekerja di sebuah studio restorasi seni. Akhir tahun 1970-an, dengan disponsori dan bekerja sebagai asisten pribadi Billy Gaff dan Rod Stewart, Yaari menempuh perjalanan secara ekstensif antara Los Angeles dan New York, berlanjut ke Israel, Perancis dan Spanyol, melanjutkan pendidikannya dengan menghadiri kelas-kelas di UCLA dan berbagai fasilitas seni.
Di Era 1980-an Yaari berada di Maui, Hawaii, dimana ia mendirikan studio pertamanya dan toko retail store dengan major lebel-nya yang pertama: “It’s a Yaari” dan terbang antara Los Angeles, New York dan Hawaii, mempromosikan fashion art dan body painting. Pada tahun 1985, Gotex meminta Yaari untuk mendisain koleksi pakaian renang yang insipratif dengan bahan lukisan tangan untuk Gideon Auberzon. Yaari kembali ke L.A. pada 1986-87, dan membuka Yaari Gallery di Venice Beach, dimana Yaari mulai berkreasi dengan berbagai koleksi fashion tahunan dan memenangkan berbagai penghargaan.
Tahun 1988 Yaari dikontrak untuk mendisain dan membangun “Penny Lane”, sebuah restoran kenangan yang bertema Beatles di Robson Street di Vancouver, Canada. Ia kembali ke L.A. di tahun 1989 untuk membuka kembali Yaari Gallery atas sponsor Rocco Kawasaki, selanjutnya ia membuka Yaari Gallery di Mexico Santa Fe. Jiwa petualangan membuatnya terus menjelajahi AS, Mexico dan Costa Rica.
Sepanjang pertengahan 1990-an, ia pindah ke Hamptons di New York State dan membuka Yaari Gallery di Armarganzit, Easthampton, NY. Tahun 1997 membawa Yaari ke Melbourne, Australia, di mana ia melanjutkan aktifitas seninya, body painting dan pameran fashion di Brighton Gallery, bekerjasama dengan Para-Olympics untuk kegiatan penggalian dana amal. Kembali ke USA di tahun 2000, ia membuka Yaari Gallery & Studio di pusat keramaian kota Los Angeles. Tahun 2003 Yaari berada di Asia Tenggara, dimana ia sering dikepung oleh kontroversi “seni terlarang” body painting.
Dia kini menetap di kedamaian Pulau Bali dan bekerja di studio pribadinya, Toya Studio, di Kerobokan, Badung. Sebagai seniman body-painting, Yaari rutin diundang ke berbagai event dan festival di seluruh dunia untuk mengelar body-painting. Yaari juga disebut-sebut sebagai seniman pertama yang menghasilkan print digital pada awal 1990-an. Disponsori oleh Dupont, BMT, dan berbagai lembaga print dunia, koleksi-koleksi digitalnya memenangkan berbagai hadiah pertama di Atlanta, Los Angeles, Israel, Hong Kong dan New York.
Selain sebagai seniman serba bisa, Yaari juga mendukung berbagai kegiatan amal di dunia. Sekarang ini Yaari sedang berkonsentrasi pada kegiatan Art Quest, sebuah proyek untuk pendidikan. Suatu proyek yang sangat dibutuhkan di Indonesia, dengan salah satu misinya dipersembahkan untuk mendukung anak-anak Bali dan pendidikan seni mereka. [b]