Tiap komunitas punya cara berbeda merayakan kemerdekaan.
Tiga komunitas anak muda di Denpasar merayakan dengan membagikan 300 nasi kotak untuk warga miskin di Denpasar dan sekitarnya. Begitulah perayaan kemerdekaan ala Komunitas Ketimbang Ngemis Bali, Komunitas Berbagi Nasi Chapter Bali, dan Komunitas Bersama Kita Peduli (BKP).
Anak-anak muda anggota tiga komunitas ini menyasar warga miskin yang bekerja sebagai pemulung barang bekas, buruh angkut barang di Pasar, petugas kebersihan, pedagang asongan, buruh bangunan, pedagang kaki lima, pengamen jalanan, hingga juru parkir.
Kegiatan pembagian nasi kotak dilakukan mulai pukul 10.00 WITA. Para anggota komunitas yang sudah berkumpul di salah satu bekas gedung swalayan di Jalan Dipenogoro berkumpul dan membagi diri menjadi tiga grup.
Mereka membagi nasi kotak dengan menggunakan kendaraan roda dua. Grup pertama melakukan rute pendistribusian nasi kotak ke daerah Denpasar Barat. Kelompok kedua ke Denpasar Selatan. Ketiga ke Denpasar Timur dan Denpasar Utara.
Setiap sosok-sosok kaum miskin yang ditemui sepanjang jalan maka saat itu juga anggota Komunitas membagikan nasi kotak. Meski jalanan di Kota Denpasar begitu ramai dan terik panas matahari begitu menyengat kulit. Para anggota komunitas semangat melayani para kaum dhuafa.
Saat membagi nasi di Jalan Cargo, anggota komunitas bertemu dengan salah seorang kakek yang sudah lanjut usia. Kakek yang ditemui ini berprofesi sebagai pengumpul barang bekas. Saat mendapatkan nasi kotak dan uang tunai dari anggota komunitas, kakek itu berkaca-kaca sambil mengucapkan banyak terima kasih.
Ada seorang nenek berusia 70 tahun di Pasar Cargo yang bekerja sebagai buruh angkut barang. Tanpa mengenakan alas kaki, nenek itu berjalan melintasi jalanan beraspal saat matahari mulai tepat berada di atas kepala.
Buru-buru Octa Serra, anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Bali langsung memberikan alas kaki yang ia bawa di bawah jok motornya.
Nenek itu masih kebingungan saat anggota Komunitas membagikan nasi dan memberikan alas kaki. Malahan nenek ini bertanya, “Sandal ini apa bayar?”.
Melihat kondisi nenek ini yang masih bekerja di usia senjanya dan tanpa alas kaki saat bekerja membuat para anggota komunitas yang melihat tidak tega dan iba.
Irish Samantha yang turut ikut dalam pembagian nasi kotak untuk kaum miskin dari Komunitas Ketimbang Ngemis Bali mengatakan tujuan kegiatan itu untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama terutama saudara sebanga yang tidak mampu.
“Pembagian nasi kotak di hari kemerdekaan karena menurut saya para kaum dhuafa yang bekerja merupakan para pejuang untuk hidup dan keluarganya,” tuturnya.
Irish tidak menyangka kegiatan pembagian nasi kotak banyak yang turut berpartisipasi.
“Hal ini menunjukan bahwa masih banyak masyarakat di sekitar kita yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Hanya saja banyak masyarakat terbatas dalam informasi bagaimana cara menyalurkan kebaikan yang mereka miliki,” tambahnya.
Ia berpesan bahwa kegiatan seperti ini harus banyak ditularkan ke masyarakat khususnya ke anak muda agar lebih sadar dan peduli terhadap hal-hal sosial disekitar mereka.
“Kegiatan kami secara tidak langsung membantu pemerintah untuk menuntaskan kesenjangan sosial apalagi kekurangan pangan,” tegasnya.
Di tempat yang terpisah, peserta lain Soraya Sarah Afifah mengaku banyak mendapatkan pengalaman hidup saat proses pembagian nasi
“Saya bisa lebih mensyukuri dalam menjalani kehidupan dan mendapatkan banyak inspirasi dari para kaum dhuafa sebagai sosok pejuang kehidupan,” ungkap Soraya. [b]