Pembuat sepatu eksklusif ini sedang menempuh perjalanan lain.
Nama Niluh Djelantik telanjur melekat pada sepatu eksklusif. Namun, kini perempuan bernama lengkap Niluh Putu Ary Pertami Djelantik tersebut sedang berusaha melintas ke tujuan lain yang lebih menantang, politik.
Melalui akun-akun media sosialnya, terutama Facebook dan Instagram, perempuan yang lahir di Bali tepat 42 tahun lalu ini, aktif mengampanyekan isu-isu terkait sosial politik Indonesia. Dia dengan terbuka misalnya mendukung calon gubernur DKI Jakarta yang sekarang justru dipenjara dengan tuduhan menista agama, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sebelum itu, Niluh Djelantik juga aktif berkampanye mendukung Joko Widodo, sebagai salah satu calon presiden pada Pemilu 2014 lalu. Saat ini, dia juga mengampanyekan toleransi terhadap keberagaman Indonesia, termasuk mengkritik kelompok-kelompok fundamentalis di negeri ini.
Pilihan itu tidak mudah. Dia harus menghadapi berbagai kelompok anti-Jokowi, anti-Ahok, juga anti-keberagaman.
Salah satu yang sekarang dia hadapi adalah tuntutan hukum dari kelompok bernama Pribumi Berdaulat di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Mereka melaporkan Niluh bersama lima pengguna Internet lain pada April 2017 lalu dengan Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Life is a challenging choice. Embrace it. Don’t be afraid to speak as long as you can be responsible for your own voice.
Namun, tentu saja banyak yang mendukung Niluh. Tak hanya untuk bisnis sepatunya tapi juga terhadap sikap-sikap politiknya.
Pada bulan yang sama ketika dia dituntut secara hukum, Niluh juga mendapat banyak penghargaan. Mei lalu dia mendapat penghargaan sebagai salah satu penerima beasiswa Global Women’s Mentoring Partnership dari Fortune dan US State Departement. Selama satu bulan, Niluh dan 21 perempuan dari 15 negara berkembang lainnya mengunjungi Amerika Serikat, termasuk bertemu Ivanka Trump, anak Presiden Amerika Serikat saat ini, di Gedung Putih.
Bulan berikutnya, Niluh juga terpilih sebagai salah satu dari 20 Rising Global Stars versi majalah Forbes Indonesia. Kebetulan saya sendiri yang menulis profilnya untuk majalah tempat saya ngecer tulisan dan foto tersebut.
Niluh sadar terhadap pilihan-pilihannya, termasuk akibat yang harus dia hadapi. Di halaman Facebooknya, Niluh pernah menuliskan pesan. Life is a challenging choice. Embrace it. Don’t be afraid to speak as long as you can be responsible for your own voice.
Korban Kapak Merah
Semua pencapaian itu, bagaimana pun, tak bisa dilepaskan dari keterikatannya pada… sepatu!
Niluh Djelantik adalah pendiri sekaligus pemilik merek sepatu terkenal sesuai nama lahirnya, Niluh Djelantik. Namun, perjalanan itu justru bermula dari pengalaman pahit semasa dia kecil.
Niluh menghabiskan masa kecil dalam kesederhanaan. Dia lahir di Desa Batur Selatan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali bagian tengah. Desa ini berjarak sekitar 60 km dari Denpasar ke arah timur laut.
Orang tua Ami, begitu dia akrab dipanggil ketika kecil, bercerai ketika dia masih berumur delapan bulan. Ami tinggal bersama ibunya yang berjualan di Pasar Kumbasari, Denpasar. Dia sekolah di salah satu sekolah favorit di Denpasar, SD Saraswati.
Sekolah di SD favorit dengan pendapatan pas-pasan, Niluh pun harus menyesuaikan diri termasuk dalam urusan sepatu. Dia harus mengganjal bagian depan sepatu kebesaran agar lebih enak dipakai.
Namun, pengalaman itu membekas di kenangan Niluh. Dia ingin suatu saat membuat sepatu yang nyaman untuk tiap orang. Ketika mendapatkan gaji pertama kali saat kuliah sambil bekerja di Jakarta, dia pun membeli sepatu.
Setelah merantau di Jakarta selama hampir sepuluh tahun, mulai dari menjadi resepsionis hingga asisten manajer, Niluh kemudian pulang ke tanah kelahirannya, Bali, pada 2002. Ada peristiwa yang membuatnya trauma untuk kembali ke Jakarta, dia nyaris dirampok kelompok Kapak Merah.
Ibu satu anak ini lalu kembali ke Bali dan bekerja di perusahaan fashion sebagai Direktur Pemasaran Paul Ropp, perusahaan pakaian ternama di Bali. Inilah yang menjadi bekal dia untuk mengenal lebih dalam seluk beluk bisnis fashion.
Karena kurang puas dengan tempat kerja barunya, Niluh bersama suaminya ketika itu lalu mendirikan usaha sendiri yang memproduksi sepatu high end quality.
Mereknya Nilou, diambil dari nama Balinya, Niluh. “Awal berdirinya cuma karena aku ingin membuat sepasang sepatu yang pas. Sederhana. Tapi printilan-nya banyak,” kata Niluh.
Printilan yang dia maksud, misalnya, menggunakan bahan baku dari Indonesia, dibuat di Indonesia, serta dibuat orang Indonesia. Bersama partnernya ketika itu, Niluh pun mulai memproduksi sepatu dengan merek Nilou sejak 2003. Niluh bertanggung jawab di bagian pengembangan dan produksi di Bali sementara partnernya di bagian distribusi. Pada awal produksinya, mereka hanya punya dua tukang sepatu.
Pecah Kongsi
Dengan menggunakan merek Nilou, sepatu yang diproduksi untuk pasar terbatas (niche market) ini dipasarkan ke Prancis, Australia, dan Selandia Baru. Mereka juga menjualnya hingga ke 20 negara, termasuk Amerika Serikat, Jepan, dan Uni Emirat Arab. Namun, pada 2004, Niluh dan partnernya pecah kongsi.
Niluh mengaku ada perbedaan prinsip antara dia dan partnernya ketika itu. Mereka ingin memproduksi sebanyak-banyaknya sementara Niluh ingin tetap memproduksi sepatu yang lebih eksklusif dan terbatas. Karena tak cocok, mereka pun berpisah dengan merek Nilou menjadi hak partnernya.
Setelah perpecahan usaha sekaligus perpisahan rumah tangga, Niluh tetap memproduksi sepatu untuk beberapa merek lain. Semacam outsource.
Pada 2007, dia memutuskan menggunakan namanya sendiri untuk merek sepatu, Niluh Djelantik. Modal awalnya hanya Rp 18 juta.
Berganti merek baru membuat Niluh harus membangun kembali merek tersebut. Untuk itu, dia terus berimprovisasi. Dari semula hanya membuat sepatu hak tinggi, dia juga mulai membuat sepatu-sepatu jenis baru. Kuncinya, menurut Niluh, pada investasi dan pengembangan.
Untuk memproduksi sepatu berkualitas tinggi itu, menurut Niluh, aset utamanya adalah pada manusia.
Tiap enam bulan sekali, dia membeli sepatu baru dengan merek-merek ternama dunia lalu dia bongkar untuk dipelajari bagaimana model dan pengerjaannya. “Itu bagian dari pengembangan,” kata ibu dari Ni Luh Putu Ines Saraswati Djelantik ini.
Untuk memproduksi sepatu berkualitas tinggi itu, menurut Niluh, aset utamanya adalah pada manusia. Saat ini ada 30 staf dengan dua divisi yaitu retail dan produksi. Untuk produksi, pusat pembuatannya di daerah Canggu, Kuta Utara. Di sana, para tukang sepatu membuat tiap sepatu pasang demi pasang.
“Tiap sepatu hanya dikerjakan oleh satu orang,” kata Slamet, salah satu pembuat sepatu di bengkel kerja Niluh Djelantik. Semua pembuatan sepatu dilakukan secara manual.
Menurut Slamet, dengan cara itu maka ada ikatan emosional antara pembuat dengan sepatunya. Proses tersebut, misalnya dari pengukuran kaki, pembuatan alas kaki, hingga penghalusan. Dalam sebulan mereka memproduksi 300-400 pasang sepatu.
Untuk retail saat ini Niluh Djelantik memiliki tiga toko yaitu di Seminyak, Petitenget, dan Jakarta. Mereka menjual sepatu dengan harga berkisar antara Rp 700.000 hingga Rp 4.000.000 per pasangnya.
Menurut Arief Budiman, pendiri Bali Creative Community, sepatu-sepatu karya Niluh memang merepresentasikan desain dan tren masa kini. “Dalam desain dikenal tren bentuk dan desain yang digemari. Niluh Djelantik mampu masuk ke pusaran itu sesuai dengan karakter Bali,” kata Ayip, panggilan akrabnya.
Selebritis Hollywood
Dengan kualitas yang terjaga, sepatu Niluh Djelantik pun menjadi barang yang dibeli selebritis Hollywood, termasuk super model Gisele Bundchen, aktris Tara Reid, Uma Thurman, hingga Julia Roberts. Sepatu Niluh Djelantik juga digunakan Miss Universe dan Miss World.
“Pada akhirnya, sepatu akan ngomong sendiri,” katanya merujuk pada pengakuan dari selebritis Hollywood itu.
Dengan penjualan yang juga online, kini sepatu Niluh menjangkau lebih banyak pembeli dari banyak negara. Tapi, menurutnya, itu bukan hal terpenting yang dia capai. “Bagi saya sekarang pencapaian bukan lagi tentang berapa banyak pelanggan yang kita dapatkan tapi berapa banyak orang yang bahagia setelah mengenakan sepatu kami,” kata istri Louis Kieffer ini.
Di luar urusan penjualan sepatu, Niluh Djelantik juga kini masuk ke dunia lain. Sepatu Niluh Djelantik sudah mendapatkan kontrak dengan Despicable Me 3 yang akan tayang Juni ini. “Kami mendapatkan hak untuk menggunakan gambar-gambar Despicable Me dalam desain-desain sepatu kami,” ujar Niluh.
Selain itu, Niluh juga sekarang menjadi duta kopi merek Top Coffee Susu. Merek kopi ini pula yang mendukungnya untuk terus membagi ilmu, pengalaman, dan semangat usahanya ke anak-anak muda di penjuru Nusantara.
Hari ini, pembuat sepatu bahagia itu berulang tahun. Maka, selamat ulang tahun, Mbok Niluh. Semoga terus tetap bersemangat membagi ilmu dan pengalaman ke orang lain.. [b]