Tumbuhnya ruang-ruang alternatif untuk berkreativitas dan berekspresi menjadi harapan bagi banyak anak muda Bali, terlebih di daerah yang masih tergolong pedesaan. Selama ini kita banyak melihat kelompok anak muda di lingkungan banjara atau Seka Teruna lebih berfokus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat untuk keperluan adat dan agama.
Berbeda dengan kawasan urban seperti Denpasar yang memiliki cukup banyak ruang alternatif untuk berekspresi dan berkreativitas sehingga anak muda yang hidup disana memiliki pilihan untuk memilih ruang yang sesuai dengan ketertarikan mereka. Tidak hanya untuk berkreativitas, kehadiran ruang alternatif yang ada di desa juga bisa dijadikan sarana untuk memproduksi sesuatu yang nantinya bisa benilai secara ekonomi. Hal tersebut menjadi penting agar anak muda yang ada di desa tidak harus berpikir untuk pergi ke kota untuk menyalurkan kreativitas dan ekspresi mereka.
Telah rilis 26 September 2020, sebuah short documentary video kolaborasi antara Niskala Studio dengan Arja Compo Creatif. Video yang menceritakan tentang bagaimana proses kerja dan kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Creatif Arja Compo yang mukim di Banjar Blungbang, Desa Penarungan, Badung, Bali.
Arja Compo Creative adalah suatu kelompok kreatif atau sanggar seni yang memproduksi kertas daur ulang dari kertas-kertas bekas. Saat ini kertas yang dihasilkan sudah lebih dari 15 jenis kertas di antaranya kertas lumut, daur ulang kertas rokok, kardus, NCR, serat bambu, dll.
Documenter bedurasi enam menit delapan detik tersebut memperkenalkan profil beberapa anggota sanggar dan menjelaskan latar belakang mereka masing-masing, juga dalam video tersebut memperlihatkan bagaimana suasana sanggar mereka yang juga menjadi tempat memproduksi kertas daur ulang. Menurut penuturan Dodik (salah satu anggota sanggar), project yang mereka kerjakan berawal dari keresahan yang mereka rasakan ketika melihat banyaknya kertas-kertas tak terpakai yang akhirnya menjadi limbah.
Kemudian mereka berinisiatif mendaur ulang kertas tersebut dengan menjadikan produk kertas baru namun terkendala karena belum mengetahui cara pengerjaannya. Setelah mendapat pelatihan di Yayasan Wisnu barulah mereka mengetahui bagaimana teknis pengerjaan kertas daur ulang tersebut. Dalam video tersebut juga dijelaskan beberapa tahap pengerjaan produk kertas yang mereka hasilkan.
Memiliki anggota kelompok dari berbagi latar belakang dan displin ilmu membuat kelompok Arja Compo mempunyai banyak ide kreatif yang mereka kemudian kerjakan, terlebih sebagain besar dari mereka masih berusia muda dan memiliki semangat tinggi untuk berkreativitas. Sebelum memproduksi kertas, kelompok tersebut juga aktif membuat berbagai jenis karya seni seperti ogoh-ogoh, lukisan, karya ukir, patung dan masih banyak lagi.
Mulai aktif berproses untuk mendaur ulang kertas sejak November 2019, kehadiran Arjo Compo Creatif menjadi ruang alternatif bagi anak muda yang ada di wilayah Penarungan dan sekitarnya. Untuk berkreativitas dan berkarya, terlebih hal tersebut bisa menghasilkan nilai ekonomi. Sejauh ini kelompok Arja Compo sudah berhasil memproduksi produk daur ulang kertas seperti note book, undangan, packaging produk, goodybag, media lukis dan lain-lain.
Kelompok Arja Compo juga tidak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi dengan komunitas lain dengan disiplin yang berbeda, seperti yang dijelaskan oleh Made Astra atau yang kerap disapa Soklin, mereka masih membutuhkan banyak masukan dari berbagai elemen masyarakat terkait produk-produk yang nantinya mereka hasilkan.
Yang istimewa dari kehadiran kelompok kreatif Arja Compo adalah mereka berhasil membuka ruang kreatifitas untuk anak muda yang ada di desa mereka dan membuktikan bahwa tidak harus keluar wilayah ketika ingin menyalurkan kreatifitas. Di pedesaan banyak anak muda yang tertarik untuk berkreativitas dan menyalurkan ketertarikan mereka namun harus pergi ke kota karena keterbatasan ruang yang ada di desa mereka, terlebih ingin membuat karya yang bersifat kontemporer.
Keberpihakan mereka terhadap kelestarian lingkungan juga menjadi alasan kelompok ini untuk membuat karya dengan material bekas atau sampah yang sudah tidak terpakai sehingga pencemaran tehadap lingkungan bisa diminimalisir. Dalam proses produksi, mereka juga berusaha untuk meminimalisir pencemaran terhadap lingkungan, dengan cara penggunaan pewarna alami dan pemanfaatan cahaya matahari. Hal tersebut membuat mereka tidak hanya menghasilkan produk yang bernilai ekonomi, tetapi juga bisa menciptakan ruang kreatif dengan tetap berorientasi terhadap kelestarian lingkungan.
Tentu masih banyak keterbatasan yang mereka alami dalam proses produksi maupun kreativitas, namun semangat untuk berproses membuat mereka yakin bahwa apa yang mereka kerjakan akan berdampak baik terhadap mereka dan lingkungan sekitar. Seperti yang dikatakan Agustinus Darmawan, anggota Arjo Compo yang juga pemilik tempat berdirinya sanggar berharap agar apa yang mereka kerjakan sekarang tidak hanya menjadi pekerjaan sampingan, namun dapat menjadi pekerjaan utama yang bisa menghidupi mereka secara ekonomi. Dengan harapan itu membuat semangat berkreativitas dan mengeskplorasi hal-hal baru semakin meningkat.
Juga bagi yang ingin ikut berkolaborasi dan berkontribusi untuk kegiatan produksi mereka bisa melihat sosial media Instargam @arjacompo_creativ untuk mengetahui perkembangan produksi dan kegiatan-kegiatan kreatif mereka.