Mendengar kabar dari kabupaten penghasil beras di Bali. Subak Ganggangan yang terletak di kawasan Desa Senganan, Tabanan merupakan salah satu penghasil beras merah. Di tengah gencaran varietas bibit dengan masa tanam pendek yakni 3 bulan. Di Subak Ganggangan masih tetap konsisten menanam varietas lokal padi merah Bali.
Menanam padi menurut Kadek Jonita salah satu petani anggota Subak Ganggangan artinya melakukan ritual adat setiap memulai aktivitas di sawah. Ini menjadi nilai berbeda perlakuan padi di Bali. Terlebih pada padi lokal Bali yang memiliki masa tanam 6 bulan. Selain 6 bulan menjadi masa tanam, dalam waktu itu diikuti juga dengan rangkaian ritual.
Selama 6 bulan merawat padi merah, ritual akan dimulai ketika sawahnya masih dalam bentuk lahan kosong. Pada kondisi sawah seperti ini, melakukan ritual memohon izin menanam pada ibu pertiwi. Setelah padi tertanam dan selama masa bertumbuh ia akan membuatkan upakara lagi. Dek Enjoy meyakini pada masa bertumbuh ini, padi dipercayai sedang dalam wujud dewi. Sehingga perlakuan pada masa ini sangat dimuliakan, seperti memperlakukan seorang dewi.
Dalam masa perwujudan dewi, Dek Enjoy tak akan sembarangan melakukan aktivitas pada padinya. “Jika pada masa ini ada angin yang menggoncangkan pertumbuhan padi, saya tidak berani memotong dan menghilangkan tumbuhan padi yang rusak. Tindakan akan dilakukan setelah masa panen dan dibuatkan ritual permohonan izin untuk memanen,” kata Dek Enjoy, panggilan akrabnya.
Setelah memasuki masa panen, ia kembali membuatkan upacara permohonan izin memanen. Seusai aktivitas di sawah, perlakuan padi masih berlanjut di rumah masing-masing petani. Beras dibawa ke rumah dan disimpan dalam jineng (glebeg). Setiap akan diproses menjadi beras Dek Enjoy bersama istrinya, Putu Sri Supariyani akan melakukan ritual lagi.
Di tengah padatnya perlakuan ritual padi Bali, Dek Enjoy dan Sri mulai kesulitan menyediakan bibit padi lokal ini. Bulan Juni ini merupakan masa panen beras merah. Sebab masa tanam sudah dimulai Bulan Januari. Seperti saat ini, Sri dalam menyongsong masa panen tahun ini ia masih memiliki simpanan beras yang dipanen tahun lalu.
Tahun lalu keluarga Dek Enjoy mendapatkan 5 ton beras merah Bali. Sri menurunkan gabah dari jineng akan menunggu hari baik, yaitu setiap Hari Minggu dan menghindari hari Kliwon. Untuk menjadi beras yang sudah disimpan dalam bentuk gabah di jineng, paling minimal membutuhkan waktu 3 hari. Dimulai dari menurunkan gabah dari jineng, kemudian diproses menjadi beras, lalu penjemuran.
Dari simpanan beras Dek Enjoy tahun lalu, hingga Mei 2023 hanya bersisa 30 kg. Selain beras merah Bali, petani Subak Ganggangan juga mengembangkan varietas padi lokal hitam. Dengan ritual yang sama, Sri bercerita mulai kekurangan bibit padi hitam. Saat ini petani Subak Ganggangan menjual beras lokal merah, hitam dan putih dalam merek Umawali. Dengan harga beras hitam 20 ribu per kilogram, beras merah 25 ribu per kilogram dan 13 ribu untuk beras putih.
Karena masa tanam dan jadwal prosesi padi lokal bali yang sangat ketat, Sri sesekali terlambat mengejar persiapan menanam padi lokal. “Memutuskan untuk memilih menanam padi Bali harus serentak dengan petani lainnya di Subak ini,” kata Sri.
Jika lahan belum siap tanam, tapi masa tanam padi lokal bali sudah berlangsung Sri memilih untuk mundur dan tidak ikut menanam di masa itu. Hal ini juga berkaitan dengan hari baik untuk membuatkan laku ritual di sawah. Hanya pada kondisi seperti inilah Sri baru akan menanam varietas padi pendek. Untuk mengisi lahan kosong karena tertinggal masa tanam. Januari tahun 2024 akan dilakukan penanaman padi merah lokal serentak di Subak Ganggangan, Sri mengingatkan.
Meski tantangan dan kepadatan ritual menanam padi Bali, Dek Enjoy dan Sri tidak bergeser pada varietas padi pendek. Menurut Dek Enjoy, menanam padi lokal Bali selain untuk melestarikan varietas lokal, prosesnya berikatan antara sawah, padi dan petaninya. Di tengah kemuliaan ritual, Dek Enjoy juga sedang berjuang menjaga agar memiliki kawasan organik, dengan kembali melakukan perlakuan-perlakuan lokal. Menggunakan pupuk organik, menjaga air dan memegang teguh perlakuan adat pada padi. Selain menghasilkan beras organik, juga menjadi beras yang mengandung energi kebaikan.