Oleh Kriston Rasmanto dan Anton Muhajir
Pengantar: Tulisan ini sebenarnya sudah sekitar tiga tahun lalu. Dia masuk dalam salah satu tulisan di buku Back to Bali terbitan Grasindo -kalau tidak salah pada 2004 akhir- yang disusun Kriston Rasmanto, general manager Garuda di Bali ketika itu dan sekarang di Jepang, bersama saya. Saya posting lagi di blog ini tanpa perubahan sama sekali.
—
Di iklan-iklan perjalanan pariwisata, tari kecak merupakan salah satu ikon untuk melambangkan Bali. Demikian halnya dengan tari barong. Jadi, mustahil kalau Anda berkunjung ke Bali tanpa menonton tari kecak maupun tari barong. Salah satu tempat yang terkenal selalu mengadakan pertunjukan tari kecak dan barong adalah Batubulan, Gianyar. Selain di Batubulan juga ada seperti di daerah Kesiman dan Suwung yang masuk kota Denpasar.
Pertunjukan tari kecak maupun barong biasanya diadakan oleh sekehe (kelompk) tari tradisional Bali. Di desa Batubulan, Kecamatan Batubulan, Gianyar ada beberapa sekehe seperti Sahadewa ataupun Sila Budaya. Satu sama lain tidak berbeda tariannya kecuali mungkin pelayanan dan tempatnya. Batubulan berbatasan dengan Denpasar Timur sehingga sangat dekat. Dari pusat kota Denpasar hanya perlu waktu sekitar 15 menit. Hal ini memudahkan Anda jika ingin menikmati tarian barong maupun kecak.
Tarian pertama yang digelar untuk pengunjung adalah tari barong yang juga digabung dengan tarian keris. Makanya tarian ini juga dikenal dengan nama Tari Barong dan Keris. Tari ini digelar tepat pukul 09.30 wita. Agar Anda bisa menikmati sejak awal, sebaiknya Anda datang sekitar 15 menit atau setengah jam sebelum tarian dimulai. Kalau Anda ingin melihat di belakang layar, para penari itu dengan senang hati melayani Anda sembari mereka bersolek atau memakai pakaian masing-masing.
Okelah, kita lihat saja pertunjukan di salah satu sekehe yaitu Sekehe Barong Sila Budaya. Sekehe ini berada paling pertama ketika kita baru masuk Batubulan sehingga penontotn juga bisa dikatakan paling banyak. Tempat pertunjukannya berkapasitas sekitar 300 tempat duduk yang menghadap ke satu arah, panggung. Namun ada juga tempat duduk eksklusif di sebelah kiri panggung. Sekitar 20 kursi di sini disediakan untuk pengunjung yang ingin mengambil foto dari dekat tanpa mengganggu penonton lain. Tapi kalau toh Anda mendapat kursi di tempat duduk biasa juga tidak masalah. Sebab dengan bentuk mirip stadion, semakin ke belakang semakin tinggi, maka Anda tetap bisa menikmati tarian dengan leluasa.
Untuk menonton tarian sepanjang satu jam ini tiap pengunjung harus membayar Rp 50 ribu untuk turis mancanegara maupun domestik. Setelah membayar tiket masuk, Anda akan diberikan semacam panduan cerita tarian dalam bentuk tertulis. Panduan ini tersedia dalam berbagai bahasa seperti Indonesia, Inggris, Mandarin, Jepang, Belanda, Perancis, Jerman, Italia, dan lain-lainnya. Membaca panduan tersebut akan memudahkan kita untuk memahami tarian yang akan kita tonton.
Tari barong menggambarkan pertarungan antara kebajikan melawan kebatilan. Barong adalah binatang purbakala yang melukiskan kebajikan sedangkan Rangda adalah binatang purbakala yang melambangkan kebatilan. Barong ini dilambangkan dengan harimau bertopeng binatang yang dibawakan oleh dua penari mirip barongsai dalam kebudayaan Cina. Sedangkan Rangda berupa topeng berwajah seram dengan dua taring runcing di mulutnya.
Tarian dibuka dengan gending pembuka yang dibawakan satu sekeha gamelan. Para penabuh gamelan ini berada di sebelah kanan panggung yang juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari tarian secara keseluruhan. Sebab, sebagai pertunjukan, tari Barong juga sangat bergantung pada irama tetabuhan dari gamelan tersebut. Sekeha gamelan ini terdiri dari penabuh gong, pemukul gamelan, maupun genjer. Panggung pertunjukan dimana ada sekeha gamelan dan 20 tempat duduk bagi penonton ini terpisah atap dari sekitar 300 kursi penonton.
Layaknya pertunjukan drama, tari barong terdiri dari lima babak. Sebelum bapak pertama terlebih dahulu ada semacam pengantar berupa fragmen. Fragmen ini dibuka denga masuknya barong dan monyet ke panggung. Mereka sedang berada di dalam hutan yang lebat. Kemudian muncul tiga orang bertopeng. Ketiga orang ini sedang membuat tuak di tengah-tengah hutan. Anak mereka telah dimakan harimau sehingga ketika tiga orang itu bertemu harimau alias barong, mereka marah dan langsung menyerang harimau tersebut. Barong beserta monyet itu kemudian bertarung yang berakhir dengan kekalahan tiga orang itu. Salah seorang dari ketiga orang tersebut bahkan kupingnya digigit monyet.
Selesai fragmen lucu tersebut babak pertama dibuka dengan kehadiran dua penari. Keduanya adalah pengikut-pengikut Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunta yang sedang dalam perjalanan untuk menemui patihnya. Babak kedua menceritakan ketika pengikut-pengikut Dewi Kunta telah tiba. Salah seorang dari pengikut Rangda berubah menjadi buruk rupa untuk menggambarkan Rangda sebagai makhluk jahat. Rangda ini kemudian memasukkan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunti sehingga pengkikut tersebut marah. Keduanya lalu menemui patih dan bersama-sama menghadap Dewi Kunta.
Babak ketiga, muncullah Dewi Kunta dan anaknya yang bernama Sadewa. Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunta tidak sampai hati mengorbankan anaknya. Tetapi Rangda telah memasukkan roh jahat kepadanya yang menyebabkan Dewi Kunti bisa menjadi marah. Dia pun memberikan anaknya kepada patih untuk membuang Sadewa ke dalam hutan. Patih yang telah kesurupan roh jahat juga tersebut kemudian membawa Sadewa ke dalam hutan lalu mengikatnya di depan istana Sang Rangda.
Pada babak keempat, turunlah Dewa Siwa dan memberikan keabadian hidup kepada Sadewa. Kejadian tersebut tidak diketahui oleh Rangda. Kemudian datanglah Rangda untuk mengoyak-oyak dan membunuh Sadewa. Karena telah diberikan keabadian hidup oleh Dewa Siwa, Sadewa tidak dapat dibunuh oleh Rangda. Rangda pun menyerah kepada Sadewa dan memohon agar diselamatkan sehingga dia bisa masuk surga. Permintaan itu dipenuhi Sadewa sehingga Rangda mendapat surga.
Babak kelima, muncul Kalika, salah seorang pengikut Rangda yang menghadap Sadewa dan minta diselamatkan. Oleh Sadewa permintaan tersebut ditolak sehingga terjadi perkelahian. Dalam perkelahian itu Kalika berubah menjadi babi hutan yang kemudian kalah dalam perkelahian. Karena kalah, Kalika tiba-tiba berubah menjadi burung yang juga tetap kalah. Akhirnya Kalika berubah menjadi Rangda sehingga Sadewa tidak dapat membubuhnya. Saking saktinya Rangda, Sadewa pun berubah menjadi barong. Pertempuran ini tidak berakhir sehingga berlangsung terus menerus. Tarian ini ditutup dengam munculnya pengikut Barong yang berusaha membantu Barong. Mereka tetap tidak bisa melumpuhkan kesaktian Sang Rangda. Nilai filosofisnya adalah bahwa peperangan antara kebajikan dan kebatilan itu selalu ada ada, abadi.
Setelah tarian selama satu jam usai, tidak sedikit pengunjung yang kemudian minta foto bersama dengan beberapa penarinya. Namun ada juga yang foto dengan menggunakan topeng Barong maupun Rangda. Tempat foto kenangan ini berada di bagian lain dari Sekehe Sila Budaya. Hasil foto Anda bisa dipajang di piring bulat dari keramik.
Selesai menikmati tarian Barong pengunjung biasanya melanjutkan perjalanan turnya. Pilihannya tergantung travel agen Anda. Umumnya ke Kintamani menikmati danau dan gunung Batur, atau membeli perak di Celuk, atau memburu lukisan di Ubud, atau dimana saja terserah yang Anda suka. Namun ingat, apa pun kegiatan wisata Anda jangan lupa bahwa Anda jangan melewatkan tarian Kecak yang termasyhur itu.
Tarian ini dimulai pada pukul 18.30 wita. Tempatnya bisa di sekeha semula bisa juga di sekeha lain. Inti ceritanya tetap sama saja. Tiket masuk harganya sama dan Anda juga akan mendapat panduan cerita untuk bisa memahami tarian ini. Kecak adalah jensi tari Bali yang paling unik karena tidak diiringi alat musik atau gamelan apa pun melainkan diiringi paduan suara sekitar 100 orang pria. Tarian ini berasal dari jenis tarian sakral “Sang Hyang”. Pada tari Sanghyang seseorang yang sedang kemasukan roh bisa berkomunikasi dengan para dewa atau leluhur yang telah disucikan. Dengan menggunakan penari sebagai penghubung, para Dewa atau leluhur dapat menyampaikan sabdanya. Pada tahun 1930-an, mulailah disisipkan cerita Epos Ramayana ke dalam tari tersebut.
Secara singkat, Epos Ramayana itu menceritakan perjuangan Rama untuk mendapatkan istrinya Dewi Sinta yang diculik Rahwana. Karena akal jahat Dewi Kekayi, ibu tiri Sri Rama, putra mahkota yang sah di kerajaan Ayodya diasingkan dari istana oleh ayahandanya Sang Prabu Dasarata. Ditemani adik laki-laki serta istrinya, Sri Rama pergi ke hutan Dandaka. Pada saat mereka di hutan, mereka diketahui Prabu Dasamuka yang juga dikenal sebagai Rahwana, seorang raja lalim. Rahwana yang terpikat kecantikan Dewi Sinta berusaha menculik Dewi Sinta dengan bantuan patihnya, Marica. Dengan kesaktiannya raksasa Marica menjelma menjadi seekor kijang emas yang cantik dan lincah. Dewi Sinta miinta agar suaminya mengejar kijang tersebut. Karena terus mengejar kijang jadi-jadian itu, Sri Rama pun terpisah dari istrinya.
Rahwana lalu menggunakan kesempatan tersebut untuk menculik Dewi Sinta dan membawanya kabur ke Aelngka Pura. Sri Rama dan Laksmana kemudian berusaha mendapatkan kembali Dewi Sinta dari Rahwana. Dengan bantuan bala tentara kera di bawah pimpinan Sugriwa, keduanya berhasil mengalahkan bala raksasa Rahwana yang dimpimpin Megananda. Akhirnya, Rama berhasil merebut kembali istrinya dengan selamat.
Epos itu diceritakan melalui lima babak. Pada babak pertama muncul Rama, Dewi Sinta, dan Laksmana di panggung. Ketika mereka sedang berjalan-jalan muncullah kijang emas. Sinta meminta Rama untuk menangkapnya. Rama meninggalkan Dewi Sinta yang dijaga Laksamana. Tiba-tiba terdengar jeritan minta tolong. Menurut Dewi Sinta itu pasti suara Rama sehingga dia menyuruh Laksamana untuk membantunya. Karena dituduh hendak mencari untung atas kematian Rama, Laksamana marah dan pergi meninggalkan Sinta seorang diri.
Ketika Sinta seorang diri, munculah Rahwan yang menculik lalu membawanya ke Alengka. Dengan ditemani Trijata, keponakan Rahwana, Sinta hanya bisa meratapi nasibnya di istana Alengka. Muncu kemudian kera putih bernama Hanoman yang mengaku sebagai utusan Rama dengan memperlihatkan cincin Rama yang dibawanya. Sinta lalu menyerahkan cincinnya untuk diserahkan kepada Rama dengan pesan agar Rama segera menyelamatkannya.
Pada babak keempat diperlihatkan Rama di medan perang melawan Megananda, putra Rahwana. Megananda menembak SriRama dengan panah saktinya yang tiba-tiba berubahn menjadi seekor naga yang kemudian melilit Rama. Dalam keputusasaannya, Rama memanggil Garuda, sekutunya. Garuda lalu membeaskan Rama. Munculah Sugriwa yang bertempur dengan Megananda. Pertunjukan berakhir dengan kemenangan di pihak Rama.
Selain Tari Kecak, pada pertunjukan malam itu juga digelar tari Saghyang Jaran yang ditarikan oleh seorang lelaki kesurupan yang berjingkrak-jingkrak seperti tingkah laku seekor kuda. Ia menari di atas bara api terbuat dari sabut kelapa. Jika kidung Sanghyang menuntunnya ke api, maka penari tersebut akan menari di atas api. Tarian ini ada juga yang menyebutnya Tarian Api.
Selesai Tarian Api, selesai pula pertunjukan tarian yang telah membuat Bali begitu termasyhur tersebut. [b]
Bali is the most beautiful island in the world..Bukan hanya karena gue lahir dan besar di Bali..Tapi lebih karena masyarakatnya yang walaupun majemuk dan sudah banyak terjadi percampuran budaya tetapi tetap bisa menjaga kemurnian adat-istiadatnya..i’m proud of Bali..
Btw, ini yang posting siapa ya??Saya mau titip salam untuk anton muhajir..Anton kakak kelas saya di fak. teknologi pertanian universitas udayana. Mudah2an dia masih ingat dengan saya (Stefano Thomy Asridarmadi) ang.00
Miss bali so much..sekarang saya bekerja di tangerang.
Nice article..God Bless..
Saya & keluarga menonton kesenian barong di Batu Bulan tgl 12 Jan 2008 jam 09.30
Pengalaman yg dapat saya catat :
1. Bila mata saya menatap panggung sungguh tidak nyaman, agak silau. Karena belakang panggung adalah ruang terbuka dimana sinar matahari leluasa masuk.
2. Kostum penari sungguh amat lusuh, yg nampaknya cukup lama tidak dicuci (?)
3. Kondisi toilet sungguh menjengkelkan, urinoir pria air penyiramnya tidak jalan.
Sementara wc tanpa tisu dan tidak bersih, kesannya seperti ‘seadanya’.
Pihak management nampaknya tidak ‘care’ dg kondisi tsb.
Betul2 saya ter-heran2 bahwa hal tsb terjadi di pulau paling terkenal sebagai tujuan wisata dunia.
jalanan macet dongg?