Tulisan ini adalah sebagian hasil “riset kecil” pada Maret 2007 lalu.
Riset saya lakukan untuk membantu Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) Jakarta yang akan menerbitkan buku tentang peta kepemilikan media di Indonesia.
Ada beberapa isu menarik, misalnya soal kebijakan Kelompok Media Bali Post untuk meminta uang iklan dari narasumber. Kata Widminarko, pemimpin umum tabloid Tokoh, salah satu anak penerbitan Bali Post, mereka memang menggunakan prinsip Journalist is Marketing. Ini prinsip yang aneh memang.
Banyak narasumber yang senang dengan kebijakan ini karena mereka pasti bisa masuk koran kalau punya uang. But, lebih banyak lagi orang yang sedih karena kebijakan itu. Terutama mereka yang tidak punya uang tentu saja.
Dan, inilah sebagian hasil riset itu..
Di segmen harian, koran yang terbit di Bali saat ini adalah Bali Post, Denpost, BisnisBali, NusaBali, Radar Bali, Warta Bali, Fajar Bali, Koran Bali, dan Patroli Post. Bali Post, Denpost, dan BisnisBali masuk dalam satu grup yaitu Kelompok Media Bali Post. Sedangkan koran lain diterbitkan masing-masing perusahaan. Berdasarkan jumlah oplah, harian Bali Post merupakan media yang paling besar disusul Denpost, Nusa, Radar Bali, dan Warta Bali.
Menurut data Indonesia Media Guide 2004 terbitan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI), Bali Post menguasai 31,5 persen pembaca di Bali. Denpost 19 persen, Jawa Pos 7,8 persen, Nusa (sebelum berubah nama jadi NusaBali) 6,8 persen, Radar Bali 4,7 persen, Bali Aga 2,7 persen, Kompas, 1,6 persen, dan Warta Bali 1 persen.
Data itu diperoleh dari 485.000 populasi.
Setahun kemudian data itu tidak jauh berbeda. Bali Post 33,5 persen, Denpost 19,1 persen, Jawa Pos 8,5 persen, NusaBali 8,1 persen, Radar Bali 4,6 persen, Kompas 3 persen, dan Warta Bali 0,6 persen.
Berikut data jumlah oplah tujuh koran di Bali menurut I Made Santra (2006). Bali Post 87.500 eksemplar (51,17 persen), Denpost 42.500 eksemplar (24,85 persen), Nusa 7000 eksemplar (4,09 persen), Radar Bali 14.000 eksemplar (8,19 persen), Warta Bali 2.500 (1,46 persen), Fajar Bali 2.500 eksemplar (1,46 persen), dan BisnisBali 15.000 (8,77 persen).
Jadi, bisa dikatakan ada empat pemain besar media harian di Bali yaitu Bali Post, Radar Bali, NusaBali, dan Warta Bali.
Bali Post
Dalam penawaran pemasangan iklannya Bali Post menyebut oplah mereka mencapai 100.000 eksemplar. Data ini jelas lebih besar dari data sesungguhnya karena untuk kepentingan bisnis iklan. Sebagai bandingan majalah SWA edisi 20 Agustus 2003 menulis oplah harian Bali Post mencapai 90.000 eksemplar atau senilai Rp 64,8 milyar per tahun.
Sedangkan menurut penelitian Santra (2006) oplah harian Bali Post sebanyak 87.500 eksemplar pada 2006 lalu. Oplah itu tersebar di seluruh kabupaten/kota se-Bali, Jakarta, Surabaya, Mataram dan Kupang.
Harian Bali Post merupakan salah satu anak perusahaan dari Kelompok Media Bali Post yang diterbitkan oleh PT Bali Post. Selain menerbitkan Bali Post, Kelompok Media Bali Post juga mengelola Harian BisnisBali, Harian DenPost, Mingguan Bali Travel News, Mingguan Tokoh, Dwi Mingguan Wiyata Mandala, Dwi Mingguan Lintang, dan harian Suara NTB yang terbit di Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Di bidang media elektronik, Kelompok Media Bali Post juga mengelola Radio Global Kini Jani, Radio Suara Besakih, Radio Genta FM, Radio Singaraja FM, Radio Suara Banyuwangi, Lombok FM dan Negara FM. Dalam bidang pertelevisian, lembaga tersebut mengembangkan stasiun BaliTV, BandungTV, JogyaTV, SemarangTV, MedanTV, Aceh TV, Sriwijaya TV, Makasar TV dan Surabaya TV.
NusaBali
Surat kabar NusaBali terbit perdana di Denpasar pada 21 Januari 1966 dengan nama Angkatan Bersenjata Edisi Nusa Tenggara. Surat kabar ini diterbitkan oleh Yayasan Penerbitan dan Percetakan Udayana. Pada November 1978 Angkatan Bersenjata berganti nama menjadi Harian Umum Nusa Tenggara.
Akibat persaingan ketat dengan koran lain, Nusa Tenggara pernah tidak terbit pada 1983. Namun setahun kemudian terbit lagi. Pada 1990 surat kabar ini menerima tawaran Surya Paloh untuk masuk dalam Kelompok Media Group. Namun pergantian manajemen ini hanya bertahan sampai 1992.
Setelah berhenti terbit selama dua tahun, manajemen Nusa Tenggara diambil alih Bakrie Grup sejak 3 Oktober 1994. Menarik dicermati bahwa pada saat itu Bakrie Group juga sedang membangun fasilitas wisata Bakrie Nirwana Resort (BNR) yang masuk kawasan sakral Tanah Lot, Tabanan.
Sebagian masyarakat Bali menolak pembangunan hotel dan lapangan golf yang dianggap mencemari kesucian Pura Tanah Lot. Demonstrasi menolak pembangunan BNR termasuk salah satu demo terbesar yang pernah dilakukan pada masa Orde Baru.
Sejak 2001 harian Nusa Tenggara berganti nama jadi Harian Nusa untuk kembali berganti nama jadi NusaBali sejak 1 Oktober 2005 di bawah bendera PT Sinar Nusra Press Utama. Direktur Utama sekaligus Pemimpin Redaksi NusaBali adalah Bambang Hariawan yang mewakili pemilik modal terbesarnya, Aburizal Bakrie.
Radar Bali
Lahirnya harian Radar Bali tidak bisa dipisahkan dari mengguritanya koran Jawa Pos di berbagai daerah di Indonesia. Sejak adanya Undang-undang (UU) Pokok Pers dan UU Otonomi Daerah, Jawa Pos memang makin intensif mendirikan koran di berbagai daerah, termasuk Bali. Menyusul keberhasilan mendirikan koran bernama Radar di berbagai kota di Jawa Timur, Jawa Pos pun mengembangkan Radar ke Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Lampung, Medan, hingga Papua.
Menggunakan bendera PT Bali Intermedia Pers, Jawa Pos pun menerbitkan koran lokal Bali bernama Radar Bali. Radar Bali terbit pertama kali pada 12 Februari 2001 dalam bentuk koran suplemen Jawa Pos. Hingga saat ini PT Bali Intermedia Pers tidak menerbit media lain selain Radar Bali. Namun mereka punya percetakan PT Temprina yang juga jadi tempat cetak koran lain yaitu NusaBali dan Fajar Bali.
Secara politis, anggota redaksi Radar Bali tidak ada satu pun yang aktif di partai politik. Di sisi lain pemilik Jawa Pos, Dahlan Iskan, dikenal sebagai pengusaha media yang sangat berorientasi pada bisnis. Ini pun terlihat pada Radar Bali saat ini. Dari 16 halaman Radar Bali hampir 45 persen adalah iklan. Penelitian Artha (2007) pun membuktikan bahwa Radar Bali memang lebih mementingkan aspek pemasukan iklan dan berita iklan dibanding aspek ideologis politis.
Warta Bali
Warta Bali merupakan koran harian yang diterbitkan PT Warta Bali Utama sejak 3 Januari 2003. Direktur utama penerbit koran ini I Made Sumer, wakil Bupati Badung pada saat itu. Selain itu Sumer juga aktif di PDI Perjuangan dan sekarang sebagai Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSII) Bali. Made Sumer tinggal di Kuta, sentra pariwisata Bali. Dia juga pemilik hotel Summer Bali, tempat di mana harian Warta Bali pertama kali berkantor.
Warta Bali sebenarnya bisa dikatakan punya sesuatu yang berbeda. Sebab semua koran lain terbit di Denpasar sedangkan Warta Bali terbit di Kuta. Dengan terbit di Kuta, yang dikenal sebagai pusat kegiatan pariwisata Bali dan masuk Kabupaten Badung, Warta Bali hendak menyasar komunitas pariwisata atau masyarakat Badung umumnya. Berita tentang Kuta dan Badung mendapat porsi cukup besar.
Sejak Maret 2007 lalu mereka pindah ke Denpasar seperti halnya koran lain. Pemasaran koran ini pun tidak terbatas di Badung saja. Berdasarkan data yang ada, 30 persen pemasaran Warta Bali terkonsentrasidi Denpasar, kawasan Kuta dan Badung pada umumnya; 30 persen di Kabupaten Gianyar, Tabanan dan Klungkung. Selebihnya di Kabupaten Amlapura, Jembrana, Buleleng dan Bangli.
Media Lain
Selain Bali Post, NusaBali, Radar Bali, dan Warta Bali saat ini harian lain yang terbit di Bali adalah Denpost dan BisnisBali yang masuk Bali Post Group serta Koran Bali, Fajar Bali dan Patroli Post. Dua koran terakhir terkesan dibangun dengan pasar utama Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Keduanya memberikan porsi berita cukup besar tentang NTB dan NTT.
Media lain yang terbit di Bali adalah Bali Travel News (media pariwisata mingguan berbahasa Inggris), Tokoh (tabloid mingguan wanita dan keluarga), Bali Aga (tabloid mistik mingguan), Galang (tabloid berita dua mingguan), Suar Bali (tabloid mingguan budaya), Bali Times (koran mingguan berbahasa Inggris), Tabloid Ajeg Bali (tabloid berita bulanan), serta beberapa media lain.
Selain itu ada majalah bulanan Sarad dan Raditya yang lebih banyak menulis masalah agama Hindu dan adat Bali. [b]
dear pak Anton,
perkenalkan saya yuliana dari miracle aesthetic clinic di Renon.
Saya baru di marketing dan ingin banyak berkenalan dengan banyak wartawan media di BALI, karena akan sering mengadakan event di Bali. Jika berkenan bisakah saya berkenalan dengan pak anton dan diperkenalkan dengan temen2 media di bali …
Sebelumnya terima kasih banyak.
mbak, yuliana. silakan kontak saya lewat email antonemus@gmail.com. dg senang hati saya akan berkenalan. utk kenal dg teman2 media dan wartawan, bisa lewat organisasi profesi spt AJI Denpasar.
salam kenal,saya mau tanya klu mau buat iklan di radar bali bisa contak kemana ya?
terima kasih