Dikirim oleh Mercya Soesanto
Q! Film Festival kembali digelar di Bali pada 6-8 September 2007. Selama tiga hari, festival ini akan memutar film-film “alternatif” berkualitas tinggi dari beberapa negara seperti Singapura, Jepang, Swiss, dan Jerman. Akan ada lima film yang diputar di tiga tempat di Seminyak, Kuta. Pada 6 September film Twogether dan Locust (Singapura) serta First Love (Jepang) diputar di Kudos Bar. Sedangkan pada 7 September film Stupid Boy (Swiss) di Q Bar. Sebagai penutup sekaligus dinner, pada 8 September, akan diputar film Summer Storm (Jerman) di San Marco Resto.
Q! Film Festival di Bali merupakan bagian dari festival film serupa yang juga diadakan di Jakarta pada 24 Agustus – 2 September 2007. Selama di Jakarta, festival ini memutar 80 judul film dari 22 negara. Film-film yang terdiri dari film dokumenter, film pendek dan film panjang itu diputar di Blitz Megaplex, Goethe-Institut, Subtitles, Centre Culturel Francais, Cemara 6 Galeri, Kineforum (Tim 21 Studio 1), Japan Foundation, Erasmus Huis dan Usmar Ismail Hall.
Q! Film Festival adalah festival film yang menyajikan film-film bertema homoseksual, transgender dan isu-isu yang terkait di dalamnya seperti romantisme, HAM serta isu HIV dan AIDS. Tujuannya untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Interseksual (LGBTI). Sebab kelompok LGBTI selama ini dituduh dan dicurigai sebagai salah satu kelompok yang berisiko tertular HIV, sedangkan perilaku seks berisiko, bahkan yang dianggap khas kaum gay, biseks dan waria, seperti seks anal, sebetulnya juga dilakukan oleh mereka yang tidak masuk kelompok tadi.
Mengusung tema “Youth Revisited” Q! Film Festival tahun ini tetap memandang HIV dan AIDS sebagai salah satu isu yang harus dibicarakan. Karena itu panitia juga menggandeng berbagai kelompok yang peduli masalah HIV dan AIDS di Bali seperti Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali, Gaya Dewata, Burnet Indonesia, dan Sloka Institute.
Untuk mengoptimalkan festival film kali ini di Bali, akan dilaksanakan pula dua kegiatan pendukung sebagai upaya lebih memperkenalkan keberadaan kelompok LGBTI, isu HIV dan AIDS, serta isu tentang kesetaraan hak asasi manusia pada kelompok LGBTI kepada media dan masyarakat umum. Kegiatan di sela hari-hari pemutaran film tersebut adalah: 1) Diskusi tentang bagaimana media memberitakan masalah LGBTI serta, 2) Diskusi kesetaraan HAM bagi kelompok LGBTI.
Diskusi tentang media dan LGBTI akan dilaksanakan pada Kamis, 6 September 2007 di TJ’s Warung Club Seminyak. Diskusi ini menghadirkan narasumber dari wartawan (Rita Widiadana, The Jakarta Post), pemerhati media khususnya pada masalah LGBTI (Danny Yatim, Media Advisor IHPCP), dan kelompok advokasi LGBT di Bali yaitu Yayasan Gaya Dewata. Diskusi tentang media dan LGBT dilaksanakan sebagai upaya membangun hubungan yang lebih baik antara media dan kelompok yang rentan mendapat perlakuan diskriminatif dan stigma, termasuk oleh media ini.
Adapun diskusi publik masalah hak asasi manusia (HAM) dan LGBT akan dilaksanakan pada Jumat (7/9) di Yayasan Kerti Praja Sesetan Denpasar. Pada diskusi ini akan hadir Dede Oetomo (Gaya Nusantara dan aktivis advokasi LGBT), wakil Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali, dan aktivis Gaya Dewata. Diskusi publik ini bertujuan memahami masalah LGBT sebagai bagian integral dari HAM yang harus dilindungi. [end]
Untuk info lebih lanjut
www.qfilmfestival.org
John Badalu +6281316615975
Dogi Surya Anaya +628123833544