PNS, Antara Ngabsen, Togel, dan Diagungkan

Oleh Pande Baik

Komentar masyarakat di koran Denpost setiap harinya, rata-rata mengeluhkan kinerja para pegawai negeri yang rata-rata dirasakan belum mampu memberikan kepuasan bagi masyarakat yang dilayaninya.

Dari berkomentar masalah keluyuran pada jam kerja baik ke pasar atau mall hingga ributnya akan kenaikan gaji plus tunjangan terus ada uang makan ditambah gaji ke-13 tiap tahun nampaknya belum juga mampu mengubah kebiasaan buruk yang sudah tertanam tadi turun temurun.

Hanya saja sayangnya memang masyarakat tak menyadari bahwa tak semua pegawai negeri seperti itu. Masih ada yang punya jiwa dan tekad untuk membangun daerah untuk menjadi lebih baik. Hanya sayang jumlahnya sangat sedikit sehingga tenggelam di dalam image dan citra negatif yang selama ini selalu diberikan.

Yang unik, banyak bermunculan calo-calo yang mengatakan mudahnya mendapatkan posisi sebagai pegawai negeri hanya dengan memberikan amplop cuma-cuma dengan nilai minimal seharga mobil. Herannya ada juga yang sangat-sangat berharap dan kadung percaya, lantas tergiur dan hilanglah semua tabungan juga harapan. Ditipu!

Pegawai negeri begitu diagungkan, begitu komentar salah seorang yang ikut urun pendapat. Mereka dicaci maki dicemooh namun masih banyak yang ingin merasakan nikmatnya kursi pegawai pemerintahan di negeri ini. Rela membungkuk-bungkukkan badan menyembah maupun mengorbankan nilai rupiah yang tak sedikit demi sasaran utama tercapai, dengan harapan bisa membukakan jalan bagi sanak saudara yang ingin ikut serta.

Apa sih enaknya jadi pegawai negeri?

Secara visual, pegawai negeri itu tidak gampang dipecat. Walau pun dalam sebulan jarang nongol tapi absen selalu penuh diparaf oleh orang lain, walau pun sehari-hari kerjanya ngerumus togel, walau pun datang ngantor siang, neken dan bagi duit trus pulang, Tak akan ada yang peduli, dan tak ada sanksi. (Kecuali Kabupaten Jembrana yang berani memecat empat pegawainya yang tertangkap basah menarik pungutan liar bagi para pendatang tanpa identitas untuk lolos memasuki provinsi ini. Salut!).

Coba kalau kerja di Swasta atau malah berdikari. Siapa yang mau memberikan gaji ataupun uang tunjangan, lauk pauk, gaji ke-13 hingga pengangkatan status untuk mendapatkan pensiun hari tua jika nekat melakukan keseharian seperti tadi.

Pegawai negeri itu keren dari visual. Berseragam coklat keki hingga memakai seragam ndek maupun korpri hijau layaknya pegawai Pak Oles hehe… Terlihat jauh lebih oke dibanding seragam bank yang berjas dan berdasi. Mungkin lantaran para penipu saat ini sudah banyak yang memakai kostum tersebut untuk menipu calon korbannya.

Pegawai negeri identik dengan dompet tebal. Lihat saja, gaji tiap bulan pasti selalu dapat. Ditambah gaji ke-13 maupun tak jarang ada gaji ke-14nya juga. Padahal kapan kerjanya? Belum lagi uang tunjangan plus lauk pauk.  Itu baru resminya.

Secara kebijakan masing-masing instansi lain lagi. Terkadang yang namanya kupon bensin 90 liter per bulan pun didapat tanpa perlu bersusah payah bekerja siang malam. Ditambah uang hari raya dan akhir tahun berlibur sesuka hati tergantung dana yang tersedia.

Itu baru dari internal pemerintahan. Belum lagi jika menjadi bagian dari tim dalam kegiatan pembangunan daerah setempat, yang namanya honor pengawas tiap bulan selalu dihitung oleh Pelaksana sebagai tanda terima kasih. Belum termasuk pencurian-pencurian volume yang disulap menjadi uang pada areal yang tak mungkin diperiksa. Ini tergantung pada kejelian dan pengalaman.

Sehingga muncul satu kesimpulan tak resmi, bahwa jika bersikap idealis bersiaplah untuk mengalami krisis isi dompet apalagi saat akhir pekan. Namun jika berani melawan nurani dan kata hati masyarakat bisa jadi uang bukanlah satu masalah besar, karena akan mengalir saat diperlukan.

Belum puas?

Pegawai negeri itu tidak jelas kerjanya apa. Jangankan menjalankan Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) yang sudah ditetapkan turun temurun, untuk mengambil dan meminta bantuan pada rekan lain pun masih harus bertanya ‘Kamu itu siapa, aku ini siapa?’. Jadi jangan harap bisa dibantu kalau yang akan dimintai tolong merupakan orang yang ditempatkan sebagai ucapan terima kasih sudah menjadi tim sukses di waktu lalu.

Jadi jangan heran kalau menemukan pegawai yang nongkrongin kantin pada jam kerja, ngerumusin Togel ngitung as kop kepala dan ekor, ngerumpi ngobrol ngalor ngidul sambil menonton tayangan gosip ataupun rekaman cabul terbaru dari ponsel di komputer beramai-ramai.

Tak jarang pula ada yang mengambil kesempatan untuk ber-indehoi antar pegawai di satu ruangan kerja maupun beda instansi. Nah yang ini sering tertangkap basah termasuk dalam rekaman video ponsel tadi.

Bagaimana masyarakat tak tertarik untuk ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan ini sebagai pegawai pemerintahan jika nikmatnya selangit seperti tadi?

Tapi sekali lagi ingat. Satu hal yang terlupakan untuk diberitakan oleh media hingga hari ini, adalah penghargaan bagi mereka yang bekerja keras untuk membangun daerah hingga rela lembur di malam hari saat pegawai lain mungkin sudah meluangkan waktunya untuk keluarga.

Memang harus diakui, untuk golongan ini bukannya didukung oleh media, namun keseringan malah dipandang sinis dan seakan ingin menjatuhkan vonis ‘ah itu kan baru awalnya saja’.

Pegawai negeri selalu dipandang negatif, namun kenapa masyarakat masih menginginkannya? [b]