PlastikDetox (Yayasan Kita Untuk Semesta) selama 12 tahun telah mengedukasi pengurangan plastik sekali pakai kepada pelaku usaha dan anak muda. Pada Rabu (21/08) menyelenggarakan Seminar Merajut Tren Kemasan Guna Ulang untuk Bumi dengan tema Innovating Packaging, Inspiring Sustainability. Seminar yang terlaksana di di Meeting Room Hotel Abisha, Sanur, Denpasar ini bekerja sama dengan DietPlastik Indonesia
Seminar dibuka oleh Arielle Sobhani, Ambassador of Canada to the Republic of Indonesia. Arielle menegaskan bahwa bisnis lokal harus melek kemasan yang ramah lingkungan. Pemerintah Kanada mendukung Indonesia terkait kebijakan guna ulang sebagai solusi terhadap polusi plastik sekali pakai di skala Internasional.
Catatan riset PlastikDetox menuliskan sistem guna ulang mampu mencegah 40 persen sampah sekali pakai. Kisah baik sistem guna ulang dibagikan pada diskusi sesi pertama oleh 3 narasumber yaitu Nurlaila selaku Retail Manager Bali Buda, Ari Rimbawan selaku Dosen DKV IDB Bali, dan Bintang Ekananda sebagai CEO Almer.
Bali Buda merupakan salah satu usaha dampingan PlastikDetox. Nurlaila bercerita ada banyak tantangan menerapkan sistem guna ulang di ranah usaha makanan dan minuman. “Ada banyak tantangan dalam bisnis tanpa plastik seperti daya tahan produk, konsumen cenderung memilih kemasan plastik karena praktis dan lebih murah,” ujar Nurlaila pada Rabu (21/08).
Nurlaila menambahkan ada berbagai strategi dari Bali Buda untuk menggaet narasumber untuk berperan dalam pelestarian lingkungan. Ada program Pasar Curah, mengimbau pelanggan membawa tas belanja sendiri hingga menyediakan koran serta bahan katun 100 persen sebagai kemasan saat berbelanja.
Aspek lainnya menjadi topik hangat dalam diskusi yang dipandu Manajer PlastikDetox, Ni Luh Sri Junantari. Seperti mendesain kemasan guna ulang agar tetap menarik minat konsumen. Ari Rimbawan sebagai Dosen DKV IDB Bali menjelaskan ada berapa langkah untuk mendesain kemasan guna ulang.
Pertama, pemilihan bahan yang akan digunakan. Kedua, estetika tren desain minimalis. Ketiga, fungsi dan praktis. Ari menekankan jangan sampai kemasan guna ulang sulit digunakan. Kemasan guna ulang setidaknya multifungsi sehingga sangat berguna dan membantu konsumen. Keempat informasi dan edukasi yang dapat berisi penjelasan guna ulang.
Kampanye melalui media sosial menurut Ari dapat dikombinasikan dengan kolaborasi bersama influencer lingkungan. Menghidupkan gerakan kemasan guna ulang bagi Ari juga butuh dorongan secara langsung melalui pelaksanaan diskusi, FGD dan workshop. Selain itu, menggalakkan kemasan guna ulang bagi Ari dapat dilakukan di kegiatan bazar maupun acara tertentu. “Jangan hanya ikutan tren tetapi tetap berkontribusi dengan lingkungan dan berdampak positif untuk lingkungan,” tegas Ari.
Bintang Ekananda, CEO Alner bergabung secara daring melalui Zoom mengungkapkan memulai gerakan kemasan guna ulang penting mengupayakan kolaborasi antar pihak. Bintang menceritakan kisahnya memulai kolaborasi dengan Nestlé dengan kemasan yang dapat di refill. Sistemnya dengan buy, use, return-refill, repeat. Bintang menambah layanan dengan memberikan konsumen membawa kemasan sendiri saat membeli di toko luring Alner.
Alner juga bekerja sama dengan warung-warung ada 200 titik di area Jakarta. Usaha ini juga mengupayakan kampanye kemasan universal yang dapat memudahkan berbagai sisi seperti bentuk dan hanya membedakan di label. Bintang yakin tipe kemasan universal lebih terjangkau.
Bintang menanggapi penting menemukan komunitas dengan pemikiran serupa. Perubahan yang lebih sistemik dapat didorong oleh NGO, pengusaha, dan pemerintah. Sehingga sebagai masyarakat dapat meningkatkan kesadaran dan butuh kebijakan yang sistemik. “Suara konsumen sebagai awal agar nantinya didengar dan diregulasikan. Tetap lakukan saja karena sebagai konsumen kita memiliki power untuk menyarankan yang baik,” ujar Bintang pada Rabu (21/08)
Sesi kedua membahas tentang regulasi dan pencerdasan di masyarakat. Sesi ini dipandu oleh Zakiyus Shadicky yaitu Senior Research Lead DietPlastik Indonesia. Para pembicara yaitu Catur Yuda Hariyani dari Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) yang sasaran kerjanya melalui pendidikan ramah lingkungan di sekolah-sekolah hingga ke perguruan tinggi. Pihak Pemkot Denpasar, khususnya DLHK Denpasar yaitu Viktor Andika Putra. Serta hadir secara daring DLHK Jakarta yaitu M. Adib Awaludin.
Viktor Andika menyampaikan target EPR atau tanggung jawab produsen untuk pengurangan sampah sampai tahun 2029 adalah 30 persen. Ia menjelaskan dalam presentasinya bahwa saat ini jumlah UMKM di Kota Denpasar yaitu 32.626 UMKM. Dampak menggunakan kemasan guna ulang dengan asumsi 1,19 kilogram per hari dapat mencegah timbulan sampah sebesar 38,8 ton per hari. Sementara, dalam satu hari sampah yang dihasilkan Denpasar mencapai 980 ton, mendekati 1000 ton per harinya.
Perorangan maupun badan usaha yang menyediakan kemasan guna ulang mendapatkan insentif dari Pemkot Denpasar, ini tertuang dalam Pasal 35 ayat 1 Perda Kota Denpasar Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah.