Bertepatan dengan momentum, Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-77, Yayasan Pratisara Bumi Lestari melalui program Inkubator Usaha Lestari (INKURI) resmi meluncurkan 12 bisnis lestari pada sektor kriya, agropangan, dan pariwisata berkelanjutan, di acara Lestari Market Day pada 13 Agustus 2022. Bertempat di Park 23 Creative Hub Kuta Bali, acara yang bertajuk ‘Regeneratif, Lokal, Berdaya’ ini menjadi penutup program INKURI Bali yang telah berjalan selama 9 bulan untuk mendorong inovasi bisnis lestari oleh anak muda Bali.
Melalui tiga kegiatan utama, yakni sesi pitching oleh 12 bisnis lestari binaan INKURI, Diskusi Panel “Reimagining the Future of Bali”, serta Pameran Wirausaha Hijau oleh UMKM Lestari Bali, INKURI ingin mendorong ekosistem ekonomi lestari di Bali yang fokus pada kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat lokal, mendorong kelestarian budaya, serta konservasi alam. Enam (6) tim pemenang dengan model bisnis lestari terbaik telah terpilih dan meraih total hadiah sebesar 90 juta rupiah.
“INKURI, tidak dapat melakukan pendampingan ini sendiri tentunya. Selama 9 bulan kami telah mendapatkan dukungan dari banyak mitra kami dari berbagai organisasi. Setelah dari sini, bisnis-bisnis binaan INKURI ini masih perlu sekali dukungan dari banyak pihak di dalam ekosistem ekonomi lestari di Bali, termasuk pemerintah daerah”, tutur Saniy Amalia Priscila, selaku Ketua Yayasan Pratisara Bumi Lestari, dalam pidato pembukaan sesi pitching.
Pada sesi pitching, seluruh tim memiliki waktu selama 3 menit untuk mempresentasikan mengenai rencana bisnis mereka di depan para juri dan tamu undangan dari berbagai institusi pemerintah dan organisasi. Juri pada sesi ini adalah Leonard Theosabrata (Direktur Utama LLP-KUKM Smesco Indonesia), Inez Stefanie (Co-founder Supernova Ecosystem), Gatot Adiprana (Perwakilan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali), serta Jeff Kristianto (Direktur Business and Export Development). Selain melakukan pitching, setiap tim juga berkesempatan untuk memamerkan produk mereka pada sesi Pameran Wirausaha Hijau bersama dengan lebih dari 8 UMKM Lestari lainnya.
Lestari Market Day juga diramaikan dengan sesi diskusi panel Reimagining the Future of Bali. Sebagai respon dari pandemi Covid-19, Pemerintah Bali mendorong konsep pembangunan Ekonomi Kerthi Bali yang memiliki prinsip-prinsip yang berpihak pada masyarakat lokal, sumber daya alam, serta kearifan lokal. “Harapan kedepannya, digitalisasi sektor ekonomi kreatif & perindustrian, kemudian pariwisata, namun pariwisata yang berbudaya, melestarikan adat dan budaya,” ujar Ida Bagus Putrayasa, selaku Sub-Koordinator Unit Substansi Ekonomi Badan Pembangunan Daerah Provinsi Bali.
Menanggapi hal ini, Niluh Djelantik, figur yang telah aktif mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal Bali, menekankan, “komunikasi antar masyarakat dengan pemerintah sangat menentukan apakah kita akan membawa Bali menuju arah kesejahteraan, kebahagiaan untuk setiap detik, detak nyawa yang ada di pulau ini.” Ia juga menyampaikan bahwa Bali perlu memiliki kebijakan yang mengantisipasi UMKM agar tidak sampai bergesekan dengan digital nomad yang berkemungkinan bersaing dengan masyarakat lokal secara bebas tanpa bekal keterampilan yang mumpuni.
Untuk mendorong pertumbuhan UMKM lokal ini, Gita Syahrani, Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), menyampaikan tiga hal konkrit yang perlu dimiliki oleh Bali dan seluruh daerah di Indonesia, yaitu sentra inovasi yang berbasis alam dan dikelola secara fair trade, sentra inkubasi dengan konteks regional, dan kerangka peraturan daerah yang memungkinkan UMKM dapat tumbuh, dimulai dari pengadaan barang dan jasa rutin pemerintah. Ia menambahkan, “Reimagining the Future of Bali itu bisa menjadi Reimagining the Future of Indonesia juga, yaitu tentang bagaimana sumber daya alam akan bisa dikelola dengan bijak pada saat kita mengembalikan proporsi pengelolaan usaha ke strata kecil menengah”. LTKL sendiri adalah sebuah asosiasi pemerintah kabupaten untuk mewujudkan pembangunan yang menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat sesuai agenda nasional melalui gotong royong multipihak.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah motor penggerak perekenomian Indonesia yang mencakup 99% dari total usaha yang ada. Oleh karena itu, penting bagi UMKM untuk dapat mulai bergerak ke arah yang lebih berkelanjutan. Sebagai pelaku usaha lestari sejak 1993, Agung Alit pendiri dari Mitra Bali Fair Trade, telah mempraktekan fair trade atau perdagangan adil melalui 10 prinsip perilaku bisnis yang mereka implementasikan di dalam menjalankan usahanya, utamanya dalam upaya mengentas kemiskinan dan melestarikan lingkungan. Ia memberikan pesan, “untuk teman-teman yang mau berbisnis, kembangkanlah bisnis anda, buat semaju mungkin. Setelah mendapat profit, jangan lupa care to people and environment. Karena kalau lingkungan kita ini hancur, akan berdampak pada bisnis anda dan akan berdampak pada semuanya”.
Dari 12 usaha lestari binaan INKURI, tiga tim dengan model bisnis lestari terbaik adalah Pranee, sebuah bisnis yang menciptakan detergen organik yang ramah lingkungan sebagai solusi dari masalah pencemaran air, menjadi pemenang pertama INKURI Bali. Dilanjutkan oleh Bagudaya, bisnis yang memberdayakan pengrajin lokal di Karangasem untuk memanfaatkan serat gebang menjadi dekorasi rumah berbahan natural, dan Kopuri sebagai pemenang ketiga yaitu penyedia produk kopi dan herbal lokal berkelanjutan dengan memberdayakan petani lokal di Buleleng. Bendega, Gumitri, dan Travelearn Indonesia kemudian menjadi 3 usaha lestari dengan juara harapan. Seluruh pemenang mendapatkan modal bisnis awal dari organisasi non-profit, Chance for Change. Selain sesi pitching, setiap tim juga dinilai berdasarkan hasil produk MVP (Minimum Viable Product), Rencana Bisnis, dan keterlibatan mereka selama 9 bulan program INKURI Bali.