“Ide ini berangkat dari konsep mengalihwahanakan sebuah karya sastra ke dalam ide baru atau wahana baru. Saat ini saya hadir sebagai seorang dalang, untuk membuat pengalaman dan berimajinasi serta ingin menghadirkan sebuah tarian maupun teater wayang hingga memadukannya (tari, teater, wayang dan tembangan pupuh). Teater wayang ini ngajak kami secara konseptual atau visual menghadirkan kembali geguritan Sucita-Subudi ucap Ardiyasa (16/24).
Geguritan Sucita-Subudi lahir dari tangan sastrawan Buleleng tepatnya di Geria Tegeha, Banjar dan geguritan ini mengandung konsep budaya Bali dan ajaran agama.
Teater wayang ini bertajuk RWA.
Loh kenapa berjudul RWA? Hubungannya dengan geguritan Sucita-Subudi apa ya?
Rwa berarti dua, teater ini mengisahkan percakapan dua sahabat yakni Sucita dan Subudi. Dua sahabat ini melakukan perjalanan dan dialog-dialog untuk menemukan ilmu pengetahuan dan kescuian. Kisah ini dilantunkan dalam tembang-tembang yang menyejukan dan termuat dalam geguritan yang merupakan sebuah kaya besar Alm. Ida Ketut Djelantik. Rwa adalah karya wayang dengan konsep teater pakeliran yang mengkolaborasikan unsur wayang, tari dan teater dalam satu komposisi dengan tetap menggunakan sastra dan susastra Bali sebagai pijakan utama.
Pada adegan awal terlihat dalang melakukan tembang pupuh sinom yang diiringi oleh kayonan, seluring dan gender wayang. Tak lupa juga sang narasi menceritakan kisah Sucita dan Subudi yang sedang mencari pengetahuan suciserta indahnya persahabatan yang erat menjalin layaknya seorang saudara kandung. Begini narasinya…
Nun, di sana, di sebuah desa, kehidupan bergerak.
Begitu banyak manusia, begitu banyak nama-nama.
Mari kita sebutkan dua nama untuk dipilih.
Untuk direka-reka, demi terciptanya cerita yang indah.
Nama itu, sang Sucita dan Subudi.
Keduanya adalah pemuda yang utama
Senantiasa menyediakan diri untuk berbuat kebajikan.
Itulah sekarang ceritanya
Mereka menjadi sahabat baik dan sangat dekat
Dua nama yang tampak menjadi satu.
Seperti Rama dan Wibisana, keduanya berhasil memetik hati setiap orang, pengetahuan tentang sastra begitu sepadan, wajah dan perbuatannya serasi. Budi luhur, itu paling utama, menyatu, dibagi dua.
Meraka lebur dalam kehidupan, turun ke tanah pijak orang-orang memberi kehidupan dan menjadi tauladan
Kisah persahabatan Subudi dan Sucita semakin intens menyerupai sepasang kakak adik yang selalu berbagi keluh kesah hingga kisah asmaranya. Hingga suatu hari, Subudi melihat bagaimana sorot mata sang adik mencintai gadis pujaan hatinya dengan dipenuhi nafsu dan obsesi. Sebagai seorang kakak, sudah sepatutnya mengarahkan dan memberi sedikit petuah agar ia tidak berjalan diarah yang salah, begini petuahnya…
Karena niatmu adalah keyakinanmu. Ya, jalanilah.
Karena setiap orang yang memiliki swadarma, disebut para dharma.
Setiap orang yang punya tugas untuk kemanusiaan, ia memiliki kewajiban.
Kewajiban prajurit adalah bertempur membela negeri
Kewajiban sang raja memimpin rakyat agar Sentosa, bukan mencipta derita karena materi dikuasai sendiri.
Sedangkan kewajiban suami istri adalah setia kepada pasangannya.
Maka aku tetap aku, kamu tetap kamu. Rwa