Foto dan teks Luh De Suriyani
Bisnis pembuatan tattoo dan body piercing yang makin pesat membuat Peter Amiet, warga Australia membuka studio di kawasan Kuta, 4 November lalu.
Two Guns, nama studionya. Fully air condition, western owned and operated, western health standard. Demikian serangkaian tulisan besar-besar di pintu depan ruko dua lantai itu. Juga di brosur-brosur iklan studio ini. Tak cukup hanya itu, Peter ingin meyakini dengan menempelkan gambar bendera Australia dan Indonesia di pintu masuk.
Peter menjelaskan, semua kalimat itu penting karena sejumlah alasan. Misalnya Ia menargetkan pelanggan dari wisatawan mancanegara karena jasa yang dijualnya lebih mahal dengan kualitas tinggi. “Local tourist comes, and they said its too expensive,” katanya.
Kedua, soal pernyataaan kepemilikan oleh orang barat itu soal jaminan komunikasi ke pelanggan. Menurutnya tidak akan ada communication barrier lagi jika pengelola studio adalah orang asing. Demikian juga soal jaminan kesehatan dan standar ala barat.
Peter mengatakan sebagai penggemar tattoo Ia telah melakukan observasi, dan masalah besar di studio-studio tattoo lokal Bali adalah kurangnya jaminan kesehatan. Seperti kebersihan studio, peralatan, dan lainnya yang menurutnya sangat penting. “Thats number one. You can see, our studio looks like hospital,” Peter said.
Tanpa diminta, Peter menunjukkan sertifikat dari Indonesian Subculture, Tatoo Art and Body Piercing Association yang ditujukan pada Two Guns dan Eka Edy Taswedi alias Eka Waves. Dalam dua lembar sertifikat yang dipajang itu, ada pernyataan dari asosiasi jika mereka yang mendapat sertifikat telah menjalankan prosedur dan teknik tattoo yang benar dan aman. Selain itu, pemegang sertifikat diminta terus berpatisipasi dalam perluasan pengetahuan dan pendidikan seni tattoo.
Two Guns memang terlihat lapang. Satu set sofa kulit hitam dan televisi dengan saluran internasional ada di ruang tunggu. Kemudian ada meja pengelola studio, lalu di bagian belakang ada studio pembuatan tatoo yang dibatasi kaca.
Namun, seluruh seniman tattoo yang diajaknya kerja sama adalah artist lokal Bali. Peter menyebut sejumlah nama artist tattoo seperti Marmar, Eka Waves, dan Unyil. “They are popular artist and an award winning,” kata Peter bangga. Untuk seniman tattoo, Ia tak bisa menyerahkannya pada orang barat, atau bule, istilah yang dia sebutkan.
Pernyataan soal jaminan kesehatan juga menjadi mantra bagi salah satu studi tattoo yang didirikan orang lokal dengan kerja keras dan kini berdiri tegak di glamournya pusat Jalan Legian, Shotonk Tattoo. Kebanggaan Shotonk, nama pendiri dan artist tatoo ini tak hanya pada studionya yang dirintisnya sendiri tapi juga pada kepercayaan bule menyerahkan tubuhnya untuk dirajah.
“Peralatan sterilisasi yang modern dan jaminan kesehatan harus diakui sangat memegang peran penting,” ujar pria bernama asli I Gede Supala asal Buleleng ini. Ia dan beberapa atist tattoo di studionya dengan ramah mengajak melongok ke dalam studio dan memperlihatkan beberapa peralatan serta menunjukkan mekanisme pembersihan alat-alat tattoo dan body piercing.
“Ini mesin kami yang jarang lho dimiliki studio lain,” seru kadek Lucky, seniman tattoo lain di tempat Shotonk. Ia menunjukkan autoclave sterililizer, sebuah mesin perlatan medis yang berfungsi membunuh kuman, virus, dan lainnya di alat berbahan logam.
Shotonk bahkan ingin membuat seminar-seminar bagi seniman tattoo di Bali secara reguler untuk meningkatkan skill dan pelayanan. Misalnya yang terpenting meningkatkan prosedur dan teknik tattoo yang aman, pengelolaan limbah tattoo, dan desain.
“Kami sebagai seniman tattoo juga bisa kena penyakit seperti hepatitis dan HIV jika tak bekerja dengan prosedur benar,” jelas Shotonk. Namun Ia tak mengelak, masih ada studio atau seniman yang tak terlalu serius mematuhi prosedur kesehatan. “Jika masih ada studio yang jorok itu berbahaya karena kami bisa kena imbasnya,” tambah Shotonk, salah satu pegiat Bali Tattoo Artist Club ini.
Menurut Shotonk, sedikitnya ada 30 orang seniman tattoo yang bergabung di Bali Tattoo Artist Club. Sementara jumlah studio tattoo di Denpasar yang diketahuinya saja sekitar 45 buah. “Bisnis tattoo di Bali sangat tergantung pariwisata karena kebanyakan pelanggan turis. Setelah bom Bali pertama, lama sekali kami sepi,” ujar pria yang memulai membuat tattoo tubuh usia 14 tahun ini. Ia mencontohkan lebih dari 90% pelanggan adalah orang asing, dan sebagiannya perempuan.
Namun kini, Peter dan Shotonk jumawa menampilkan studionya di tengah-tengah deretan toko fashion dan resto di kawasan paling padat pejalan kaki di Kuta ini. Buat mereka, memiliki artis tatoo yang berpengalaman dan jaminan keamanan cukup sebagai modal berharga.
“Saya kini bangga bilang keluarga kalau saya artist tattoo dan bisa menghasilkan banyak uang,” ujar Kadek Lucky. Ia mencontohkan, di studi Shotonk, pelanggan bisa memilih biaya per gambar atau per jam yang mencapai Rp 800 ribu. Kontras dengan penghasilannya ketika lima tahun lalu.
Tattoo, Identitas dan Lifestyle
Sebagai seni rajah tubuh, Shotonk selalu mengingatkan pelanggannya untuk memastikan gambar yang akan terus menempel di tubuh itu. “Tattoo harusnya berbeda satu sama lain. Semua tattoo itu kan punya kisah,” katanya. Ia lalu memperlihatkan tattoo tulisan di tangan kanannya. “I sold my soul for tattoo.” Pria kalem yang hanya tamat SMP ini tak perlu lagi menjelaskan artinya.
Demikian juga bagi Donny, penggemar tattoo. “Keren. Apalagi bisa jadi pembuat tattoo. Siapa sih yang tidak mau jadi artist tattoo?” katanya dengan mimik serius. Ia bertekad terus mempelajari teknik tattoo dengan cara menjadi asisten artist tattoo, salah satunya pada Eka Waves.
Kadek Lucky juga mengatakan bangga bisa menjadi bagian dari potongan kisah pelanggannya. Misalnya setelah bom Bali di Legian, ada 10 orang Australia yang datang minta ditattoo dengan teks yang sama. “My Brother Keepers. Itu tulisan yang diminta dan ditulis melengkung seperti kalung di leher. Mereka kerabat korban dan kompak ingin menjaga memori itu,” katanya.
Bagi artist tattoo Eka Waves, menjadi seniman tattoo kini harus bisa menggambar. “Dulu, banyak artist yang meniru atau menjiplak gambar yang sudah ada. Sekarang orang sudah semakin variatif minta gambar tertentu, tidak niru di majalah lagi,” katanya.
Namun, jenis-jenis desain yang disukai hingga kini masih bisa dikelompokkan. Misalnya gaya oriental menilik Japanesse atau Chinesse style. Misalnya koi, naga, dan modifikasinya. Ada juga portrait, religius, dan tribal.
Bali, diakui Eka dan Shotonk memiliki kontribusi bagi desain-desain tattoo yang khas. Misalnya bunga jepun yang disukai perempuan karena identik dengan simbol bunga suci untuk dipakai sembahyang. Lalu yang masih populer gambar rangda, barong, serta aksara suci omkara. “Semua orang ingin memperlihatkan tattoo yang bagi pemiliknya pasti sangat bermakna,” kata Eka.
[published on http://www.thejakartapost.com/news/2010/12/02/tattoo-revival.html]
seni tua yang terus berkembang, dulu dicibir sekarang sdh menjadi trend.manstab!
ask them: jarum tattoonya setelah selesai dipake dibuang dimana?
dlm bahan wawancara ini ada. jawabannya: dimasukkan botol plastik biar ga nyebar trus dibuang ke tempat sampah.
seharusnya limbah jarum tattoo itu diperlakukan seperti limbah medis, jd fungsi Australian own and manage-nya dimana?
Bali, trutama Kuta sangat banyak punya tattoo studio. Mungkin yg terbanyak di Indonesia, tapi pengetahuan tentang penanganan limbah dari industri tersebut sungguh minim.
silahkan check tulisan dibawah ini yg saya sadur dari note tmn saya seorang tattoo artist di Jakarta:
PEMBUANGAN LIMBAH MEDIS BAGI TATTOO ARTIST/TATTOO STUDIO DI INDONESIA
~ Jakarta-14 September 2010
Sama seperti halnya dengan klinik dan rumah sakit, dunia kerja tattoo studio menghasilkan dua macam jenis limbah, yang harus disimpan dan dibuang dengan cara yang berbeda. Ini dikenal sebagai limbah benda tajam dan patologis.
Isu persoalan yang sangat rentan bahaya yaitu virus penyakit Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV menjadi perhatian extra khusus dalam proses cara kerja tattoo artist profesional, tattoo studio profesional dan penanganan limbah medis yang dihasilkannya.
Sebagai informasi pelengkap, bahwa saat ini terdapat 20 juta orang di Indonesia yang terdeteksi penyakit hepatitis B dan C atau ketiga terbesar setelah China dan India, dan separuh dari jumlah tersebut diperkirakan bisa menjadi kronis.
Rabu, 28 Juli 2010
Jumlah Penderita Hepatitis B Indonesia Ke-3 di Dunia
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/jumlah-penderita-hepatitis-b-indonesia-ke-3-di-dunia/
Rabu, 28 Juli 2010
Penderita Hepatitis B & C di Indonesia Tinggi
http://nasional.vivanews.com/news/read/167410-penderita-hepatitis-b—c-di-indonesia-tinggi
Limbah Benda Tajam: limbah benda tajam yang diidentifikasi sebagai barang-barang seperti disposable tattoo needle (jarum tato), disposable razor (pisau cukur/alat cukur sekali pakai) dan termasuk (disposable piercing needle) jarum piercing. Sharp Container (kotak khusus benda tajam), yang dapat diperoleh dari lembaga atau perusahaan perlengkapan medis, outlet-outlet penjualan tattoo supply ataupun perusahaan pengelola limbah medis.
Limbah Patologis: setiap limbah, yang telah melakukan kontak langsung ataupun tidak langsung dengan darah dan cairan tubuh client tato.
Dalam dunia proses kerja tattoo artist/tattoo studio profesional semua benda ini yaitu diantaranya: paper towel/kertas tissue, tattoo glove (sarung tangan), ink cup, gelas plastik yang biasa digunakan untuk membersihkan tinta dari jarum tattoo dan tip tube-nya, plastik untuk membungkus kabel clipcord, plastik untuk menutup power supply, plastik untuk membungkus spray bottle/squeeze bottle, tongue depressor, plastik untuk membungkus mesin tato (bila anda juga membungkus mesin tato), plastik cling wrap yang telah dipakai untuk mengcover bagian atas mayo table/meja praktek/rak tato/workstation/arm rest/tattoo chair/tattoo bed/drawing lamp/tattoo lamp, termasuk paper towel/kertas tissue yang digunakan untuk membersihkan kembali semua peralatan/perabotan/workstation.
Limbah ini harus disimpan di dalam container dengan plastik sampah yang tak mudah sobek atau wadah berbahan keras (bukan kertas atau kardus) dengan tutup dan pegangan (untuk memastikan transportasi yang aman dan pembuangan mudah). Plastik berisi limbah dalam kontainer ini harus disegel agar aman untuk menghindari Cross Contamination (kontak silang secara langsung maupun tak langsung) dengan limbah terkontaminasi dan untuk mengurangi lalat.
Penyimpanan Limbah Medis
Pisahkan kedua macam limbah dalam container yang berbeda. Dan tentu saja berbeda dengan limbah non medis/limbah biasa yang tidak terkontaminasi dalam tempat sampah dengan plastik sampah yang juga selalu diganti.
Sharp Container dan Container limbah Patologis? harus disegel dan disimpan dengan aman untuk mencegah pencurian atau merugikan orang lain (seperti: pemulung) dan hewan. Sharp Container dan Container limbah Patologis harus diberi label Biohazard dan (High Risk) beresiko tinggi.
Bila Sharp Container ?sudah penuh, segel rapat-rapat dan siap diangkut atau diantar secara aman ke jasa pengelola limbah medis, kemudian ganti dengan Sharp Container ?baru.
Ada baiknya, rekan-rekan yang memiliki bisnis tattoo supply mau untuk memproduksi sendiri atau menyediakan kebutuhan Sharp Container dan Container limbah Patologis? yang sesuai standar yang berlaku dan yang diterterakan dengan label jelas dengan bahasa simbol-simbol internasional dan memang perlu dengan keterangan info dalam bahasa Indonesia.
Nota Bene ! Attention !: selalu gunakan sarung tangan baru setiap saat anda memegang dan memasukkan semua limbah ke dalam Sharp Container dan Container limbah Patologis ini. Bukan sarung tangan yang sama saat anda sedang dalam proses menato. Sebelum memegang semua limbah, bukalah dulu tutup Sharp Container dan Container limbah Patologis, agar sarung anda belum terkontaminasi karena anda memegang atau menyentuh jarum tato yang telah digunakan. Gunakan selalu sarung tangan baru setelah istirahat sejenak ditengah-tengah tattoo session. Gunakan selalu sarung tangan baru setiap saat harus mengambil tambahan tattoo supply. Tingkat seringnya dan banyaknya penggunaan sarung tangan baru untuk menghindari Cross Contamination (kontak silang secara langsung maupun tak langsung).
Lanjutan:
Di Indonesia juga ada perusahaan pengelolaan limbah medis. Tattoo artist/tattoo studio dapat menghubungi dan meminta informasi secara langsung pada perusahaan ini.
Diantaranya yaitu:
Di Bandung: PT. Jasamedivest – Kantor Pusat Jl. Pajajaran 72 Bandung 40173 Jawa Barat Telepon : 022-6004588 / 6003768
Website: http://www.jasamedivest.com/
Di Jakarta: PT. Arah Environmental Indonesia yang berafiliasi dengan PT. Jasamedivest.
Komp. Ruko Roxy Mas Blok E2 No. 32-34 Jl. K.H. Hasyim Ashari, Jakarta 10150 Telepon : 021-63853041
Website: http://www.arahenvironmental.com/
Di Yogyakarta: PT. Arah Environmental Indonesia cabang Yogyakarta
Jl. Kaliurang km. 7,5 no. 81 Ngabean Kulon Rt. 05 Rw. 35 Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta 55581 Telepon : 0274-889208
Di Solo: PT. Arah Environmental Indonesia cabang Solo
Jl. Pisang Mas No. 8 Kel. Gedangan Kec. Grogol, Solobaru Sektor IX – Sukoharjo – Jawa Tengah 57552 Telepon : 0271-6727532
SILAHKAN MENGHUBUNGI MEREKA SECARA LANGSUNG DAN MEMINTA KETERANGAN JENIS-JENIS PAKET JASA SAFE BOX DAN SHARP CONTAINER KEMUDIAN MENGISI FORMULIR LANGSUNG DITEMPAT.
Terus cara jadi tattoo artist itu sendiri gimana? Step-step-nya? Persyaratan tertentu? .-.