“Berduri, kecil, menggemaskan”. Itulah tiga kata untuk menggambarkan teman kecil ini. Landak mini dianggap sebagai hewan peliharaan eksotik. Mereka seharusnya hidup di alam liar, tetapi entah bagaimana, manusia menjinakkan hewan ini menjadi hewan peliharaan dari hasil budidaya.
Landak mini (Four-toed hedgehogs) juga dikenal dengan nama lain, seperti African pygmy hedgehogs. Kata African digunakan sebagai sebutan lain untuk landak mini karena mereka berasal dari Afrika.
Memiliki landak mini sebagai hewan peliharaan dapat menjadi pilihan alternatif bagi mereka yang mencari hewan peliharaan yang mudah dirawat–selain lucu. Landak mini juga dapat menjadi teman yang sempurna untuk orang yang suka begadang, karena mereka adalah hewan nokturnal.
Landak mini memiliki empat kaki kecil, kepala seperti tikus dan diselimuti duri-duri. Mereka mengeluarkan suara, kebanyakan berupa suara seperti terengah-engah (huffing and puffing)–yang merupakan hal yang normal. Suatu kali, penulis menangkap landak mininya berteriak saat sedang tidur. Dia memeriksanya dan mencoba mencari tahu penyebabnya di Google. Dia menemukan bahwa suara teriak itu mungkin mengindikasikan mimpi buruk.
Memiliki landak mini sebagai hewan peliharaan bisa menjadi hal yang ilegal di beberapa negara, tapi untungnya tidak di Indonesia. Kamu bisa mengadopsi landak mini dari peternak lokal di daerahmu. Dengan teknologi saat ini, kamu bisa mencari peternak atau penjual landak mini yang terpercaya secara daring.
I Kadek Suastika, pemilik Candyz.betta, adalah salah satu peternak lokal landak mini di Bali, Indonesia. Candyz.betta didirikan pada bulan Maret 2020, bulan yang sama dengan kasus pertama COVID-19 di Indonesia. “Waktu itu pas COVID, dari tugas kuliah. Aku jurusan akuntansi. Aku disuruh jualan, dah. Abis itu, aku buat, tapi jualannya itu harus di media sosial. Nah, aku fokusin di Instagram waktu itu. Terus disuruh buat posting-an dan buat cerita. Kita disuruh aktif di Instagram,” kata Suastika.
Pada awal jalan usaha Suastika di tahun 2020, dia hanya mengembangbiakkan dan memperjualbelikan ikan cupang (Betta atau Siamese fighting fish) dan hamster. Dia kemudian melihat landak mini sebagai hewan yang menarik untuk dimiliki dan membeli sepasang landak untuk dipelihara.
Suastika melihat ada peluang untuk beternak landak mini karena jarang sekali ada peternak landak mini di Bali. Menurutnya, landak mini memiliki potensi penjualan yang tinggi untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan. “Dari makanan juga hemat, tempatnya juga engga terlalu besar dan harga jualnya masih tinggi,” tambah Suastika.
Ada beberapa jenis landak kaki empat yang berkembangbiak di Indonesia. Suastika telah memiliki, mengembangbiakkan dan memperdagangkan lima jenis landak, termasuk Albino, Cinnamon, Pinto, Platinum, dan Salt & Pepper. Jenis-jenis tersebut memiliki warna yang beragam pada mata dan durinya.
Pelanggan Suastika berasal dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. “Yang paling dominan itu remaja, sih. Nah, mungkin salah satu faktornya karena dia merasa kesepian, terus harus ada peliharaan yang bisa nemenin dia kemana-mana,” kata Suastika.
Di akhir wawancara, Suastika mengajak masyarakat untuk mencoba memelihara landak sebagai hewan peliharaan.
“Landak mini itu merupakan hewan yang eksotis, gampang dipelihara dan mudah diajak jalan-jalan.”