Oleh Luh De Suriyani
Sejumlah seniman Bali akan menggelar konser kemanusiaan untuk AIDS di kawasan Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, pada Sabtu, 22 November nanti. Para penyanyi Bali, seniman Bondres, bersama band yang anggotanya adalah Orang dengan HIV/AIDS akan mengkampanyekan HIV/AIDS (Odha) di depan masyarakat Buleleng, daerah dengan konsentrasi HIV terbesar kedua di Bali.
“Kami turut prihatin dengan meluasnya HIV sampai daerah pedesaan. Kami akan berusaha menyampaikan hal yang paling penting untuk diketahui masyarakat sekitar soal HIV dan AIDS,” Igo Blado, vokalis band Telephone, salah satu pengisi acara ini, saat jumpa pers di Sanur, Senin lalu.
Sebagian artis yang terlibat adalah sejumlah band Bali yang populer sampai pelosok desa karena menyanyi dalam Bahasa Bali. Di anataranya Bintang Band, Jhonny Agung and Double T, Agung Wirasuta, Ed Eddy and Residivis, Kelompok Seniman Bondres, dan Lolak.
Seluruh artis tidak akan dibayar, demikian juga pengunjung tidak dipungut bayaran. “Kami lebih menekankan pemberian informasi karena tingginya kasus di kawasan ini. Strategi kami adalah dengan menyelipkan pesan-pesan pencegahan dan anti diskriminasi pada Odha di sepanjag konser,” kata Igo yang juga panitia acara ini.
Penggagas konser ini, Bagus Mantra kerap membuat kegiatan sosial di Pemuteran-Gerokgak. Untuk tahun ini ia dan seniman yang tergabung dalam Pregina Production memilih konser kampanye AIDS.
Gerokgak adalah suatu daerah yang aktif mendapat pendampingan karena sebagian besar kasusnya terjadi pada pasangan suami istri. Bahkan, beberapa anak mereka telah positif tertular HIV. Pemuteran berada di dekat pesisir pantai utara Bali, dekat dengan kawasan wisata Pulau Menjangan, sekitar 120 kilometer dari Denpasar.
“Kebanyakan Odha adalah masyarakat miskin yang pekerjaannya buruh, sopir, nelayan, dan petani. Penularan terjadi dalam keluarga, biasanya dari suami ke istri lalu menginfeksi anaknya,” ujar Siti Maryani, petugas penjangkau Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI) yang lebih dari lima tahun ini mendampingi puluhan Odha di sana.
Siti mengatakan ia kini mendampingi sekitar 30 Odha di Gerokgak yang mau terbuka. “Sebagian besar lagi tertutup, tidak mau dijangkau dan sengaja menyembunyikan diri,” ujarnya.
Dokter Mangku Karmaya, Koordinator Humas dan Informasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali mengatakan situasi Gerokgak memperlihatkan betapa seriusnya penularan HIV lewat hubungan seksual yang tak beresiko, karena mereka adalah suami istri.
“Sebelumnya ancaman datang dari perilaku pengguna narkoba suntik (Injecting Drug User/IDU) kini menjadi hubungan heteroseksual. Kita menghadapi epidemi ganda,” ujar Mangku Karmaya.
Konser musik, diakuinya mampu menjadi vaksin sosial dalam melakukan pencegahan ke kelompok populasi umum yang kini rentan terinfeksi HIV. “Perubahan perilaku sangat sulit dilakukan dalam waktu cepat. Misalnya menggunakan kondom saja. Kita mengharapkan masyarakat menjadi aware dulu,” tambahnya.
Kasus pertama di Bali ditemukan pada 1987. Sampai akhie September, Bali melaporkan temuan kasus HIV dan AIDS 2323 kasus. Lebih dari setengahnya, terjadi pada remaja dan usia produktif yakni 20-29 tahun. Sekitar 60 persen tertular akibat dari kelompok heteroseksual.
Versi Inggris di The Jakarta Post, klik: http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/18/artists-organize-hivaids-gig.html