Sejumlah panggung sudah berdiri di Gedung Olahraga Ngurah Rai, Denpasar, Bali.
Tenda-tenda putih stan merek-merek fashion indie sudah riuh ketika pengusahanya tengah menata produk mereka. Bersiaplah untuk Paradise Island Clothing Association (PICA) Festival 2016.
PICA Festival akan diadakan mulai hari ini, Jumat (1/4).
Mobil-mobil dengan sticker besar bertuliskan nama-nama merk clothing dengan lini utama kaos ini terlihat parkir di pinggiran jalan Melati, lokasi GOR Ngurah Rai, Denpasar lokasi perhelatan industri kreatif fashion indie terbesar di Bali ini. Panitia menargetkan tahun ini omzet penjualan selama event tiga hari, 1-3 April ini meningat jadi Rp 4 milyar.
Karena belum berlangsung, artikel ini hanya merangkum hasil jumpa pers PICA Fest lusa lalu. Kabarnya ini juga jumpa wartawan resmi pertama yang dihelat sejak 2014, tahun pertama event ini.
Halnya harapan umum, panitia berharap event ini lebih besar dengan penonton lebih banyak, band dan brand yang makin memikat. Kolaborasi musik dan fashion dari Bali ini diharapkan menjadi industri kreatif yang meyakinkan. Tak hanya berkiblat pada pemasaran pariwisata melulu. Gampangannya, eh anak muda jani jangan hanya bercita-cita atau mau dipaksa jadi pegawai hotel dan PNS. Mungkin begitu.
Tahun lalu penonton diklaim sekitar 35 ribu. Tahun ini harga tiket masuk dipatok Rp 15 ribu per hari. Harga tiket itu termasuk murah dengan banyaknya hiburan dan inisiatif yang akan diperlihatkan ke publik. Akan ada 60 band genre pop, metal, dan elektromusik digilir selama 3 hari. Juga 66 brand menempati 100 stan.
Panitia membangun 3 panggung, Subali Stage pada Jumat memanggungkan Bali Extreme Drummer, Garden Groove, Tol Band Tol, Pygmy Marmoset, Teman Sebangku, dan Endah N Rhesa.
Pada hari pertama, di Hanoman Stage ada 12 band mulai sore yakni Anaztesia, Suitcase for Kennedy, White Rose, The Brews, Human Autopsy, The Cat Rolls, Bersimbah Darah, Suicidal Sinatra, The Crotochip, Devildice, Rocket Rockers, dan Rajawali Ingkar Janji.
Sayangnya website Picafest.com belum update untuk event tahun ini. Belum ada jadwal dan pengisi acaranya. Bisa dicek di instagramnya @pica_fest.
Bayangkan saja pameran aneka fashion yang akan hilir mudik dari pengunjung, pengusaha distro, dan musisi dengan brandnya serta merek lain yang didukungnya. Sayangnya dalam jumpa pers tak diperkenalkan merek apa saja yang akan mengisi dan apa suara yang digelorakan. Jadi, silakan buka mata dan catat brand yang membuatmu histeris di PICA Fest.
Yudistira salah satu panitia yang menjelaskan event ini mengatakan sejumlah merek sudah bersaing dengan merek premium. “Brand kita sidah menyaingi brand internasional,” katanya.
Salah satu band pop yang akan manggung di hari pertama, Endah and Rhesa menyebut industri kreatif di Bali sudah tak berpotensi lagi tapi bisa hidup dan berdiri sendiri. Band dan clothing saling memengaruhi. “Kedekatan band dengan clothing nomor satu. Karena pembajakan, tak bisa mengandalkan CD saja. Daya beli sangat berkurang,” papar Endah yang kerap mengajak diskusi industri kreatif saat manggung.
Ia mencontohkan sejak 2009 bandnya membuat kaos, hasil lumayan dan dijual saat konser. “Tak alih profesi karena sejalan dengan karier kami. Band Deadsquad bisa menghasilkan Rp 100-150 juta per tahun tanpa harus manggung,” gugahnya lagi.
Personil band Painfull by Kisses, Febry yang juga unjuk bicara berharap pemerintah mendukung dengan menyediakan tempat yang nyaman untuk pengunjung. Menurutnya saat ini Bali belum punya tempat besar pertunjukkan dan pameran produk. “Cukup izin dipermudah dan biaya sewa terjangkau,” imbuhnya.
Ia sudah mengecek areal Bali Creative Centre yang baru beberapa tahun ini dibangun di Tohpati dan menurutnya kurang pas dan luas untuk event ini. Tahun lalu saja, menurutnya kendaraan banyak parkir di Jalan Suli saking ramenya pengunjung. [b]