Sejarah pers mahasiswa turut berperan dalam sejarah bangsa.
Sejarah mencatat, seturut tampilnya organisasi pemuda seperti Budi Utomo pada tahun 1908, pers mahasiswa pun kala itu telah berperan menyerukan gagasan akan kemerdekaan Indonesia. Namun, bagaimana persma saat ini?
Program Akademika Bentara di Bentara Budaya Bali kali akan mengetengahkan dialog jurnalistik bertema “Pers Kampus, Pers Idealis Anti Provokasi”. Diskusi akan diadakan pada Minggu (3/4) pukul 15.00 di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, Ketewel, Gianyar.
Acara ini merupakan kerja sama Bentara Budaya Bali dengan Pers Mahasiswa Akademika Universitas Udayana serta didukung oleh Harian KOMPAS. Kehidupan Pers Mahasiswa di Indonesia menarik untuk diikuti. Bukan hanya keberadaannya yang sejalan dengan rekahnya rasa kebangsaan dan pergerakan pemuda di Indonesia, namun juga memiliki kesamaan semangat yang lintas zaman, selalu bersikap kritis, independen dan sarat gagasan-gagasan idealis.
Pers Mahasiswa telah berperan menyerukan gagasan kemerdekaan Indonesia. Simak saja Hindia Putra (1908), Jong Java (1914), Oesaha Pemoeda (1932) dan Soeara Indonesia Moeda (1938). Untuk mendialogkan perihal dinamika kehidupan Pers Kampus dan sejarahnya, akan hadir Ida Setyorini (Redaksi Kompas) dan Hari Puspita (Ketua AJI Denpasar) sebagai narasumber.
Ida Setyorini, lahir di Jakarta, 15 Februari 1970, telah menjadi wartawan KOMPAS sejak tahun 1997. Ia merupakan lulusan Arkeologi, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia (1995) serta meraih gelar Magister Management (1997) dan sempat menempuh pendidikan Short Course di Prasetiya Mulya Bussiness School (2009).
Ia juga telah meraih beberapa penghargaan, antara lain Reebok University Award (1999), Samsung Award bidang Ekonomi (2001), dan Samsung Award bidang Olahraga (2003).
Sepanjang perjalanan karirnya sebagai wartawan, Ida Setyorini telah melakukan wawancara dan liputan ke berbagai negara, antara lain ke Thailand, Singapore, Taiwan, Filipina, Swiss, Korea Selatan, Selandia Baru, Prancis, Qatar, Belanda, Belgia, dan lain-lain.
Hari Puspita, lahir di Jepara, 18 Juli 1972, adalah sarjana Komunikasi Fisipol Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Selain sebagai wartawan, kini ia menjabat Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar periode 2015-2018.
Kondisi sekarang?
Memasuki paruh tahun 1950an hingga 60an, kehidupan pers kampus kian marak, ditandai makin banyaknya lembaga pers yang tumbuh di lingkungan perguruan tinggi. Hadir pula tokoh-tokoh muda pers kampus yang memiliki pemikiran cerdas, bernas, dan kritis. Misalnya, Soe Hoek Gie, Nugroho Notosusanto, Teuku Jacob, Koesnadi Hardjasoemantri, Ahmad Wahid, dll.
Semasa itu, sejalan dengan diselenggarakannya Konferensi Pers Mahasiswa I di Kaliurang pada 8 Agustus 1955, berdirilah dua organisasi pers mahasiswa, yakni Ikatan Wartawan Mahasiswa Indonesia (IWWMI) dan Serikat Pers Mahasiswa Indonesia (SPMI) yang belakangan, pada tahun 1958, sepakat melebur menjadi IPMI (Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia). Pada era Orde Baru, sekitar awal tahun 1978, banyak media umum yang dibredel, sebagai cerminan ketakutan pemerintah akan kritik dari pers, antara lain Sinar Harapan, Kompas, Merdeka, Indonesia Times.
Tampillah lembaga-lembaga pers kampus mengisi kekosongan dengan pemberitaan-pemberitaannya yang berani dan tajam, seperti KAMI dan beberapa media kampus lainnya, yang kemudian juga dibredel atau ditutup.
Situasi pada waktu itu juga diwarnai gerakan turun ke jalan untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi. Timbul pertanyaan, bagaimanakah kondisi pers kampus pada era reformasi ini? Dialog kali ini merupakan bagian dari kegiatan HUT Persma Akademika yang ke-33. Selain dialog, diselenggarakan Grand Final Lomba Koran Dinding yang diikuti siswa SMA/SMK dari 9 kabupaten/kota se-Bali.
Pada babak penyisihan di tiap daerah telah diadakan sepanjang bulan Maret 2016, sekaligus dirangkaikan dengan workshop jurnalistik. Adapun lomba kording antar SMA/SMK se-Bali terbagi dalam tiga wilayah lomba, yakni wilayah 1 meliputi; Badung, Denpasar dan Tabanan, wilayah 2 meliputi; Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem dan wilayah 3 meliputi;.Buleleng dan Jembrana.
Sebagai perwakilan dari wilayah 1 yang lolos ke Grand Final yang akan berlangsung di Bentara Budaya Bali antara lain: SMA Tunas Daud, SMA Negeri 3 Denpasar, SMA Negeri 4 Denpasar dan SMAK Harapan. Dari wilayah 2, yakniSMA Negeri 1 Amlapura, SMA Negeri 1 Gianyar, dan SMK Negeri 1 Klungkung. Adapun wakil wilayah 3, SMA Negeri Bali Mandara, SMA Negeri 1 Melaya dan SMA Negeri 1 Kubutambahan. [b]