Uji publik calon pemimpin Bali di Universitas Udayana. Sumber foto: Tangkapan Layar Youtube
Hari kedua uji publik Pilkada Bali 2024 kembali dilaksanakan di Universitas Udayana. Kali ini hadir pasangan nomor urut 2 I Wayan Koster – I Nyoman Giri Prasta. Sama seperti hari pertama, uji publik dipandu oleh akademisi Universitas Udayana, Kadek Dwita Apriani, serta hadir tiga panelis, yaitu Gusti Bagus Suka Arjawa (salah satu pendiri FISIP Unud), I Wayan Suarna (dosen Fakultas Peternakan), dan I Wayan Tresna Suwardiana (Presiden Mahasiswa Unud). Mari kita simak jawaban dari pasangan calon.
Panelis 1 (Gusti Bagus Suka Arjawa): Bagaimana cara mengatasi praktik korupsi di LPD di Bali dan mengembalikan kepercayaan terhadap lembaga keuangan desa adat?
I Nyoman Giri Prasta: Untuk mengatasi daripada praktik korupsi LPD di Bali, salah satu kita harus melakukan audit internal dan eksternal. Yang kedua pertalian dengan kita merubah sistem manajemen dan spiritual, orangnya harus kita baguskan, manajemennya dengan terbuka, begitu spiritual Bali punika Ida Hyang Rambut Sedana itu. Hal ini inilah yang kedua, yang selanjutnya yang ketiga PLPDK kita sinkronkan, itulah maka kami inginkan nanti dari adik-adik mahasiswa ikut dalam berbicara tentang ekonomi sehingga memberikan juga pendidikan di sini dan kami pastikan Universitas Udayana dan universitas yang lain akan kami libatkan dengan baik untuk bagaimana tidak terjadinya korupsi di LPD itu sendiri. Saya kira main manajemen dan spiritual ini adalah luar biasa dengan sistem yang harus kita buat karena kita ingin membuat sebuah zona integritas kalau semua zone LPD itu integritas artinya tanpa korupsi dan itu akan memberikan sebuah sumber pendapatan melalui BUPDA-nya juga, Badan Usaha Milik Desa Adat, sehingga trust kepercayaan kepada LPD itu lembaga perkreditan desa ini akan bisa berjalan dengan baik. Saya kira ini penting sekali untuk kita bersama. Itulah solusi daripada Koster – Giri. Setelah persoalan ini akan kita lakukan dengan baik, maka kita tidak akan berhenti di situ. Kita akan lanjutkan memberikan penguatan modal kepada semua LPD yang bermasalah. Yang kita tangani seperti tadi itu dengan catatan sekali lagi setiap satu atau 2 tahun sekali harus ada audit internal dan audit eksternal untuk bagaimana menyehatkan LPD untuk menumbuhkan perekonomian yang ada.
I Wayan Koster: Kami menambahkan dari 1500 desa di Bali yang punya LPD 1439. Dari 1439 LPD di Bali hanya 58 LPD yang bermasalah atau sekitar 4%. Ini harus menjadi fokus penanganan kita sudah ada LP LPD maupun juga lembaga eksternal lainnya bisa dilibatkan untuk mengasistensi pengembangan LPD tata kelola LPD ke depan.
Panelis 1 (Gusti Bagus Suka Arjawa): LPD itu adalah temuan baru, pembaruan dari masyarakat Bali karena itu maka dia harus dipelihara. Jadi LPD ada justru dalam konteks sosiologis dia ada paling di akar rumput karena itu harus ringkas LPD adalah sumber daya penggerak dari ekonomi masyarakat di pedesaan dan masyarakat pedesaan kita itu adalah masyarakat tradisional yang masih memegang adat. Nah karena itu meskipun hanya 4% yang mungkin terkena korupsi. Tetapi 4%-nya kan bisa berpengaruh kepada 1500 LPD lainnya. Pengaruh inilah yang kita maksudkan. Korupsi 4% dari LPD itu akan diblow up oleh media massa oleh media lokal dan sebagainya termasuk juga media yang ada di HP itu. Itu akan menjadi isu bagi masyarakat Bali sehingga bisa dicontoh oleh yang lain. Karena itu saya mengatakan bahwa benar bahwa itu harus ditangani dengan baik harus dilakukan audit internal itu benar dalam pandangan saya. Tetapi kemudian apabila ditemukan penyimpangan di bidang itu harus ditindak dengan tegas dalam konteks sosiologi pedesaan penindakan ini oleh aparat harus memang hati-hati karena dia bisa mengeksit artinya sekepang Pak. Ini kasihan bagi masyarakat kita jangan sampai disekepang seperti itu, sekepang bagi orang Bali itu seolah-olah menjadi umum padahal itu sangat melanggar hak asasi manusia dan menjadi citra yang sangat buruk bagi masyarakat Bali. Maka LPD ini harus dipegang karena dia sumber daya menggerakkan ekonomi, menggerakkan masyarakat dan juga bisa memelihara adat kita di Bali. Jadi tidak boleh main-main dengan LPD dan harus dilakukan dengan baik.
I Nyoman Giri Prasta: Jadi untuk LPD kami juga adalah bagian daripada aset Bali ketika kita berjuang bersama-sama tokoh-tokoh masyarakat Bali bertalian dengan undang-undang LKM, lembaga keuangan mikro pada saat itu saya jadi ketua DPRD Badung dan itu berhasil dengan LPD tidak kena pajak, tidak bawah naungan BI dan konsep ke depan ini bagaimana kita mengevaluasi bagar LPD itu berjalan dengan sehat dan bagaimana bisa menghidupkan ekonomi ke masyarakat dan sekaligus memproteksi garda terdepan dan garda terakhir untuk desa adat kita sendiri. Saya yakin dan percaya dengan BUPDA yang sekarang badan usaha milik desa adat yang dilakukan ini sehingga perputaran ekonomi ada desa adat, dari, oleh, dan untuk kita, kami meyakini ini akan bisa berjalan dengan baik dan kami pastikan itu bisa bersama dengan Koster – Giri.
I Wayan Koster: LPD itu total asetnya se Bali 22 triliun lebih memang ini harus dikelola dengan baik. LPD berada di bawah desa adat yang kehidupannya dijalankan secara niskala dan skala maka pengurus LPD ke depan sesuai dengan keberadaan di desa adat, selain ditingkatkan kompetensinya secara skala, profesional, tata kelola yang baik, pengurusnya menurut tiang juga perlu menempuh niskala. Kalau perlu dilantik di Pura Dalem supaya dia takut untuk berbuat curang atau korupsi dan kalau dia korupsi supaya di supaya Betara Pura Dalem yang marah. Jadi penegak hukum persoalan lain, tapi sama Betara siapa yang berani. Menurut saya begitu karena ini desa adat saya kira berlakukan itu secara niskala juga itu menurut saya itu akan lebih lebih takut dia.
Panelis 1 (Gusti Bagus Suka Arjawa): Satu hal dari lembaga keuangan kita di Indonesia ini adalah proses pencairan dana itu rumit. Lembaga keuangan kita entah di bank atau di mana. Maka masyarakat desa sebenarnya tidak memahami bagaimana mekanisme dalam konteks meminjam uang misalnya, maka LPD bisa memanfaatkan kerumitan itu. Maksud saya begini menyederhanakan kerumitan itu sehingga lebih dipercaya oleh masyarakat. Kita ke bank misalnya sampai menunggu 1 minggu sudah itu biaya administrasinya tinggi sekali. Nah kalau kita ke LPD lebih cepat, lebih murah gunakan persahabatan kita di desa, rembuk desa itu, sehingga kemudian kepercayaan itu menjadi meningkat. Nah modal itu adalah modal dasar sebenarnya. Elit, nah saya kira mungkin Gubernur sebagai pembantu presiden yang ada di daerah bisa melaksanakan apa anjuran, petunjuknya dengan berkoordinasi kepala-kepala daerah yang ada di Bali, sehingga dengan demikian kalau seluruh 1400, 1500 LPD itu bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Saya kira lembaga keuangan lain mungkin tidak akan dipilih oleh orang. Kenapa harus ke kota misalnya kalau kita bisa di desa yang lebih dekat kan secara transportasi lebih mudah dan juga nyaman kita bersaudara, bertanya juga lebih nyaman berapa bunganya, kapan kita harus membayar ulang dan sebagainya. Persoalan-persoalan itu yang sulit sekali kita dapatkan di bank-bank formal, maksud saya bank-bank yang lain. LPD berpotensi menyederhanakan hal seperti itu. Mudah-mudahan ke depan LPD benar-benar bisa menghidupi masyarakat Bali.
Panelis 2 (I Wayan Suarna): Bagaimana cara untuk menekan laju alih fungsi lahan yang tidak terkendali dan apakah akan mengadopsi kebijakan zoning yang lebih ketat untuk melindungi lahan pertanian dari pembangunan infrastruktur atau proyek komersial?
I Nyoman Giri Prasta: Sekarang kita sudah memiliki Perda yaitu perlindungan pangan berkelanjutan, lahan pangan berkelanjutan. Yang kedua ada LSD, lahan sawah yang dilindungi, jadi ini betul-betul harus kita proteksikan dengan baik bahkan kami di kabupaten Badung yang kami contohkan kita bagaimana memberikan wujud nyata Bela Beli, wujudkan petani itu bangga jadi petani sehingga kami kerja sama dengan membuat pasar pangan. Maka beras dan gerabah itu kita pemerintah yang beli dengan dua digit, itu akan memberikan harapan karena ini luar biasa program bagus sekali sehingga beras ini kita untuk kita sudah hitung, hitungnya per hari, per minggu, per bulan, per tahun apakah subak di Badung ini pertanian ini bisa memenuhi? Bisa kalau overload kita bawa ke hotel dan seterusnya, ini contoh yang perlu kami sampaikan. Nah bertalian dengan ahli fungsi lain sekarang ini karena memang ada Undang-Undang Cipta Kerja itu yang boleh berusaha 5 miliar ke bawah …..termasuk jangankan lahan pertanian, lahan jalur hijau pun itu bisa karena regulasi undang-undang cipta ini yang memungkinkan. Ini adalah merupakan sebuah kesulitan bagi kami untuk mengantisipasi, untuk menjamur ini. Tetapi kita kami tidak berhenti di situ kami akan proteksi dengan baik, bahkan kami pernah melakukan komunikasi untuk bagaimana memberikan gaji kepada petani. Itu belum bisa sekarang, subsidi sudah semua, membebaskan lahan pertaniannya dari pajak sudah pasti, bahkan kita ma memberikan pupuk gratis itu sudah kita lakukan. Nah ini yang perlu kami sampaikan untuk menekan laju daripada alih fungsi lahan itu sendiri dan kalau memang lahan yang tidak produktif dan itu memang kami setuju untuk bagaimana penataan lahan itu bisa menjadi produktif.
Panelis 2 (I Wayan Suarna): Lahan kita mengalami penyusutan ya karena ahli fungsi yang demikian deras terus menerus ya. Nah kemudian alih fungsi itu tidak saja terjadi pada lahan produktif dan juga pada lahan yang nonproduktif dan tentunya kedua tipe lahan ini juga harus kita lindungi karena tidak ada sebenarnya lahan yang tidak produktif. Paling tidak lahan itu dia sangat berperan dalam meningkatkan tutupan vegetasi termasuk misalnya katakanlah kalau lahan produktif seperti lahan sawah itu memang sudah produktif, ini juga harus kita bisa tingkatkan produktivitasnya sehingga menarik untuk diminati oleh para petani, petani bergairah bekerja dengan peningkatan nilai tanah yang dihasilkan dari lahan sawah sendiri. Di lahan yang tidak produktif pun perlu kita upayakan karena paling tidak lahan itu adalah merupakan lahan penyangga bagi kehidupan kita. Jadi itu pun tidak tidak, walaupun dia tidak produktif harus kita lindungi supaya tidak teralihfungsikan karena alih fungsi lahan kita di Bali hutan kita hanya tinggal ya 3% ya termasuk hutan terestrial, eh hutan akuatik yang 1%. Jadi kita enggak punya lagi bumper untuk menyangga apakah perubahan iklim dan sebagainya lahan tidak produktif seperti misalnya tebing yang itu yang memang lahan kering. Ini sebenarnya mereka punya fungsi penyangga untuk menjaga kehidupan kita di Bali sehingga lahan yang produktif kita tingkatkan kualitasnya, sehingga menarik bagi para petani yang nonproduktif kita pertahankan dan kita tingkatkan tutupan peketasinya. Saya kira ini merupakan langkah nyata yang harus kita lakukan untuk menghambat alih fungsi lahan.
I Wayan Koster: Terima kasih setuju dengan pendapat Bapak panelis. Pertama langkah yang harus dilakukan adalah pengendalian secara ketat pembangunan usaha jasa pariwisata, hotel, villa, restoran di wilayah sarbagita. Kemudian di Kabupaten Tabanan, Karangasem, Jembrana, Buleleng dalam haluan Bali 100 tahun itu dijadikan sebagai wilayah konservasi, tidak bisa dieksploitasi terlalu besar untuk kepentingan usaha pariwisata, sehingga dengan demikian penggunaan lahan secara ekspektatif di Bali itu bisa dilakukan secara lebih progresif mulai tahun 2025 sesuai dengan agenda pelaksanaan haluan Bali 100 tahun itu. Saya kira yang harus dilakukan
I Nyoman Giri Prasta: Dan kita pun akan selalu untuk melihat DAS, daerah aliran sungai untuk menjaga alam Bali dan lahan ini, sehingga antara Sungai Ayung misalkan perbatasan Badung dengan Gianyar kita akan menggerakkan subak semua di luar dua wilayah ini, kita akan penanaman. Itu dilakukan untuk meningkatkan debit air kita ke depan next 5 tahun 10 tahun kemudian. Begitu juga menurunkan derajat celcius panas yang ada di provinsi Bali ini. Saya kira ini hal-hal yang prinsip untuk bagaimana kita menjaga melindungi lahan yang harus kita miliki itu seperti apa yang disampaikan tadi oleh bapak calon gubernur kita berusaha maksimal sekali untuk mengantisipasi hal ini. Dengan satu catatan kita tidak akan pernah keluar daripada regulasi undang-undang yang sudah dilakukan oleh negara ini dan kita wajib patut tegak lurus terhadap low investment. Itu saya kira jangan sampai kebijakan yang kita lakukan ini tetapi bertentangan dengan regulasi yang ada.
I Wayan Koster: Karena makin terbatas lahan kita makin berkurang sekarang ini surplus pangan kita menurun. Sekarang surplus berasnya 52 ton sebelumnya…
Panelis 2 (I Wayan Suarna): Jadi banyak hal yang kita harus lakukan terkait dengan alih fungsi lahan ini tentu tidak saja beralih fungsinya ke akomodasi dan sebagainya, tetapi juga untuk yang lain misalnya alih fungsi dari hutan menjadi non hutan ya apakah dia hutan produksi ataupun hutan lindung. Nah justru ini yang seperti yang tadi disampaikan oleh Pak calon wakil ya, jadi DAS Ayung misalnya ya ini juga harus kita pikirkan karena dia menjadi sumber komoditas pengembangan, komoditas pariwisata yang sangat bagus. Tetapi Ayung Ini potensinya akan menurun apabila di hulunya terjadi penggundulan, misalnya ya karena apa? Karena di sinilah sebenarnya yang harus kita lakukan upaya lebih lebih intensif lagi bagaimana memelihara ekosistem kita hulu dan hilirnya. Jadi yang hilirnya dapat manfaat tapi hulunya dapat apa gitu ya. Sehingga ini yang perlu satu kebijakan bagaimana kita memberikan kontribusi kepada di hulu supaya tetap menjaga hutannya dan DAS-nya bisa terpelihara bagus, sehingga pariwisata jalan dan sebagainya. Saya kira ini yang mungkin perlu juga satu kebijakan ke depannya untuk menjaga lingkungan tetap lestari, lahan pinarkan dari alih fungsi lahan itu. Saya kira ini hal yang penting untuk kita lakukan ke depannya.
Panelis 3 (I Wayan Tresna Suwardiana): Bagaimana cara paslon meningkatkan kompetensi dan pemberdayaan generasi muda di Bali dalam upaya menghadapi daya saing tenaga lokal dan asing di dunia kerja?
I Nyoman Giri Prasta: Untuk meningkatkan potensi, bagaimana kita bisa meningkatkan potensi milenial generasi muda baik itu Gen Z maupun milenial kita harus lengkapi dengan sarana prasarana. Itulah teknologi kita harus ikuti dengan baik sehingga sarana prasarana ini bisa akan mendapatkan sebuah kekuatan sehingga edukasi dan proses pelaksanaan itu bisa dilakukan anak-anak muda kita sendiri. Yang kedua dengan pelatihan, pelatihan-pelatihan inilah akan menjadikan entrepreneurship, dengan entrepreneur ini bahwa kemampuan olah pikir dengan teknologi yang ada dan melihat situasi globalisasi ini bisa berjalan dengan baik. Yang ketiga tentu kita akan memberikan sebuah penguatan-penguatan modal seperti contoh yang kami lakukan di kabupaten Badung, UMKM kabupaten Badung itu sekarang bisa meminjam uang di BPD Bali tetapi bunganya itu kita yang bayarkan dari pemerintah karena persaingan global ini, sehingga kita akan mampu bersaing di tingkat global itu sendiri.
I Wayan Koster: Kami ingin kerja sama dengan Udayana untuk pengembangan inkubator bisnis sebagai wahana untuk pengembangan kewirausahaan anak-anak muda kita serta memberikan kesempatan luas bagi generasi muda kita milenial dan Gen Z untuk berinteraksi dalam pengembangan ekonomi kreatif dan digital sesuai dengan kompetensi dan profesionalnya masing-masing.
Panelis 3 (I Wayan Tresna Suwardiana): Jadi kita ketahui Bali ini banyak memiliki akomodasi dan ya hospitality. Nah bagaimana memang caranya nanti ke depannya anak-anak muda ataupun generasi milenial dan Gen Z itu lebih senang untuk di Bali, kerja di Bali gitu. Dan mungkin bisa gajinya disetarakan ataupun jangan sampai generasi muda ini malah memilih untuk pergi ke luar negeri semua gitu kan, kita sedang ngetren sekarang malah ke pesiar gitu dan beberapa mindset di beberapa mindset di kalangan pemuda desa ataupun banjar itu kapal pesiar ini menjadi opsi dan marak gitu dan ini mungkin menjadi perhatian khusus bagaimana caranya mengakomodir minat generasi muda ini agar mau lebih menetap di Bali untuk berkarir ataupun ikutlah dalam berkarir ini membangun Bali ke depannya gitu. Dan terkait permodalan usaha bagi anak muda bag Bagaimana apakah bisa berkomitmen untuk memberikan modal kepada anak muda tersebut karena tentu anak muda tidak memiliki jaminan untuk memiliki meminjam uang. Nah itu mungkin sedikit perhatian dari saya tentang bagaimana caranya menanamkan bahwa oke mungkin kapal pesiar ataupun ke luar negeri itu menjadi opsi tapi bagaimana cara menanamkan kecintaan bahwa di Bali ini tetap ada peluang-peluang yang lebih besar kepada anak muda. Sehingga nantinya mereka dianggap keberadaannya di Bali itu sendiri.
I Nyoman Giri Prasta: Untuk gaji kami pastikan akan bagus, bukan hanya digaji di di sektor UMKM saja, anak-anak, adik-adik ini kami akan masuk ke pegawai semua lini, misalkan harga beras yang dulu 10 ribu dengan gaji 5 juta, sekarang beras sudah harganya 7.500 masa tetap gaji segitu. Sesuaikan dengan kemampuan dan akan kita berikan. Yang kedua masalah penguatan modal, penguatan modal ini pasti itu bisa diberikan kepada perorangan maupun kelompok, bagaimana kita berusaha melaksanakan sebuah kegiatan UMKM itu sendiri. Kami ingin adik-adik mahasiswa nanti generasi milenial dan Gen Z ini dia menjadi startup perintis pelaksanaan itu dengan teknologi kemampuan yang dimiliki, sehingga seperti yang saya katakan tadi itu adalah infrastruktur kita lakukan. SDM-SDM ini harus kita kuatkan. Kami tidak akan meragukan lagi SDM yang ada di Universitas. Kami pastikan yang terbaik termasuk nanti astungkara bila saya dipilih terpilih di tingkat provinsi Bali pun kami akan atur TPP dengan baik.
I Wayan Koster: Jawabannya adalah harus ada upaya untuk membuka lapangan kerja dan untuk itu pembangunan triapada pusat usaha Bali itu akan menjadi wahana untuk pengembangan usaha bagi anak-anak muda yang akan kami libatkan di dalam pembangunan ekonomi di dua kawasan tersebut. Jadi triapada akan mulai beroperasi tahun 2026 itu akan menampung banyak UMKM, IKM, serta usaha ekonomi lainnya untuk anak-anak muda. Juga ke depan itu akan menjadi pusat pengembangan ekonomi kreatif dan digital, serta IKM, UMKM yang akan bisa mengakomodasi anak-anak muda kita.
Panelis 3 (I Wayan Tresna Suwardiana): Oke baik mungkin pada kesimpulannya diperlukan di sini sebuah komitmen lah terkait pemberdayaan generasi muda itu sendiri terkait bagaimana caranya agar pemuda ini tetap memilih stay untuk di Bali untuk bersama di sini membangun karir di Bali, menghadirkan kecintaan Pemuda terhadap daerahnya tersendiri. Di sini diharapkan benar-benar komitmen. Bukan hanya janji politik semata tapi memang nantinya kebijakan-kebijakan tersebut memang harus lebih memihak ke anak muda itu sendiri. Nah mungkin juga di sini ada opsi bagaimana di universitas-universitas di Bali itu sendiri makin diperbanyak opsi-opsi beasiswa itu sendiri terkait pengembangan anak muda. Sehingga nantinya memang SDM-SDM ini menjadi lebih bersemangat menjadi lebih berkompeten sehingga berdampak nantinya ketika lulusan-lulusan yang beasiswa ini lebih jengah, lebih memiliki rasa kepemilikan karena memang dia diberikan beasiswa oleh pemerintah pastinya ada beban moral untuk memberikan apa yang sudah dia dapat kembali ke yang memberi dari beasiswa itu sendiri. Nah juga untuk pelaku pariwisata ataupun tenaga kerja di Bali mungkin diusahakan warga lokal terlebih dahulu diutamakan, bagaimana penyerapan di sekitar lapangan pekerjaan itu sendiri bukan bermaksud untuk membeda-bedakan tapi ya sekarang kita bisa lihat pelaku pariwisata itu kebanyakan ada bahkan dari orang luar Bali jadi di sini perlunya juga komitmen dari pemerintah untuk mengontrol siapa saja yang menjadi pelaku-pelaku di sektor-sektor penting ini sehingga nantinya memang kita sama-sama jengah bahwa Bali milik kita kita harus tanam kecintaan kepada Bali sehingga tetap yang menjadi harapan kita ajeg Bali, budaya Bali tetap lestari itu tetap ke generasi-generasi selanjutnya.
Sesi tanya jawab dengan audiens:
Pertanyaan 1: Saya di sini izin menanyakan terkait masalah jumlah wisatawan yang meningkat di Bali itu sendiri. Terkadang yang buat peningkatan dan pertumbuhan fasilitas yang marak ada di Bali itu adalah kemudahan dari mereka untuk dibantu dalam pembangunannya itu sendiri, terutama dari desa adat ataupun pihak-pihak terkait yang bisa memudahkan mereka untuk pembuatan ataupun pembangunan vila-vila dan juga club di Bali. Solusi dari bapak sendiri bagaimana untuk mengatasi pihak-pihak dari pemerintah yang kadang membantu dalam pembangunan fasilitas pariwisata di Bali itu sendiri.
I Nyoman Giri Prasta: Kalau kita berbicara masalah pariwisata, pariwisata yang berkelanjutan itu adalah sustainable pariwisata. Jangan melupakan alam, budaya dan adat Bali. Yang kedua quality tourism itu bagaimana bermanfaat bagi kita terutama adalah masyarakat Bali. Nah bertalian dengan bagaimana mengantisipasi jangan sampai terjadi menjamurnya villa-villa, kami sudah rumuskan dari Koster-Giri ini untuk membuat satu adalah Perda nomini, Perda nomini inilah yang akan bisa mengantisipasi itu semua karena sampai sekarang ini belum ada. Yang selanjutnya bagaimana kita memproteksi agar betul-betul kawasan yang boleh dan tidak akomodasi pariwisata ini kita lakukan dengan baik sehingga untuk mengantisipasi menjamurnya pariwisata ini apalagi ilegal kita akan rugi sekali.
I Wayan Koster: Yang pertama harus dibuatkan regulasi untuk menata dan mengelola semua pelaku usaha yang dilakukan oleh orang asing di Bali. Yang kedua adalah tindakan tegas dan tentu saja ini harus betul-betul dijalankan secara terukur supaya juga tidak kontraproduktif dengan upaya kita untuk meningkatkan pariwisata. Yang ketiga adalah seluruh jajaran pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten, kota yang berkaitan dengan penanganan perizinan enggak boleh main-main. Kalau ada yang main-main di situ maka harus dilakukan tindakan tegas terhadap aparat yang melakukan tindakan yang memudahkan adanya keluarnya perizinan atau bahkan membiarkan suatu villa yang tidak berizin beroperasi di Bali dan kenyataan itu memang banyak di Bali. Ini yang sangat merugikan perekonomian Bali karena dia tidak bayar pajak hotel dan dia mengeksploitasi lahan bahkan properti yang dia bangun, dia jual lagi kepada pihak lainnya. Ini betul-betul membahayakan bagi kita di Bali. Karena itu ini harus ditangani dengan regulasi yang tepat dan tindakan yang tegas
I Nyoman Giri Prasta: Perda nomini itu adalah solusi. Maka dengan katakanlah tamu luar negeri dia punya program WeChat, WeChat itu dia bisa bertransaksi di negaranya sendiri bahkan ketika hadir ke villa itu dibilang keluarganya. Maka kami tawarkan Perda nomini ini akan menyelesaikan itu semua, sehingga kekhawatiran kegalauan daripada kita sebagai masyarakat Bali untuk pertumbuhan villa-villa, apalagi tidak berizin, apalagi kita tidak mendapatkan pajak, belum lagi yang kedua ada yang dimaksud dengan airbnb mereka tidak memiliki hotel, mereka tidak memiliki restoran. Tetapi dia mampu mengendalikan usaha hotel dan restoran. Nah dengan kecanggihan inilah kami butuh sekali dengan Universitas Udayana untuk memberikan sebuah legasi untuk kami kembangkan ke depan ini.
I Wayan Koster: Saya tambahkan kami berencana akan membentuk satgas pengawasan terhadap villa-villa liar yang ada di Bali untuk bisa ditertibkan supaya dipetakkan dan kami akan kerja sama dengan Udayana dan perguruan tinggi yang lainnya untuk memetakkan sejumlah villa di seluruh Bali ini yang ilegal maupun juga usaha jasa pariwisata lainnya yang ilegal atau bahkan penyalahgunaan terhadap villa yang ada sekarang ini. Dibangun rumah tapi difungsikan sebagai villa, ini betul-betul merugikan kita di Bali.
Pertanyaan 1: Saya berharap dan teman-teman di sini dan pula masyarakat Bali di sini juga sangat berharap dengan adanya tindak tegaslah dari pemerintah itu sendiri. Selain itu juga saya sebetulnya bapaknya itu adalah bekerja di bidang pariwisata jadi memang saya juga makan dari pariwisata tapi saya berharap dengan adanya pariwisata yang mendukung juga perekonomian di Bali, itu nantinya enggak menghilangkan Taksu Bali itu sendiri biar Taksu Bali enggak hilang cuman gara-gara uang dan cuman gara-gara cara curang.
I Wayan Koster: Ternyata kepeduliannya tinggi sekali. Sekarang di Bali, ini kita perlu buka-bukaan banyak sekali kesempatan kerja diambil oleh orang asing yang berkedok wisatawan. Ada bikin rumah, beli lahan menggunakan nama orang lain bahkan nikah dengan orang lain setelah itu dia cerai. Kemudian juga kesempatan kerja yang lain di diambil oleh para Tenaga Kerja Asing ini yang berkedok wisatawan, maka ke depan enggak ada pilihan lain, harus dilakukan penindakan secara tegas tanpa pandang bulu kalau tidak Bali ini akan terus digerogoti, makin sempit kita dan Bali masyarakatnya akan makin terpinggirkan. Selain jumlah masyarakatnya terpinggir, juga budaya kita akan semakin rusak. Ini nggak bisa dibiarkan.
I Nyoman Giri Prasta: Bali boleh maju, tapi dengan kemajuan Bali jangan sampai menggerus akar adat dan budaya kita. Yang kedua krama Bali harus menjadi tuan di rumahnya sendiri.
Pertanyaan 2: Saya merasakan bahwa Bali ini bukan sekedar sesuatu yang biasa saja. Bali memang objek wisata internasional, objek wisata dunia tapi sayangnya sering kita lihat proyek-proyek di Bali selalu hanya memikirkan tentang wisatawan-wisatawan yang datang sampai melupakan apa yang sebenarnya diperlukan oleh masyarakat bahkan khususnya kami sebagai pemuda, spesifik lagi kami sebagai mahasiswa. Tadi dari paslon sempat menegaskan ingin membuat Sport Center. Saya ingin menegaskan kembali, saya ingin menanya komitmen kembali sebenarnya terkait dengan pengembangan sumber daya mahasiswa yang disampaikan oleh paslon tadi bagaimana komitmennya terkait Sport Center, apakah itu hanya omong kosong atau akan menjadi nyata terkhususnya untuk Udayana. Yang kedua bagaimana nanti kita akan berbicara tentang penguatan SDM beasiswa kita enggak perlu lagi kebijakan-kebijakan yang aneh-aneh kita perlu penguatan sumber daya manusia, beasiswa gimana gitu. Kita masih bingung banyak yang belum dapat kuliah, katanya Bali kaya, katanya Bali punya banyak uang, tapi bagaimana kita mencerdaskan kawan-kawan kita di Bali, beasiswa, gimana. Dan terakhir bagaimana nanti komitmen dari paslon berkaitan dengan gimana penunjang-penunjang dari public space yang tadi kita sebutkan, bahkan kalau boleh saya nantang bisa enggak paslon bisa membuatkan asrama, faktanya Bali katanya kekurangan lahan dan lain sebagainya, gimana kita mahasiswa benar-benar dapat berkuliah dengan tepat berkuliah dengan baik di tengah minimnya akses, minimnya tempat-tempat kita untuk menunjang kuliah. Kita kawan-kawan kita nyari mau kuliah, nyari tempat tinggal susah, nyajag jauh, transportasi masih jauh. Kalau bisa saya nantang bisa gak buatin asrama gitu.
I Nyoman Giri Prasta: Dengan pariwisata kita akan mendapatkan pajak hotel dan restoran. Ini adalah salah satu prioritas sumber pendapatan kita. Nah selanjutnya bagaimana pertanyaan saudara, Pak bisa ada buat asrama untuk siapa, untuk masyarakat yang ingin kuliah terutama yang ada dari Pulau Bali ini. Bagi Giri Prasta, CGT, cenik gae to, itu amat sangat bisa sekali. Terus yang selanjutnya untuk beasiswa kami pastikan Koster-Giri akan memberikan beasiswa itu, satu kepada siswa yang berprestasi, yang kedua yang kurang mampu ini skala prioritas. Karena kita belum melihat regulasi yang terbaru apakah boleh itu adalah semuanya. Kalau boleh kami tidak masalah. Misalkan contoh seperti di kabupaten Badung ketika kami dulu memberikan bantuan santunan kematian itu 10 juta per orang, sekarang di tahun 2020 dan sudah implementasi 2021 dengan SIPD, sistem informasi pemerintah daerah, tidak boleh sehingga tidak ada rumahnya, nomor rekening tidak ada. Ketika kita masuk ke program SIPD itu ditolak, maka itu tidak bisa dilakukan lagi. Ini contoh yang perlu kami sampaikan sehingga kami harus memberikan seperti yang saya sampaikan tadi adalah sarana prasarana itu harus kita lengkapi di mana sarana prasarana termasuk blank spot di Bali ini tidak ada lagi untuk ke depan. Inilah proses yang harus kita lakukan untuk memberikan jaminan kepada adik-adik mahasiswa dan ini nanti akan ada literasi digital itu adalah untuk kita semua kebutuhan ini, kita tahu kebutuhan ini kita tahu sehingga apa yang harus kita lakukan sarana prasarana itu terutama. Saya kira akses yang harus kita berikan kepada masyarakat terutama generasi muda itulah betul-betul adalah untuk mereka semua karena kami harus menanamkan legasi warisan kepada anak cucu kita karena merekalah yang akan meneruskan nanti ke depan untuk melanjutkan aktivitas yang ada di pulau dewata ini.
I Wayan Koster: Ke depan asungkara kita akan koordinasi dengan Pak Rektor dan jajaran untuk menambah kuota Kartu Indonesia Pintar semacam beasiswa bidik misi untuk mahasiswa terutama yang sangat miskin. Tidak saja diprogramkan oleh Kementerian, ini bisa juga diprogramkan oleh pemerintah daerah provinsi Bali dalam bentuk dana hibah itu bisa dilakukan untuk beasiswanya. Katakanlah diperlukan di sini jumlahnya itu sampai berapa ratus mahasiswa kami akan tangani ini karena APBD Bali 20% adalah untuk pendidikan jadi bisa diporsikan untuk membantu beasiswa mahasiswa di Unud maupun di perguruan tinggi lainnya di provinsi Bali bahkan sampai S2 dan S3.
Pertanyaan 2: Terima kasih juga bapak paslon tadi sudah menegaskan terkait dengan komitmennya dan sekarang bukan komitmen. Saya minta saya tantangan ini Bapak kita engak perlu lagi sing perlu pemimpin ngomong gen, kita perlu bukti nanti Pak kalau seandainya nanti memang Bapak meyakini dan sudah berani menyampaikan sebagai gentleman agreement kita ke mahasiswa. Nanti kalau seandainya hal ini tidak terealisasi, jamin saya bapak, jamin kita semua mahasiswa kita memang strategis, tapi kalau ini gak kebukti kita akan jadi kritis. Pang sing bendan ke belakang. Kita harus benar-benar merdeka, mahasiswa harus merdeka. Kita minta komitmennya, kita minta tantangannya kalau seandainya nanti tidak terbukti siapkanlah diri bapak-bapak untuk menyambut mahasiswa dan kita akan sama-sama menantang untuk memekikan merdeka tersebut.
I Nyoman Giri Prasta: Konsep berpikir kita menggunakan Tri Kaya Parisudha, apa yang kita pikirkan dengan baik itulah yang akan kita katakan dengan baik, apa yang kita katakan dengan baik itulah kita lakukan dengan baik. Astungkara kami tidak akan pernah berpikir atau mempunyai niat untuk tidak memenuhi janji ketika nanti Koster-Giri terpilih janji-janji politik apalagi yang kami sampaikan di Universitas Udayana untuk membangun ini jangankan didemo, kami mundur siap untuk menjadi calon wakil gubernur dan karena saya paham betul apa yang dilakukan ini adalah untuk anak cucu kita dan kalian juga anak-anak bapak yang bapak akan titipkan nanti ke depan untuk meneruskan bagaimana Bali harus lebih maju lagi daripada saat sekarang.
I Wayan Koster: Udayana itu adalah perguruan tinggi kebanggaan kita di Bali, jadi harus betul-betul diberdayakan baik dosennya maupun mahasiswanya dengan pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi, jadi janji yang tadi yang katakanah beasiswa untuk para mahasiswa yang memang harus menerima kami pastikan kalau terpilih, astungkara terpilih, itu akan dipenuhi karena memang ada anggaran bahkan sebelum terpilih waktu periode pertama kami sudah melakukan itu kepada Udayana. Sejumlah mahasiswa waktu Covid kami bantu dengan bantuan siswa untuk masuk ke pendidikan, jangan sampai putus kuliah.