Puri Agung Klungkung merupakan saksi sejarah betapa hebatnya orang orang Bali zaman dulu dalam mempertahankan harkat bartabatnya dari para penjajah.
Seiring berjalannya waktu, Puri Agung Klungkung yang terletak di pusat Kota Semarapura membuka pintu mereka untuk anak anak muda untuk dapat menumbuhkan cinta akan sejarahan Nusantara, khususnya Klungkung. Puri Agung Klungkung berkolaborasi dengan Yayasan Kerana untuk menggelar pagelarang seni dan budaya bertajuk Anggit Budaya.
Uniknya, acara ini menampilkan perpaduan budaya antara Kediri Jawa Timur dengan Puri Agung Klungkung. Perpaduan budaya tersebut mulai dari bidang kuliner, bidang tarian, hingga wastra.
Pada acara anggit budaya di bidang kuliner dimunculkan kembali makan makan khas zaman kerajaan Klungkung yaitu beras hitam, dimana beras hitam pada zaman kerajaan hanya boleh di nikmati oleh para raja, dan kini disajikan untuk para tamu spesial di acara anggit budaya.
Selain beras hitam juga ada kuliner khas Klungkung, seperti lawar klungah, srombotan, dan sate lilitnya. Namanya perpaduan antar daerah, tentunya dari Kediri juga memunculkan makanan khas-nya, ada pecel, tahu takwa, serta olahan tempe yaitu sambal tumpang. Di balik enaknya perpaduan makan khas dari Klungkung dan Kediri ini ada anak anak muda, pesera didik dari SMK Pariwisata Yapparindo Klungkung yang meraciknya langsung didampingi oleh Chef Agung Suardana salah satu guru di SMK Pariwisata Yapparindo Klungkung.
Menu makan malam khas Klungkung berpadu dengan makanan khas Kediri “Senang sekali pak, kami dapat berpartisipasi dalam kegiatan anggit budaya ini, kami jadi dapat ilmu baru terkait makanan khas masing masing daerah dapat disajikan dalam satu piring dan juga kami dapat menerapkan langsung ilmu yang kami dapat di sekolah,” tutur Ari Nugraha salah satu peserta didik SMK Pariwisata Yapparindo Klungkung yang bertugas sebagai juru masak saat acara anggit budaya.
Chef Agung mengatakan sangat bagus ada kegiatan seperti anggit budaya ini, apalagi peserta didik juga dilibatkan, sehingga mereka dapat merasakan langsung bagaimana menyajikan makanan di acara spesial seperti ini. Meskipun mereka sudah sempat traning di hotel atau restouran, pengalaman terlibat langsung dalam acara anggit budaya di Puri Agung Klungkung sangatlah luar biasa karena selain dapat pengalaman juga dapat menumbuhkan rasa cinta akan budaya serta sejarah daerah.
Ketua Yayasan Kerana, Yhonica Kitty sangat bersemangat sekali mewujudkan acara ini, berawal dari pertemuan dengan pihak Puri Agung Klungkung, dan menyampaikan ide mereka untuk membuat sebuah acara yang bertujuan untuk merajut akar sejarah budaya antara Kediri dan Kerajaan Klungkung.
“Luar biasa sekali respon dari Pengelingsir Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Semara Putra, beliau sambut baik dan positif ide kami, dan mengizinkan untuk dilaksanakan di Pendopo Puri Agung Klungkung. Selain dapat izin kami juga dapat dukungan agar acara seperti ini rutin di gelar di Klungkung. Yayasan Kerana juga berencana menggelar acara seperti ini secara berkelanjutan,” tambah Yhonica.
Selain Kuliner, budaya yang dimunculnya di acara ini adalah tarian, dari Bali ada tari penyambutan Panyembrama, dan tari Margapati yang di bawakan oleh anak anak di sanggar seni dari Puri Satria Kaleran. Tarian dari Kediri ada tari Panji Galuh dan Tari Sri Kresna Kepakisan, penarinya spesial langsung dari Kediri. Selain tarian tarian tersebut ada pula tarian kontemporer dari Kita Poleng.
Di budaya wastra, dimana wastra adalah kain atau pakaian, pada acara anggit budaya ini, kain songket dan endek yang berasal dari Klungkung di presentasikan, dari Kediri ada Batik. Sekilas antara motif batik dan endek serta songket terinspirasi dari cerita-cerita sejarah kepahlawanan raja di masanya.
Pesan dari Pengelingsir Puri Ida Dalem Semara Putra, lewat anggit budaya ini kita bisa kembali kediri, dari mana kita berasal dan cintailah budaya kita, karena dengan itu kita bisa punya jati diri yang kuat serta bisa menunjukan kepada dunia, siapa sesungguhnya kita.