Oleh Agung Ardana
Pernahkah Anda mendengar atau berkunjung ke situs Pura Gunung Kawi selama liburan di Bali? Atau Anda sama sekali blank, tidak ada petunjuk. Kalau demikian, karena hal-hal sejarah ramai dibicarakan belakangan ini, secara singkat saya akan ceritakan sejarah obyek wisata ini. Mudah-mudahan berguna menambah wawasan serta referensi obyek wisata Anda selama di Bali.
Obyek wisata ini termasuk di wilayah Tampaksiring, kabupaten Gianyar, kira-kira 40 km dari Denpasar ke arah timur laut. Nama Gunung Kawi ini belum diketahui pasti asal muasalnya. Namun secara etimologi (bahasa kerennya) dikatakan berasal dari kata Gunung dan Kawi yang berarti Gunung adalah daerah pegunungan dan Kawi adalah pahatan. Jadi maksudnya pahatan yang terdapat di pegunungan atau di atas batu padas.
Menurut sejarah, di antara raja-raja yang memerintah Bali, yang paling terkenal adalah dinasti Warmadewa. Raja Udayana berasal dari dinasti ini dan beliau adalah anak dari Ratu Campa yang diangkat anak oleh Warmadewa. Setelah dewasa beliau menikah dengan putri dari Empu Sendok dari Kediri, Jawa Timur, bernama Gunapriya Dharma Patni. Dari perkawinan ini beliau menurunkan Erlangga (bukan nama toko lho..) dan Anak Wungsu. Setelah Erlangga wafat pada tahun 1041, kerajaannya di Jawa Timur dibagi jadi dua. Pendeta Budha bernama Mpu Baradah dikirim ke Bali agar pulau Bali diberikan kepada salah satu putra Erlangga, tetapi ditolak oleh Mpu Kuturan.
Selanjutnya Bali diperintah oleh Raja Anak Wungsu antara tahun 1049-1077. Di bawah pemerintahanya Bali merupakan daerah yang subur dan tentram.
Setelah beliau meninggal dunia abunya disimpan dalam satu candi dikomplek Candi Gunung Kawi. Tulisan yang terdapat di pintu masuk situs ini berbunyi ” Haji Lumah Ing Jalu” yang berarti Sang Raja dimakamkan di “Jalu” sama dengan “susuh” (ayam jantan) yang bentuknya sama dengan Kris. Maka perkataan ” Ing Jalu” dapat ditafsirkan sebagai petunjuk ” Kali Kris” atau Pakerisan. Raja yang dimakamkan di Jalu dimaksud adalah Raja Udayana, Anak Wungsu, dan empat orang permaisuri Raja serta Perdana Mentri raja.
Setelah melewati gapura dan 315 anak tangga di pinggir sungai Pakerisan yaitu sebuah sungai yang mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi, terletak komplek Candi Gunung Kawi.
Di sebelah tenggara komplek candi ini terletak wihara (tempat tinggal atau asrama para biksu/pendeta Budha). Peninggalan Candi dan Wihara di Gunung Kawi ini diperkirakan dibangun pada abad 11 masehi sebagai wujud toleransi hidup bergama pada waktu itu yang patut menjadi contoh dan tauladan bagi kita saat ini. Mari belajar dari kearifan masa lalu.
Berkunjung ke situs ini memberika Anda wawasan serta keindahan alam yang menawan. Selamat berwisata. [b]
Wah, kebetulan banget… Aku kesini nih tgl 28 Sep kemarin dan lagi nyari2 info buat cerita di blog:) Thank you