
Kemeneterian Perindustrian berkolaborasi dengan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari adakan pelatihan Biochar dan Asap Cair, bertempat di Hutan Bambu Sandan, Banjar Bangli, Desa Sandan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Kamis, 30 Oktober 2025.
Berangkat dari besarnya potensi tumbuh kembang bambu di Indonesia dengan kendala keterbatasan informasi tentang pelestarian dan pengolahan bambu dari sektor hulu ke hilir dan meningkatkan kompetensi dan keahlian SDM industri berbasis bambu menjadi salah satu tujuan di laksanakan program Akademi Komunitas Bambu.
Akademi ini dilaksanakan berkolaborasi dengan Balai Diklat Industri Denpasar, serta melibatkan instruktur dari sektor hulu hingga hilir, antara lain Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL), Pusat Kolaborasi Riset (PKR) Bambu IPB, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Kementerian Perdagangan, Badan Standarisasi Nasional (BSN), praktisi dan pelaku industri berbasis bambu.
Akademi Komunitas Bambu berlangsung selama 3 minggu dimulai pada tanggal 27 Oktober – 15 November 2025, bertempat di BDI Denpasar untuk pemberian materi teori dan praktik. Selain itu materi praktik juga akan dilaksanakan di hutan bambu Sandan dan UPT workshop bambu Bangli. Peserta juga dijadwalkan akan mengunjungi beberapa perusahaan berbasis bambu, yaitu Bamboo Pure dan Studio WNA.
Tepatnya di hari ke-4 rombongan peserta Akademi Komunitas Bambu berangkat dari Balai Diklat Industri Denpasar menuju Hutan Bambu Sandan mengenal jenis-jenis bambu dan melakukan praktik pembuatan Biochar dan Asap Cair. Dua orang Instruktur dari Yayasan Bambu Lingkungan Lestari yaitu Isti Larasati dan Alifiah Bilqis Ramadhani mendampingi peserta melakukan praktik berbahan utama limbah bambu.
Pelatihan Bamboo Academy diikuti oleh peserta sebanyak 25 orang penggiat sektor bambu, dari berbagai daerah yaitu Bali, NTT, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
Alpha Nugroho perwakilan Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian turut mendampingi di Hutan Bambu Sandan. Menurutnya melalui program Bamboo Academy, Kementerian Perindustrian ingin kembali menghidupkan komunitas bambu di Indonesia.
“Kegiatan ini terus berlanjut, bulan depan juga kamu akan adakan di Jogja, mudian Jawa Barat. Karena besar sekali potensi bambu ini yang perlu kita kembangkan. Kalo selama hanya sebagai Kraf, tapi melalui ini harapan kami bambu bukan Hanya sebatas Kraf tapi juga bisa menjadi Furniture berbahan bambu untuk kita ekspor. Karena selama ini masih fokus di kraf,” ujarnya.
Tepat pukul 09.20 Wita rombongan sampai di Hutan Bambu Sandan dan menuju wantilan dengan nuansa Bambu di sambut Ketua dan pengurus (KTH) Wana Kerta Lestari. Peserta duduk secara melingkar diberikan pengantar mengenai topik bambu, pembuatan Biochar dan Asap Cair. Kemudian peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk menyiapkan peralatan, bahan-bahan, dan mencari sisa limbah bambu di sekitaran hutan.

Isti Larasati Instruktur Bamboo Academy (YBLL) menjelaskan pada materi praktik yaitu ada identifikasi bambu dan cara pengambilan spesimen, pembuatan biochar dan asap cair, pembibitan, penanaman, dan perawatannya seperti apa. Sebagai instruktur Isti juga terlibat dalam memfasiltasi teman-teman yang lain yang menjadi narasumber.
“Nah sesuai judulnya training of trainer, jadi harapannya para trainer yang kami training ini dapat menjadi trainer di tempatnya masing-masing,” jelasnya.
Menurut Isti pemahaman tentang bambu dimulai dari proses hulu, tengah, dan hilir. Bagian hulu terdiri dari proses pembibitan, penanaman, perawatan, pengenalan bambu. Kemudian di proses tengah (antara) yaitu lebih ke pemanfaatan produk bambu. Terakhir di proses hilir yaitu menentukan pangsa pasarnya untuk produk-produk bambu.
“Jadi harapannya sirkulasi ekonomi berjalan dari hulu, tengah, dan hilir. Kemudian teman-teman dapat mengetahui manfaat, fungsi, dan jenis-jenis bambu, karena tidak semua jenis bambu itu bisa digunakan untuk anyaman atau laminasi, itu tergantung dari jenis bambunya,” tutupnya.
Menurut Rezal, salah satu peserta asal Bandung, Jawa Barat ia menceritakan betapa bambu ini mempunyai potensi yang sangat besar dari hulu sampai ke hilir, dari budidaya sampai ke produk jadi. Dan itu masih belum banyak tersentuh di daerahnya.
“saya pernah mengunjungi daersh di Banten tepatnya Kabupaten Lebak. Ada satu desa pernah dilakukan survey bambu. Mendapat informasi dari pemerintah disana dalam satu desa itu konon katanya terhitung kurang lebih ada dua setengah juta batang bambu dan itu tinggal di ambil saja, apalagi di budidaya tentu akan menghasilkan manfaat yang lebih besar lagi,” ulasnya.
“Jadi menurut saya kedepannya ini perlu melibatkan banyak pihak, multi stakeholder dari pemerintah, pengerajin, masyarakat, swasta, dan sebagainya. Yuk sama-sama kita bangun industri dari hulu sampai hilir bambu. Karena bambu itu ternyata sangat besar sekali manfaatnya ada fungsi sosial, ekologi, dan ekonomi,” tutup Rezal.
Meskipun disertai hujan lebat di siang harinya, peserta tetap bersemangat membuat biochar dan asap cair di bantu dengan terob berbahan terpal, acara berlangsung sampai sore hari, tepat pukul 17.00 rombongan kembali ke Balai Diklat Industri (BDI), Denpasar.
“Setelah melakukan pelatihan semoga ilmunya bermanfaat dan bisa disebarluaskan.” harap, Bilqis Instruktur dari YBLL.
situs gacor cerutu4d toto togel toto togel




