Ribuan warga memenuhi pantai barat Nusa Penida Jumat lalu.
Nyoman Sukasih termasuk di antara mereka. Guru salah satu SMP di Nusa Penida ini merapikan kostum anak-anak didiknya. Mereka bersiap menampilkan tarian Baris Jangkang di Pantai Banjar Nyuh, Desa Ped, Nusa Penida.
“Saya telah melatih murid-murid ini selama seminggu penuh. Agar penampilannya tidak mengecewakan nanti,” ujar Sukasih.
Para pelajar SMP asuhan Sukasih ini akan menarikan tarian Baris Jangkang bersama ratusan penari laki-laki. Total penari yang diikutsertakan mencapai seribu orang, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
Para penari berkostum putih, memakai selendang kuning, udeng dan kamben cepuk. Kamben cepuk merupakan kain tenun khas Nusa Penida. Masing-masing penari memegang tombak yang di ujungnya terdapat benang tridatu. Tombak memiliki makna kesiapan dalam melawan kejahatan dengan benang tridatu yang berarti kekuatan tiga dewa (Brahma, Wisnu, dan Siwa).
Sesuai nama tariannya, Baris Jangkang, para penari ini berbaris di sepanjang garis pantai membentuk barisan pertahanan. Ketika iringan musik berbunyi, para penari mulai menari. Gerakan tarian terbilang cukup sederhana tetapi lincah menggambarkan prajurit perang di alam bebas. Ada gerakan mengintai, menghindar, dan menombak.
Hal tersebut juga dipaparkan Ayu Wantiasih dari Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Ayu menulis artikel ilmiah Pewarisan Nilai-nilai Kepahlawanan Melalui Pementasan Baris Jangkang Di Desa Pakraman Pelilit, Nusa Penida, Klungkung, Bali (2013).
Dalam artikel tersebut Ayu menyatakan bahwa tarian Baris Jangkang mengisahkan kemenangan prajurit Desa Pelilit atas perang melawan desa tetangganya, Watas dan Tanglad. Warga Pelilit mempertahankan wilayahnya.
Selain mengandung nilai sejarah, tarian ini juga memiliki tingkat kesakralan sangat tinggi.
“Dulu tari ini hanya dipentaskan ketika ada upacara Dewa Yadnya di pura. Namun sekarang biasa ditampilkan di mana saja asalkan tetap dikontrol oleh pemangku,” ujar Sukasih.
Pulau Surga Biru
Penampilan tari Baris Jangkang merupakan salah satu kegiatan pada hari pertama Festival Nusa Penida 2016. Kegiatan lain selama festival adalah pertunjukan wayang, pertunjukan musik, bersih-bersih pantai dan transpalantasi terumbu karang, karnaval budaya, dan masih banyak yang lainnya.
Tak hanya itu ada juga seumlah stan. Ada stan mengenai objek-objek wisata Nusa Penida, stan usaha kerajinan tangan warga setempat seperti kain rangrang, aksesoris, hingga makanan.
Festival Nusa Penida 2016 yang berlangsung pada 7-9 Oktober 2016 ini diselenggarakan di kawasan Pelabuhan Banjar Nyuh. Kawasan ini merupakan tempat bersandar bagi kapal-kapal nelayan setempat dan kapal-kapal milik paket wisata.
Sebuah panggung bernuansa biru putih ditata cukup menarik. Di sisi belakang dan atas panggung terdapat hiasan yang berbentuk ikan Mola-Mola. Ikan yang hanya ditemukan di perairan Nusa Penida ini menjadi maskot festival Nusa Penida.
Festival Nusa Penida 2016 dibuka oleh Kementerian Pariwisata RI yang diwakili oleh Deputi Menteri Pariwisata Bidang Promosi Luar Negeri, Prof. I Gede Pitana dan Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta dengan memotong pita. Pada saat sama juga dilaunchingkan tagline Nusa Penida bertajuk “The Blue Paradise Island”.
The Blue Paradise Island merupakan julukan yang diberikan Menteri Pariwisata, Arief Yahya saat Nusa Penida Festival 2015 silam. Artinya Pulau Surga Biru. Hal ini karena sebagian besar objek wisata di Nusa Penida adalah wisata laut.
Meskipun Nusa Penida disebut-sebut sebagai kawasan paling miskin di Kabupaten Klungkung, Suwirta bertekad akan serius membangun sektor pariwisata di Nusa Penida.
Suwirta mengatakan beberapa pencapaian Nusa Penida. Mantan Gubernur Bali, Dewa Berata menjuluki Nusa Penida sebagai telur emasnya Bali. Pada Nusa Penida pada tahun 2010 ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Kemudian 2016 ini Nusa Penida masuk dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia kategori wisata menyelam terpopuler.
“Inilah yang kemudia menjadi dasar bagi kami menggarap (pariwisata) Nusa Penida secara serius,” ujarnya.
Komitmen itu diwujudkan dalam pembangunan yang terus berkembang di Nusa Penida. Dari 226 km jalandi Nusa Penida kurang lebih sudah 100 km sudah dibangun. “Kami juga prioritaskan perbaikan jalan-jalan menuju objek wisata,” tambahnya. [b]