Sumber: http://www.balipost.com/BaliPostcetak/2007/6/17/bud2.html
Setelah 15 Tahun, Terbit di London
————-
Fokus buku ini adalah pengalaman
Uraian dimulai dengan dampak dari krisis moneter Asia, krisis sosial politik yang menimbulkan berbagai kerusuhan sosial, sampai dengan krisis akibat serangan terorisme 2002 dan 2005 di Kuta dan Jimbaran. “Kami juga membahas wacana perdebatan penolakan nominasi Pura Besakih sebagai warisan budaya dunia,” ujar Darma kepada Bali Post baru-baru ini.
Ahli pariwisata Richard Butler dan Adrian Vickers memberikan komentar dalam buku ini. Menurut Butler, buku ini penting karena secara menarik membahas hubungan kebertahanan budaya Bali dengan globalisasi lewat pariwisata. Sementara Adrian Vickers menulis bahwa buku ini merupakan kajian komprehensif tentang Bali sejak 15 tahun terakhir, dan yang pertama pasca-bom Bali.
Buku ini ditujukan bagi kalangan mahasiswa, akademik, pengusaha, dan pengambil keputusan pembangunan pariwisata. Isinya diharapkan dapat memperkenalkan kepada dunia luas pengalaman Bali dalam mengembangkan pariwisata, khususnya dalam mengelola krisis kepariwisataan, di tengah-tengah dampak positif dan negatif dari globalisasi.
Jarang Ditulis
Topik pariwisata Bali banyak dibahas dalam berbagai seminar dan dialog bisnis, namun penulisan buku yang lebih menyeluruh jarang terjadi. Buku serius dan mendalam tentang pariwisata Bali, menurut Darma, terbit tahun 1992 (1996) karya Michel Picard dari Paris, berjudul “Bali, Cultural Tourism and Touristic Culture”. “Setelah lima belas tahun, barulah ada buku tentang pariwisata Bali terbit,” jelas Darma yang kini tengah menjadi peneliti tamu di School of Languages and Comparative Cultural Studies, University of Queensland, Australia.
Tampil merah mencolok, kulit buku ini dihiasi foto dari kompleks Pura Besakih dan monumen bom Bali di London. Monumen London diresmikan oleh Pangeran Charles pada Oktober 2006. Ilustrasi kulit buku mencerminkan bahwa penulis buku ini berasal dari Bali dan London.
Gagasan awal menulis buku ini sudah disepakati sejak 2003 ketika Darma dan Michael melakukan riset bersama di Bali. Saat itu, Michael juga sempat mengikuti sidang-sidang kasus bom Bali di Nari Graha. Kegiatan penulisan baru dimulai 2004, ketika Darma diundang ke London sebagai peneliti atas biaya Sutasoma Trust hasil perjuangan Michael dan Prof IB Adnyana Manuaba lewat program kerja sama universitas.
Michael adalah antropolog yang mendalami pariwisata dan kebudayaan Indonesia. Dia sering tampil sebagai komentator TV/Radio BBC London untuk masalah Indonesia. Michael baru saja menerbitkan buku tentang batik sebagai desain interior yang diprakarsai oleh mantan Menteri Pariwisata Joop Ave.
Sedangkan Darma adalah dosen Fakultas Sastra Unud yang pernah menjadi wartawan pariwisata. Riset untuk buku ini dilakukan di sela-sela kegiatannya menjadi penerjemah untuk televisi ABC Australia dalam liputan sidang bom Bali. (tin)
saya tertarik dengan buku mengenai pengelolaan krisis dalam industri pariwisata diatas, kebetulan saya sedang mengadakan penelitian mengenai manajemen krisis dalam industri pariwisata dengan studi kasus Bali pasca Bom 2005. Dimana kira-kira saya bisa mendapatkan buku tersebut, karena saya rasa buku mengenai hal tersebut masih sangat jarang padahal industri pariwisata merupakan sektor yang sangat rentan akan krisis karena dipengaruhi oleh berbagai hal disekitarnya. Jadi buku ini saya rasa dapat dijadikan referensi bagi dunia pariwisata dalam memahami dan mengelola krisis yang sedang, sudah atau belum dihadapi. Mohon informasi mengenai buku tersebut, terima kasih.
srimas
mas, saya lg penelitian mengenai festival…apa mas punya contact person atau informasi mengenai festival kesenian Bali…terima kasih
wow menarik banget bukunya.. kebetulan juga saya sedang mengambil skrpsi tentang tourism, kalau boleh tau dimana saya bisa mendapatkan bukunya??
terima kasih