Pertengahan Mei di kawasan Kerobokan, Kuta, Bali.
Asana Viebeke Lengkong, aktivis sosial, mendapat kunjungan sejumlah kelompok masyarakat. Ada dua rombongan warga dari Desa Kapal dan Desa Plaga berdiskusi tentang wilayahnya sesuai potensi desa mereka.
Desa Kapal yang dikomando anak mudanya berencana mengambangkan program ekowisata desa, sementara Plaga bergiat dengan koperasi untuk menggairahkan ekonomi desa.
Rumah Asana Viebeke tak surut kedatangan pengunjung. Setelah itu, beberapa orang asing juga datang memenuhi ruang tengah rumahnya yang bak bale banjar, suatu tempat berkumpul bagi warga di Bali. Ini beralasan karena keseharian perempuan paruh baya ini adalah memetakan persoalan ekonomi, potensi desa, pendidikan bagi desa di daerah yang tak tersentuh di Bali, anak-anak berpenyakit yang terabaikan, dan lainnya.
Masalah-masalah keseharian inilah yang ditindaklanjuti I Am an Angel (IAA), sebuah komunitas para dermawan yang diorganisir Asana bersama sejumlah koleganya. Bisa dibilang IAA adalah salah satu lembaga donor swadaya, suatu yang langka di Indonesia, yang dananya dikumpulkan melalui individu atau lembaga secara gotong royong. Hal yang sangat sulit dilakukan banyak lembaga swadaya masyarakat non profit sejenis.
Terakhir pada 2007, IAA berhasil menggali dana lebih dari USD 50.000 dari acara KU DE TA charity fundariser, yang dicetuskan oleh beberapa ekspatriat yang ingin berbagi di Bali.
I’m an Angel terdengar sangat menggairahkan hidup Anda?
Gairah itu datang karena ada sesuatu yang mempunya nilai, makna hidup? Ketika gayung bersambut dan teman-teman mendukung apa yang kita kerjakan. Bagaimana ketika melalui proses yang sangat lamban akhirnya kita bisa meyakinkan orang lain. Kita bisa melayani lebih baik, lebih banyak dan ketika ’sharing’ menjadi pemikiran yang di pahami? Proses yang ralatif lama tetapi ternyata tersebar juga dan disambut juga, hal yang tidak di rencanakan dan tidak terduga.
Dengan penuh keriangan, Viebeke bercerita soal petualangannya blusukan ke dusun yang sulit dijangkau di Bali. Wilayah yang tersembunyikan di tengah hingar industri pariwisata. Memberikan telur dan obat bagi anak-anak korengan di Muntigunung. Terakhir, mengusahakan saluran air bersih ke Trunyan, suatu daerah perbukitan tanpa air dan listrik. Daerah dengan keunikan tradisi, yang kini terstigma sebagai kawasan menakutkan bagi pelancong.
A journey, demikian Viebeke menyebut petualangannya itu. Yang telah dijalaninya sejak kecil, ketika sang ayah yang pengusaha perkapalan di Indonesia itu kerap meninggalkan Viebeke di desa-desa kecil, untuk memahami bagaimana kemiskinan itu terjadi dan belajar memeranginya.
Cerita soal anak korengan dan membuat saluran air di desa berbukit-bukit memang terdengar bak malaikat penolong. Bagaimana sang malaikat memberikan arti hidup untuk mereka yang terabaikan itu?
Malaikat ini hanya bisa berfungsi ketika masyarakat memahami apa kebutuhan mereka, dan untuk sampai ke tahap tersebut ada sesuatu yang penting yang harus dilakukan yaitu “berkomunikasi”. Mendengarkan sambil menawarkan beberapa jalan keluar kalau dapat dilaksanakan oleh mereka dan masyarakat paham akan kebutuhannya. Mereka yang terabaikan adalah karena memang tidak diberdayakannya sistem keamanan sosial. Pertolongan dan programnya ada tetapi menjadi sukar untuk di jangkau.
Sayap malaikat hanya bisa berkepak ketika ada angin dukungan dari banyak pihak sekalipun pihak yang tidak memihak, karena semuanya saling menghembus dan berdaya dorong. Hanya dengan ketulusan berbagi lah kita bisa membangun makna hidup bersama. Jadi spiritnya adalah berbagi bukan memberi.
Berkali-kali Viebeke mengingatkan soal mekanisme sharing bantuan ini. Menurutnya tiga hal yang penting dari prinsip kedermawanan ini adalah sebagai giver, taker, dan sharer. Ribuan anak-anak miskin di desa-desa terpencil di Bali, tak hanya diberikan bantuan nutrisi, beasiswa pendidikan, atau dibangunkan ruang kelas. IAA menerapkan mekanisme pemberdayaan yang diharapkan terjadinya perubahan kualitas hidup secara permanen.
IAA paling banyak mendukung berbagai program pengembangan masyarakat di dua kabupaten yang menyimpan banyak kantong kemiskinan di Bali, Buleleng dan Karangasem. Namun beberapa desa yang maju namun ingin mengembangkan potensi lain juga mendapat dukungan IAA, misal program ekowisata desa, pemberdayaan perempuan, dan pendidikan non formal.
Bagaimana agar orang lain dapat terlibat dalam I Am an Angel ini?
Seperti kesepakatan yang ada di dalam proses tatanan sebuah kelompok, IAA adalah sebuah kelompok dermawan dengan berbagai alasan dan persepsi. Saya mengemasnya dalam kriteria program dengan spirit berbagi karena sekaya atau semampu apapun seseorang atau sekelompok orang dalam kedermawannya tidak ada yang lebih bermakna selain memahami apa yang menjadi permasalahan yang meletakkan manusia dalam level kehidupan ’tidak berdaya’. Maka menjadi dermawan adalah mulia tapi lebih mulia apabila kita bisa meletakkan sesama manusia dalam level yang berdaya. Berdaya dalam hal memilih kehidupan yang mempunyai kesempatan untuk hidup bukan hanya sekadar hidup, tetapi juga mempunyai mimpi dan harapan.
Bagaimana para dermawan ini juga terlibat dalam pemberdayaan itu?
Mereka melakukan hal-hal yang tidak dapat terduga sebelumnya. Kesiapan seseorang untuk melihat kenyataan kehidupan diluar dari dunia kehidupannya sendiri, mencoba untuk memahami lebih daripada memahami diri sendiri, siap untuk tidak memaksakan kehendak, siap untuk menjauhkan diri dari kepentingan pribadi, siap untuk berbagi. Semuanya dalam konteks proporsi. Jangan lupa siap juga untuk patah hati.
Selain di IAA, Viebeke juga terlibat di banyak komunitas gerakan lain, seperti Parum Samigita, sebuah kelompok perwakilan warga yang menjadi fasilitator dalam berbagai persoalan sosial dan lingkungan di daerah Seminyak, Legian, dan Kuta (Samigita).
Apakah Parum Samigita ini dapat menjaga keseimbangan pembangunan pariwisata di Kuta? Bagaimana dengan tanggung jawab pelestarian lingkungannya?
Parum itu sebenarnya adalah sebagai sebuah lembaga yang dipilih oleh masyarakat untuk menjadi fasilitator dalam banyak dinamika kehidupan di masyarakat. Parum harus jeli melihat yang tidak seimbang dalam pembangunan dari segala aspek kehidupan, hukum, sosial, ekonomi, kutural dan lingkungan.
Selain lingkungan, juga berperan pada revitalisasi Kuta sebagai komunitas peradaban dunia bukan hanya sekadar entitas industri pariwisata. Misalnya ketika membangun kampanye kemanusiaan dan tanggung jawab sosial pasca peledakan bom 12 Oktober 2002 lalu. Bagaimana itu dijalankan?
Semaksimal mungkin dapat meninggalkan semua perasaan yang kurang enak dan lebih fokus terhadap kehidupan kedepan. Bencana dalam kehidupan manusia sudah given, tapi manusia dilengkapi dengan segala perangkat untuk bisa bertahan hidup atau malahan memilih untuk hidup lebih baik lagi ke depan. Bukan berarti kita melupakan apa yang pernah terjadi karena itu sebenarnya banyak mengandung pesan untuk proses pendewasaan manusia itu sendiri.
Tidak tertarik terjun ke dunia politik, mengambil peluang untuk mengubah kebijakan?
Kehidupan adalah gerakan politik itu sendiri. Bagaimana kita makan, sekolah, dan lainnya. Saya tidak menghendaki kekuasaan, karena politik kita masih perang kekuasaan. Kita ini bangsa yang melanggar konstitusinya sendiri, maka kita belum siap dan bisa menemukan seorang pemimpin yang mempunyai komitmen kuat untuk menjalankan konstitusi dan aturan aturan pendampingnya. Pemimpin yang berkompetensi dalam merealisasi program masyarakatnya. Membangun kepedulian masyarakat dunia melalui jaringan. Merencanakan dialog dialog terbuka masyarakat, dan menggali berbagai potensi positif juga negatif seperti konflik. Saya hanya mau (terjun ke politik), jika saya memang ditunjuk langsung oleh masyarakat bukan karena saya harus dipilih. [b]
Catatan: Tulisan ini juga dimuat di Media Halo edisi Juni 2008.
Hello..
gw cuma mau ngasi tau, ada birthday-contest dari Pink! Hadianya free hosting & domain! Lumayan kan.. cukup lah untuk blog baru. Syaratnya juga gampang, salah satunya punya blog. Keterangan lebih lanjut silahkan lihat blog gw http://www.movie-holic.net atau http://gamemini.blogspot.com Ada small banner di situ. Oke, thanks..
dear Angel,
Maaf saya baru saja baca dan mendenger informasi mengenai NGO ini yang ada di kerobokan dan kebetulan saya semenjak kuliah dan sekarang juga kerja di NGO sangat tertarik dengan kinerja serta hasil capaian dari rekan-rekan NGO lainnya. namun dari ini di atas saya belum dapat informasi penuh mengenai IAA ini dan kalau memang berkesempatan bisakah saya di share infonya
salam lestari,
Wira Sanjaya