Uji Publik calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Denpasar dilaksanakan pada 14 November 2024 bertempat di Ruang Nusantara, Gedung Agrokomplek Universitas Udayana. Tema yang diusung adalah “Demokrasi dan Partisipasi: Membuka Ruang Dialog Antara Pemangku Kepentingan dan Masyarakat” dengan tiga sub tema, yaitu lingkungan, tata kota dan kelola kebijakan, serta kesejahteraan masyarakat. Sesi pertama dihadiri oleh pasangan calon nomor urut 02, I Gusti Ngurah Jaya Negara dan I Kadek Agus Arya Wibawa yang menyampaikan visi misi, serta program yang dicanangkan untuk menjawab permasalahan di Kota Denpasar. Mari kita simak jawaban dari pasangan calon Jaya – Wibawa.
Pengelolaan sampah berkelanjutan dan minimnya RTH publik
Pertanyaan: Apakah ada sinergi pemerintah Kota Denpasar dan pemerintah Provinsi Bali dalam pengembangan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan? Apa saja langkah nyata yang akan dilakukan oleh Anda untuk mewujudkan sinergi untuk pengelolaan sampah yang lebih baik?
I Gusti Ngurah Jaya Negara: Realita yang dilakukan untuk pembangunan TPST Kertalangu lahannya milik provinsi dan bangunannya dikerjakan pemerintah pusat. Itulah salah satu sinergitas penanganan sampah. Namun yang kami sampaikan karena pihak ketiga tidak bisa menyelesaikan permasalahan sampah, TPA di Suwung harus ditutup karena akan mengganggu masalah pariwisata. Karena sekarang pihak provinsi sudah akan menyiapkan lahan di Temesi sebanyak 5 hektar dan anda juga pihak swasta yang menyiapkan lahan di Temesi 5 hektar. Jadi di sana akan dibangun pabrik yang akan dikerjakan beberapa provider, salah satunya dari China yang akan menggunakan incinerator. Satu harinya hampir 2000 ton per hari. Kami di Denpasar, yang pertama kita akan membayar fee, kemudian menyediakan angkutan truk di Denpasar ke Temesi.
Pertanyaan: Bagaimana strategi dan program kerja yang akan diajukan oleh masing-masing calon untuk mematuhi kesesuaian fungsi ruang terbuka hijau publik yang ada di Denpasar serta usaha untuk meningkatkan manfaat RTH publik tersebut?
I Gusti Ngurah Jaya Negara: Yang pertama dengan penetapan RTRW kita sekarang, di Denpasar ini sudah ditetapkan 900 hektar menjadi lahan sawah dilindungi. Lahan sawah dilindungi tidak boleh dipecah, kalaupun dipecah boleh minimal 50 are. Salah satu yang sudah kami lakukan ada subak Sembung dan Penatih, itu namanya Subak Lestari. Semua jalur hijau untuk pertanian dan kawasan hijau, kami bebaskan pajaknya. Kalau pertanian ada subsidi pupuk dan hasil panennya kita beli oleh pemerintah. Kami ada di Bhukti Praja mengelola satu bibit, artinya di akan membeli harga pasar satu rupiah di atasnya. Untuk mempertahankan eksistensi pertanian di Denpasar, kami membentuk subak lestari. Pertama pajaknya digratiskan, kedua kita memberikan subsidi pupuk, ketiga membeli hasil pertaniannya.
Kesenjangan sosial di Kota Denpasar
Pertanyaan: Kesenjangan sosial masih nampak di kota Denpasar, seperti perumahan kumuh tanpa sarana sanitasi memadai dan banyaknya pengemis anak di jalanan, apa yang akan dilakukan untuk merespons masalah ini?
I Kadek Agus Arya Wibawa: Orang miskin ini adalah bagian dari masyarakat marginal. Inilah fokus kami ingin memberikan kota sesuai dengan misi kami yang pertama, meningkatkan kemakmuran masyarakat. Pertama, kami akan membangun rumah terpadu yang sudah dirancang 2025. Di sana lah ruang konsultasi akan kami bangun. Rumah terpadu yang tidak hanya memfasilitasi masyarakat yang ekonominya rendah. Termasuk juga adik-adik yang terkena gangguan psikologis bisa ke sana. Inilah kita sudah rancang sudah hampir 3 miliar kita akan bangun di tahun 2025 rumah terpadu. Di bangun di Dauh Puri Kaja. Kemudian ada juga puspagam, pusat pelayanan keluarga. Ini sudah berjalan program kami.
Pertanyaan dari audies
Pertanyaan: Ruang kreatif Dharma Negara Alaya sekarang berbayar. Bagaimana tanggapan Bapak apakah masih akan tetap berbayar untuk selanjutnya?
I Gusti Ngurah Jaya Negara: Kami sadar DNA itu sebenarnya kita berikan ruang untuk creative hubnya anak muda. Di sana juga ada mini teater kita siapkan, yang suka dia dokumenter buat film, kita juga ada studionya di sana, yang ada suka untuk latihan penyiar kita adakan. Banyak sekali kesempatan, di atasnya itu ada panggung terbuka. Sekarang kita berlakukan sewa hanya di atas karena perawatan gedungnya cukup tinggi. Karena kita juga yang pertama ingin memberikan benar-benar ada seleksi siapa yang tampil, tapi untuk di lantai dua untuk mendorong anak muda, kita sudah akan cabut perwali tersebut. Karena akan disinergikan dengan Yowana Suci. Kami di Denpasar setiap tahun ada pelatihan untuk anak muda, kita prioritas hampir 100 orang setiap tahun, ada kerja sama sama dengan Primakara. Nanti hasilnya ada sertifikasi dan mendapatkan bantuan pendanaan dari BPD.
Pertanyaan: Mengenai pendidikan, apakah menurut Bapak sistem zonasi itu cocok diterapkan di daerah seperti Denpasar gitu?
I Kadek Agus Arya Wibawa: Kami pemerintah kota menerapkan sistem zonasi dalam sistem pendidikan itu adalah mengikuti aturan pusat. Kalau misalnya pusat menganggap sistem itu tidak cocok, pasti kita akan mempolakan sesuai dengan apa yang menjadi arahan pusat. Tetapi secara prinsip, sistem zonasi itu jujur kami katakan bahwa dengan keberadaan jumlah SMP yang ada, justru Kota Denpasar ini yang paling dirugikan. Karena belum merata jumlah SMP yang ada. Contoh daerah blank spot itu adalah Penatih, mau sekolah SMP 8 jauh, SMP 14 jauh, SMP 7 jauh, ke SMP 13 jauh. Oleh karena itu, keluhan inilah yang kita ingin jawab. Selama zonasi itu masih berlaku, kami akan menggenjot pembangunan beberapa SMP lagi. Dalam periode pemerintah kami sudah membangun tiga. Astungkara tahun 2025 bertambah satu, SMP 17. Kemudian Astungkara 2026 kita akan tambah satu, daerah Pemecutan Kelod kita akan membangun SMP. Sehingga tidak ada daerah blank spot di Kota Denpasar.
I Gusti Ngurah Jaya Negara: Agar kita juga ingin mewujudkan pendidikan yang berkualitas, kami transparan di dalam PPDB tersebut. Walaupun anggota dewan siapapun itu tidak boleh ikut campur, begitu pengumuman itu anak-anak bisa sekolah jadinya tidak lagi boleh ada momen susulan tidak ada karena kita ingin anak-anak itu biar mendapatkan tempat sesuai dengan haknya dan karena kami punya prinsip pendidikan harus mulai dari dengan bagaimana transparan untuk di dalam anak-anak bersekolah.
Pertanyaan: Sistem zonasi ini mendapatkan beberapa penolakan, kebetulan beberapa generasi sebenarnya masih kurang menerima nih Pak. Kebijakan zonasi mungkin mengklasifikasikan satu sekolah sebagai sekolah yang masih kurang kemudian sekolah yang dia inginkan cuma nggak masuk sekolah tersebut. Gimana nih Pak menyikapi hal tersebut?
I Gusti Ngurah Jaya Negara: Dalam visi kami kan menjadikan Denpasar sebagai kota kreatif berbasis budaya. Dalam Wasudewa Wakya, ada sinergitas dan kolaborasi. Jadi membangun pendidikan di Kota Denpasar tidak bisa di pemerintah saja, tapi juga mendorong swasta ikut memberikan kontribusi. Kalau semua diambil oleh negeri, kasihan juga swasta yang ingin memberikan kontribusi. Banyak para anak-anak yang tamatnya swasta itu juga memberikan malah lolos ke memberikan prestasinya. Jadi kita melihat, kalau semuanya diambil negeri, kasihan juga swasta yang ingin berkontribusi peningkatan kualitas pelayanan pendidikan. Makanya kami membangun sinergitas dan kolaborasi dengan sekolah swasta itu bagaimana kita capaian indikatornya itu pasti indeks pembangunan manusia. Kita ingin menyeimbangkan dunia pendidikan tidak hanya negeri, tapi swasta juga kita dorong untuk memberikan kontribusi.
I Kadek Agus Arya Wibawa: Adik-adik perlu ketahui ada satu SMP PGRI yang menerima murid sampai 500. Kalau dulu sebelum kami memimpin, swasta sekolah yang ditinggal. Sekarang rata-rata, sekolah swasta itu ada yang menolak, mencapai angka 500. Artinya, SMP swasta mulai upgrade diri mereka bagaimana mereka bisa menyamakan standar dengan negeri. Kemudian pemerintah hadir di sana. Di swasta itu bagaimana kita memberikan subsidi kepada mereka sehingga mereka bisa naik grade-nya mereka, sehingga sama standarnya dengan negeri. Satu lagi contoh, minggu depan salah satu kepala sekolah SMP PGRI di Denpasar mewakili Bali di tingkat nasional, bagaimana mereka tata kelola sekolah smp pgri 2. Mereka bangga sekarang. Kalau dulu mereka minder. Dari kebijakan yang kita lakukan bagaimana mensinergikan SMP negeri dan SMP swasta ini.
Pertanyaan: Bagaimana cara Bapak menekan angka kriminalitas serta bagaimana cara menyalurkan dana APBN dan APBD agar efisiensi ke seluruh wilayah di kota Denpasar dalam upaya memajukan kota Denpasar dalam 5 tahun ke depan ini?
I Gusti Ngurah Jaya Negara: Pertama berkaitan dengan kriminalitas. Denpasar ada forum koordinasi pimpinan daerah, ada wali kota, dandim, kapolresta. Dalam perjalanan itu kita membentuk tim gabungan, ada satpol PP, TNI, polri, dan kepolisian. Tim gabungan ini bergerak secara masif, di mana ada titik rawan itu yang akan menjadi pantauan dari tim gabungan. Kami juga melakukan rutin laporan penerimaan penduduk. Kita ada namanya saba upadesa, terdiri dari bendesa, linmas, pecalang, babinmas. Ini akan memberikan peran untuk kasus yang bersifat adat. Saba upadesa akan hadir berkenaan dengan adanya kriminalitas di desa adat.
Pertanyaan: Apakah dari bapak memiliki rencana pemberian beasiswa atau bantuan pendidikan untuk membantu siswa dari keluarga yang kurang mampu?
I Gusti Ngurah Jaya Negara: Itu sudah pasti, bagi mahasiswa tidak mampu dia ada anggaran pemerintah sampai sarjana. Tadi disampaikan oleh Pak Kadek, misalkan ada mahasiswa PPDB begitu dia tidak mampu, dia otomatis akan lolos sekolah. Misalnya, KTP Denpasar, dia tidak lolos PPDB dan harus mencari swasta, kita memberikan insentif hampir Rp1.5 juta untuk pembayaran depan. Kita harapannya dapat menjaga pemerataan tidak hanya di negeri. Dia juga intinya ini bagi mahasiswa berprestasi akan mendapatkan tanggungan dari pemerintah sampai tamat kuliah. Ada BPJS ketenagakerjaan bagi orang tua juga. BPJS ketenagakerjaan nanti anaknya juga akan tetap dapat layanan sampai tamat kuliah.
Pertanyaan: Kita sudah memiliki dua tempat untuk generasi muda, tapi di Denpasar belum ada perpustakaan yang memadai untuk mahasiswa. Mahasiswa ketika buat skripsi bingung dapat referensi dari mana. Ketika berkunjung ke Dinas Perpustakaan ternyata nggak terbuka. Apakah sekiranya bisa membangunkan perpustakaan ataupun satu lagi sport center di Denpasar supaya kami generasi muda bukan hanya berkreativitas tapi juga olahraga?
I Gusti Ngurah Jaya Negara: Kita di Dinas Kearsipan sebenarnya diberikan subsidi Rp10 M untuk bangun perpustakaan. Karena ada kendala juknis, kami tidak memanfaatkan. Tapi kami siapkan anggaran Rp28 M untuk membangun perpustakaan terpadu di Lapangan Lumintang. Itu sangat memberikan inspirasi untuk anak muda. Perpustakaan yang ada kan hanya di DNA dan Taman Janggar. Itu kolaborasinya dengan beberapa UMKM anak muda. Itu pembangunannya persis di depan gedung DNA. Mudah-mudahan kita sudah anggarkan di 2025. Begitu pun sport center, di Lapangan Buyung yang sekarang ini agak tua akan ada sport center terpadu di sana, yang bisa untuk basket, voli, karate, dan lain-lain. Perpustakaan sedang kita siapkan untuk anak muda di Denpasar.
I Kadek Agus Arya Wibawa: Saya tahu sekali keinginan dan aura anak muda. Datang ke perpustakaan selama ini menganggap bahwa di perpustakaan kita hanya baca buku. Kecenderungan sekarang di tempat ngopi, adik mahasiswa sambil ngopi sambil baca buku. Pemerintah kota hadir untuk memunculkan itu. Kita sudah ada desainnya, itu keren, di lantai bawah bisa ngopi, di atasnya ada perpustakaan. Tempatnya di Lumintang. Komitmen kita adalah membuka ruang terbuka atau ruang publik lainnya karena kebutuhan masyarakat Denpasar makin banyak ke depannya. Kami akan buat sport center. Kita akan revitalisasi Lapangan Buyung. Kemudian kita juga ingin membangun, yang sering nongkrong di Tukad Barito, kita akan buat area khusus seperti kalau anak Jakarta bilang daerah Kemang, tempat pertumbuhan ekonomi yang baru. Trotoarnya cukup lebar di sana, kita akan bangun pedestrian, lampu-lampu hias. 2025 sudah mulai digarap. Cuman mohon maaf dari Barito Utara baru sampai perempatan. Nanti kita akan lanjutkan ke timur, sehingga di sana akan terjadi pertumbuhan ekonomi yang tertata. Daripada sekarang kan pertumbuhan ekonomi di sana anak muda, cuma wilayahnya belum tertata rapi.
I Gusti Ngurah Jaya Negara: Sebenarnya tadi Pak Kadek menyampaikan rumah terpadu. Di sana kita membangun 3×2 emang tidak banyak, ada namanya rage room. Banyak anak muda kita yang mengalami stres, sekarang ini kan biasa dilakukan di tempat umum. Di rage room itu ada TV, nanti anak muda bisa menghancurkan barang yang ada di sana. Itu bagian dari psikolog, bagaimana kita menghilangkan stress anak-anak, ada dari sisi dia harus teriak, tapi dia juga ingin menghancurkan barang. Sampai sebegitunya kita siapkan karena kita ingin anak-anak muda kita bangkit dan kuat.