Teks Wendra Wijaya Foto Gusti Dibal Ranuh
Sinar yang ditembakkan melalui LCD projector pada selembar kain putih melahirkan siluet. Diiringi instrumen world music dan senandung tembang Maha Asa, perempuan dan lelaki meliukkan tubuhnya di atas panggung.
Perlahan, kain putih itu tersingkap. Ayu Laksmi dan penari kontemporer Made Tegeh Okta, pasangan penari itu, terlihat sempurna. Tak lagi menjadi bayangan.
Apa yang mereka tampilkan secara teatrikal menjadi refleksi sebuah perjalanan hidup Laksmi, bahkan dapat menjadi cermin banyak orang. Selama ini, Laksmi seringkali bermimpi tentang keindahan yang menjadi nyata, yang akhirnya menjadi bagian dan menyatu dalam hidupnya.
“Kini mimpi itu menjadi nyata. Saya benar-benar bersyukur. Jadi sekarang bisa saya katakan, kita bisa bermimpi apa pun yang ingin kita impikan, dan kita bisa bermimpi menjadi apa pun yang kita inginkan,” kata Laksmi saat soft launching albumnya yang bertajuk Svara Semesta, Sabtu malam lalu di kediaman keluarga besarnya di Singaraja.
Kreativitas dan daya cipta penyanyi kelahiran Singaraja, 25 November 1967 dengan mengambil elemen budaya dan tradisi nusantara yang kemudian diterjemahkannya lewat Svara Semesta menjadi bagian dari doanya. Kidung sebagai warisan leluhur dan musik populer pun dipilih sebagai wahana kontemplasi. “Apa yang saya persembahkan dalam album merupakan gabungan berbagai perasaan dengan kekosongan batiniah yang menjadi konsep dasar seluruh proses penciptaan,” tegasnya.
Betapa sulitnya mendobrak musik pop dan melayu yang kini mendominasi blantika musik di tanah air disadari betul oleh Laksmi. Kendati demikian, kondisi tersebut tidaklah membuat dirinya berkecil hati. Besarnya optimisme Laksmi atas lagu dan musik yang ditawarkannya tentu sangat beralasan, apalagi saat ini panggung-panggung seni budaya semakin diminati masyarakat luas, terutama di panggung internasional.
Menurut Ayu Laksmi, Svara Semesta didedikasikan sebagai suatu persembahan. Selain itu, menurutnya, dukungan yang tak pernah putus diberikan, baik dari keluarga, teman-teman, hingga masyarakat yang pernah menyaksikan penampilannya juga menjadi kekuatan yang mendorong munculnya album ini. “Saya yakin, setiap apa pun yang mengisi semesta, termasuk world music yang saya tampilkan, memiliki tempat dan jalannya masing-masing,” ucapnya.
Dalam setiap pertunjukannya, Laksmi identik dengan teratai dan dupa yang memunculkan nuansa magis. Karakter ini sangat jauh dari kesan garang yang sebelumnya melekat pada dirinya ketika menjadi lady rocker di tahun 1980-an. Kini ia “terlahir” kembali menjadi dewi dalam balutan busana putih berpadu poleng (motif hitam putih), dengan langkah anggun dan lantunan kidung kontemporer khasnya sendiri.
Pilihan Laksmi untuk lahir kembali tentu bukan keputusan yang mudah. Ia harus menanggalkan seluruhnya, meninggalkan dunia yang justru telah membesarkan namanya. “Bali selalu memanggil saya untuk kembali. Hidup itu mengalir sehingga saya memilih mengalir di dalamnya,” kata Laksmi. Dia pernah bergabung dengan beberapa musisi, seperti bersama Tropical Transit dan Dewa Budjana dalam Nyanyian Dharma.
“Tapi kini, saya sudah punya kendaraan sendiri, mengemudikannya sendiri, berupa album Svara Semesta,” ujarnya. Dalam album ini Laksmi dibantu para penulis, seperti Sugi Lanus, Cok Sawitri, Adrian T. King, dan Robyn Cash.
Sebagai seorang perempuan, Laksmi termasuk perempuan yang tangguh. Kegagalan demi kegagalan serta riang getir perjalanan hidupnya menjadi guru terbaik baginya. Ketangguhan Laksmi tidaklah bisa dipisahkan dari Singaraja sebagai tanah kelahirannya. Karakteristik masyarakat Singaraja yang keras, kompetitif, tangguh, dan budaya tandingannya telah menyatu dalam dirinya, membentuk Laksmi menjadi pribadi yang kuat dan pantang menyerah.
Ziarah
Bukanlah tanpa alasan jika Laksmi memilih menggelar soft launching albumnya di rumah keluarga besarnya sendiri. Langkah Kecil, Langkah Besar Berawal dari Rumah yang menjadi konsep soft launching tersebut menjadi gambaran keinginan Laksmi untuk menziarahi masa lalunya. Rumah merupakan awal kelahiran doa-doa sebelum menapak perjalanan panjang kehidupan.
“Rumah bagi saya merupakan pusat dunia, pusat semesta kehidupan saya. Saya melibatkan seluruh keluarga, seperti Ayu Weda, Ayu Partiwi, serta Arya Wirawan yang saya mohonkan sebagai MC. Saya ingin, keluargalah yang pertama kali mendengar karya saya. Kalaupun publik juga sudah menikmatinya, ini penting agar mereka tahu terlebih dulu apa yang saya tawarkan. Saya tak ingin orang membeli kucing dalam karung, membeli CD album saya tapi tidak tahu apa yang dipersembahkan di dalamnya,” ucap Laksmi.
“Saya juga sengaja menghadirkan kuliner khas Singaraja seperti siobak dan blayag di sini sebagai bentuk penghormatan terhadap kekayaan lokal Singaraja. Saya hanya ingin mengawali saja, melalui hal-hal kecil dan sederhana sesuai kemampuan saya. Saya harapkan ke depan terdapat lebih banyak kantung budaya di Singaraja, yang bisa muncul ke permukaan,” tukas Laksmi dalam acara yang juga dihadiri para seniman dan budayawan, serta tokoh-tokoh Singaraja yang telah muncul ke permukaan, seraya menambahkan sengaja memilih menggelar acara tersebut bertepatan dengan Hari Suci Sarasvati sebagai bentuk apresiasi terhadap anugerah pengetahuan, seni, dan sastra.
Dalam soft launching tersebut, Laksmi menembangkan delapan dari sebelas lagu yang terangkum dalam Svara Semesta, yakni Maha Asa, Tri Kaya Parisudha, Ibu, Brothers and Sisters, Breathing, Wirama Totaka, Om Mani Padme Hum, dan Reinkarnasi. Selain itu, ekspresi estetika pertunjukan melibatkan Made Tegeh Okta dan Dayu Ani (tari kontemporer), Sanggar Santhi Budaya (tari rejang), Cok Sawitri (bondres), dan musisi muda berbakat dari berbagai daerah di nusantara. Sementara untuk menerjemahkan musikalitas, delapan dari sebelas lagu yang terangkum dalam Svara Semesta dipercayakan kepada Eko Wicaksono, , seorang music director muda berbakat yang berdomisili di Bali. [b]
sy dukung kenalkan kidung, betapa sakral dan anggunnya kidung itu,dlm bentuk yg anda buat. Lakukan lbh luas(KIDUNG PANCAYADNYA)>Dimana bisa beli CDnya. Cari teman lebih banyak sesama BULDOG(buleleng dogen).Contact Buleleng Jengah. Asli saya:jl Pahlawan 11,BanjarTegal.Astungkara
osa erli kagum sangat disetiap performance bu ayu laksmi
metaksu.. buat erli selalu sadar ad keindahan hidup di balik penampilan yg berbau magis ituu hehehe 🙂
terus berkarya bu’ ayu laksmi
and congratulation ^^