Kabar mengejutkan datang dari pengelola jalan tol Bali Mandara.
Menurut berita di berbagai media lokal, PT Jasamarga Bali Tol (JBT) akan membangun tempat istirahat di tengah jalan tol satu-satunya di Bali itu. Salah satu fungsinya adalah sebagai latar belakang selfie. Iya, tempat selfie.
Berdasarkan informasi di Tribune Bali, tempat istirahat yang juga area pelayanan wisata itu akan berada di sisi timur bagian tengah jalan tol. Dari sana pengguna bisa melihat pemandangan laut, hutan mangrove, serta kapal pesiar dan nelayan yang parkir di Pelabuhan Benoa, sebagai latar belakang selfie.
Rest area itu akan akan dibangun pada akhir 2017.
Di tempat istirahat seluas 30.000 meter persegi ini akan disediakan fasilitas tempat istirahat bagi wisatawan usai mereka jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat menarik di Bali.
Bentuk bangunannya dua lantai di atas tiang pancang di atas laut. Jadi, konon tidak perlu reklamasi.
“Rencana konstruksinya sama seperti jalan tol, dibangun di atas laut dengan menggunakan pondasi tiang pancang. Sehingga tidak menimbun laut dengan tanah, dan tidak bermasalah dengan isu reklamasi yang jadi sorotan belakangan ini. Letaknya juga berhimpitan dengan jalan tol,” kata Direktur Utama JBT, Akhmad Tito Karim sebagaimana ditulis Tribune Bali.
Tito mengaku masih menunggu izin dari Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) untuk bisa memulai konstruksi rest area ini.
Di bangunan itu nantinya akan ada berbagai fasilitas seperti restoran dan ruang pertemuan, toko souvenir, serta panggung pertunjukan seni dan budaya.
Nama resminya tempat itu nanti adalah Tempat Pelayanan Wisata (TPW) Bedawang Nala. Nama ini diambil dari legenda Bali yaitu kura-kura yang mengangkat beban manusia ke atas punggungnya.
Tol Bali Mandara sendiri menghubungkan tiga titik utama yaitu Benoa – Bandara Ngurah Rai – Nusa Dua. Panjangnya 12,7 km. Panjang waktu tempuh paling lama hanya 30 menit.
Karena itu, ide membuat tempat istirahat di jalan tol Bali Mandara ini harus diwaspadai.
Patut diketahui bahwa rencana pembangunan TPW itu berada di area izin lokasi reklamasi Teluk Benoa. Izin tersebut saat ini dipegang oleh PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI).
Rencana reklamasi di Teluk Benoa, sebagaimana sudah diketahui bersama, sudah ditolak oleh rakyat Bali termasuk desa-desa adat yang berhadapan langsung dengan Teluk Benoa. Rencana pembangunan TPW juga memiliki kesamaan tujuan dengan PT TWBI, untuk membangun sarana pendukung pariwisita.
Karena itulah patut diwaspadai bahwa rencana pembangunan TPW ini adalah bagian terselubung untuk memuluskan reklamasi Teluk Benoa secara keseluruhan. Sebab, dia berada pada lokasi sama dan untuk tujuan yang sama pula.
Klaim Jasamarga Bali Tol yang akan membangun tempat pelayanan wisata seluas 3 hektar dengan tiang pancang juga patut dipertanyakan. Pasalnya, pada saat pembangunan jalan tol juga mereka melakukan pengurugan laut atau reklamasi dengan berbagai alasan. Padahal, awalnya direncanakan sepenuhnya menggunakan tiang pancang.
Parahnya lagi, material sisa urugan tersebut sampai saat ini belum dibersihkan.
Ada jejak rekam dari pihak JBT yang tidak taat Analisis Mengendai Dampak Lingkungan (AMDAL). Karena itu besar kemungkinan, pembangunan TPW juga dilakukan dengan reklamasi. Bisa saja itu merupakan bagian dari rencana reklamasi Teluk Benoa secara keseluruhan yang akan dilakukan oleh PT TWBI.
Jasamarga juga mengklaim pembangunan TPW untuk memenuhi permintaan pengguna jalan tol. Namun, muncul juga pemberitaan lain yang menyatakan sebaliknya. Direktur Jasamarga Bali Tol, Ahmad Tito Karim menyebut, pembangunan TPW itu sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan Jasamarga Bali Tol.
Peningkatan pendapatan dibutuhkan pihak Jasamarga Bali Tol karena prakiraan pendapatan dari pengoperasian jalan yang meleset sebesar 10 persen. Artinya ini murni ditujukan untuk membangun sarana prasarana pariwisata. Untuk mengeruk keuntungan dengan modus pembangunan rest area berdasarkan permintaan publik.
Fakta tersebut menunjukkan, pembangunan TPW tidak ada hubungannya dengan penyedian tempat istirahat. Terlebih jarak tempuh dalam sekali jalan tidak lebih dari 10 km.
Tujuan utamanya hanya membangunan sarana pariwisata, hal yang lebih dekat dengan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh PT TWBI. Mari waspada, jangan mau dikadali! [b]